Gadis berambut pirang tersebut langsung lari saat turun dari angkutan umum, menuju gerbang sekolah yang sudah sepi. Matanya sembab dan warna hitam dibagian bawah mata cukup terlihat. Entah sudah memasuki hari keberapa ia menangis dan tidur larut sampai membuat bekas yang cukup jelas.
Tidak ada yang bisa mengantar dan kesiangan. Perpaduan yang cukup baik dipagi ini. Sempat melirik jam tangan warna hitamnya yang mana sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima belas menit.
"Paaakkk! Tunggu dulu!"
Pak satpam masih membukakan pintu. Karena jam belum menunjukkan pukul tujuh. Gadis itu berhenti sejenak setelah berhasil melewati gerbang sekolah. Mengatur nafasnya sambil kedua tangannya bertumpu dengan lututnya.
"Aduh neng, lain kali sebelum tidur jangan main handphone dulu, kesiangan kan."
"Saya nggak main handphone."
"Ah, pasti begadang."
"Ah, sok tahu." Katanya sambil berlalu menuju kelasnya.
🍃🍃🍃
"Lo kenapa?" Tanya gadis dihadapannya.
"Kenapa apanya?"
"Tumben telat,"
"Biasa. Mama subuh sudah berangkat, bibi juga kesiangan, nggak ada yang bangunin gue,"
"Alarm lo bergantung orang rumah lo?"
Ia membalas hanya menaikan bahu tak acuh, "kali,"
"Perlu di periksa kejiwaannya ini anak,"
🍃🍃🍃
Salam,
pinggir laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita
Fiksi RemajaBukan kisah Romeo atau Juliet, lagipula, bukan kisah seperti itu yang diinginkannya. Mencoba dan belajar untuk menjadi gadis yang normal dan sebisanya mungkin, walau rasanya sangat tidak mungkin. Masing-masing diri yang selalu berusaha menjadi kita...