16. Perkenalan Ulang

28 2 1
                                    

Ey sudah tiba di sekolahnya lebih awal dari biasanya. Ia ingin sekali rasanya bertemu dengan Januar. Oke, kemarin ia memang sangat malas jika berhubungan dengannya. Tapi setelah tahu siapa Januar, tidak mungkin ia lepaskan begitu saja. Tapi Januar masih dalam kategori manusia menyebalkan baginya.

Ia tidak tahu Januar anak IPA atau IPS. Yang ia tahu Januar kelas dua belas. Kepalanya tak henti-henti menengok kanan kiri mencari sosok tubuh tinggi tersebut. Dilihatnya jam hitam yang melingkar di tangannya yang baru menunjukkan pukul enam lewat tiga belas. Baiklah, ia terlalu bersemangat rasanya.

Jika ia ingat-ingat lagi, Januar sangat berbeda dengan yang ia temui dulu. Januar kecil gemuk, pipinya chubby, kulitnya putih bersih, dan sangat pendiam. Dia anak laki-laki yang sangat pemalu. Setiap kali ia sedang bermain dengan teman-temannya yang lain, ia hanya diam berdiri memperhatikan dari kejauhan saja.

"Halo, aku Ectya. Kamu bisa panggil aku, Ey." Sapa Ey kecil sambil mengulurkan tangannya.

Yang disapa diam saja, malah hanya membalas dengan tatapan yang bingung.

"Kenapa? Tanganku bersih kok, Kak Dewi pasti marah kalau aku jorok."

Januar bertambah bingung. Siapa anak perempuan cerewet ini. Wajahnya bule. Kenapa bisa ada anak bule tersasar disini?

"Kenapa diam saja? Kamu juga temanku, kan? Ayo ikut aku ke-"

Tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang dari belakang. Ia menoleh. Lalu tersenyum. Lamunannya yang mengingat kejadian dirinya dengan Januar disadarkan oleh laki-laki itu sendiri. Ya, Januar yang menepuk pundak Ey.

"Januar, jadi kamu si pendiam itu." Kata Ey sambil tersenyum lepas. Biasanya, hanya dengan Daffa ia tersenyum seperti itu. Tapi untuk kali ini, ia izinkan selain Daffa melihatnya.

"Lo kalau senyum cantik, Ey."
"Bagaimana bisa kamu bertemu sama mama?"
"Gue gak mau cerita,"
"Kenapa?"
"Kenalin, gue Januar. Januar Mahesa." Katanya sambil mengulurkan tangannya.

Ey yang melihat itu tertawa lepas. Ia mengingat kembali saat Januar mengenalkan dirinya. Namun dengan timing yang tidak pas.

"Aku, Ey. Ectya Hamelianda." Kata Ey sambil membalas uluran tangan tersebut.
"Jadi, bagaimana bisa?"
"Lumayan panjang ceritanya,"
"Aku siap mendengar,"

Januar tersenyum, "senang lo kembali layaknya Ectya cerewet yang dulu,"

Ey hanya tersenyum membalasnya. Entahlah, perubahan itu nyata dan memang ada. Dan jika memang ia berubah lepas pergi meninggalkan tempat dengan sejuta kenangan manis dan indah tersebut, ia rasa itu adil-adil saja.

"Berani juga lo nginjek lantai kelas dua belas,"
"Kata siapa aku gak berani?"
"Lo kan tertutup sekarang,"
"Memang dulu terbuka?"
"Banget! Hahaha.."
"Januar!"

🍃🍃🍃

"Habis darimana lo?" Tanya Mesi yang sangat heran dengan tingkah Ey pagi ini.

"Ey.." balas Bella, "lo.. senyum?" Tanya Bella hati-hati.

Yang ditanya hanya mengulum senyum saja. Memang tidak lepas. Namun itu cukup mengherankan keduanya. Kejadian sangat langka.

"Ectya lo habis darimana si? Ketemu Daffa? Kayaknya nggak sampai gini juga," Mesi menimpali, ia masih sangat penasaran dengan perubahan Ey. Walaupun hanya sebersit senyuman saja.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang