Cuaca hari ini cukup terik. Siswa maupun siswi yang berlalu lalang di koridor pun tak henti-hentinya mengeluhkan teriknya siang ini. Terlebih kantin, dilihatnya dari kejauhan saja sudah cukup membuatnya jengah untuk menginjakkan kaki disana. Pasti ramai dan sumpek.
Setelah anggota OSIS melakukan rapat dadakan yang cukup membuat anggota justru menjadi terbelah dua, akhirnya terselesaikan.
Anggota OSIS menyetujui untuk mengajak siswa ataupun siswi yang sekiranya memiliki bakat untuk ditampilkan saat acara pensi nanti. Adalah Ey, salah satu kandidat yang diajukan oleh Audi dan cukup membuat ragu anggota yang lainnya.
Kini, kedua anak perempuan tersebut sedang duduk di bangku panjang yang berada di koridor sekolah. Audi meminta Ey untuk menemuinya disana. Karena ia dan anggota OSIS yang lainnya baru saja selesai makan siang di kantin.
"Ah ngawur!"
"Ey ini kesempatan kamu."
"Kesempatan apa, sih?"
"Aku tahu suara kamu bagus, memang jadi penyanyi bukan mimpimu, tapi tidak salah kan kalau kamu menunjukkan bakat yang kamu punya?"Pekan depan pensi sudah dimulai. Kegiatan belajar mengajar sudah pasti ditiadakan selama tiga hari. Panggung juga rupanya sedang dipersiapkan dilapangan. Cukup megah, terlihat dari kerangka panggungnya yang cukup memakan lebar lapangan.
Awalnya Audi sendiri yang ragu akan berhasilnya program kerja angkatan mereka, yaitu melanjutkan program pensi yang biasanya selalu gagal diadakan. Namun, karena usaha Rega yang membujuk kedua orangtuanya untuk membantu jalannya acara, sponsor yang ada tidak tanggung-tanggung.
Dan kini, Ey sedang dihadapkan tawaran yang sangat ingin ia tolak. Audi memang bukan tipe anak yang suka memaksa, tapi entah kenapa permintaannya kali ini sungguh memaksanya.
"Aku nggak bisa, Di."
"Bukan nggak bisa, kamu yang nggak mau."
"Ya sudah, itu kamu tahu."
"Ey, ayo lah.. Rega sudah coba ajak Melva sama band-nya. Tapi mereka bentrok sama acara luar,"
"Katamu, pihak OSIS sudah buat pengumuman di mading untuk penampilan bakat siswa, kan? Apa itu kurang?"
"Tidak banyak, Ey. Tapi apa salah aku meminta kamu juga ikut terlibat?"
"Aku remedial,"
"Aku tidak suka kalau kamu yang menilai dirimu sendiri, terlebih nilai itu buruk."Ey mendengus pasrah. Ia jadi menyesal sering mengirimi videonya sedang mengcover lagu ke Audi. Iya, ia memang suka bernyanyi dengan diiringi gitarnya. Awalnya, ia hanya menyimpan video suara rekamannya saja, namun lama-kelamaan merambat ke video dirinya sedang bernyanyi.
Audi yang pertama kali tahu, ia sering meminta video-video Ey yang lain. Baginya, suara Ey sendu, tenang, pembawaannya pun sangat dapat. Dan di pensi nanti sangat pas timing-nya untuk memperkenalkan Ey kepada yang lain kalau ia bukan hanya gadis yang pendiam dan dingin saja.
"Kamu diam, berarti sedang berpikir. Kabari aku nanti malam ya, hari ini aku pulang larut sepertinya. Terima kasih, Ey."
Kata Audi sambil berlalu meninggalkan Ey. Ey menatap punggung Audi yang sudah berlari meninggalkannya. Kenapa harus dirinya? Apa katanya satu tahun yang lalu saat Audi mengatakan ingin menjadi bagian dari anggota OSIS. Benar, kan. Kejadian.
"Kenapa harus masuk OSIS, sih?" Tanya Ey yang diikuti anggukan kepala Mesi maupun Bella.
"Tahu! Capek tahu, Di."
"Balik telat, sering dispen, jarang dirumah, aduh bukan gue banget!"
"Lebay lo, Mes. Itu kan lo semua, cuma bedanya Audi ngelakuinnya diorganisasi, kalau lo sama mas crush."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita
TeenfikceBukan kisah Romeo atau Juliet, lagipula, bukan kisah seperti itu yang diinginkannya. Mencoba dan belajar untuk menjadi gadis yang normal dan sebisanya mungkin, walau rasanya sangat tidak mungkin. Masing-masing diri yang selalu berusaha menjadi kita...