Hari ini sudah memasuki pensi terakhir. Selama acara pensi kemarin, ia hanya datang dan sesekali melihat panggung serta keramaian acara. Selebihnya, ia lebih banyak menghabiskan waktu didalam ruang kesenian.
Anjali? Ah, gadis itu. Tidak mungkin melewati acara yang jarang sekali digelar ini, terlebih disekolahnya. Gadis manis itu sangat mudah dicari diantara kerumunan orang, karena dari segi pakaian yang memang berbeda.
Ya, Rega mengusulkan untuk siswa ataupun siswi yang menyalurkan bakat untuk menggunakan pakaian berwarna putih dengan bawahannya berwarna hitam. Agar lebih leluasa dicari jika panitia membutuhkan apa-apa.
Sedangkan panitia sendiri, mereka mempunyai tiga warna yang berbeda disetiap harinya. Merah untuk regu hari pertama, biru tua untuk regu hari kedua, dan hijau army untuk regu hari ketiga.
Audi masuk bagian regu kedua. Ia ingin leluasa untuk melihat penampilan Ey tanpa harus sibuk dengan kegiatan dibelakang panggungnya. Dan saat ini, Audi sedang dipinggir lapangan bersama Mesi, Bella, juga Anjali. Menunggu Ey tampil. Sedangkan Daffa, entah ia kemana.
Semalam saat Ey makan bersama dengan Maya juga sudah ia beritahu, walau mendadak. Kalau ia bagian dari pensi sekolah. Reaksi Maya cukup terkejut, mengingat putrinya tersebut cukup tertutup. Ectya tidak memintanya untuk datang, karena ia tahu kalau pekerjaan Maya pasti menyita waktunya.
Ia tidak ingin egois. Sebelumnya, Maya juga sudah menawarkan diri, tapi Ey menolaknya. Ini bukan ajang dia ikut pencarian bakat, pikirnya. Perihal ingin melihat dirinya bernyanyi diatas panggung nanti, tidak mungkin tidak ada yang merekamnya.
Dan saat ini, didalam ruangan kesenian. Ey mendapat kabar bahwa waktunya naik ke atas panggung sebentar lagi. Ada sedikit perasaan ragu yang ia rasakan.
Dirasanya, jantungnya berpacu sedikit lebih cepat. Telapak tangannya basah. Ia menunduk, mengecek apa cara berpakaiannya sudah benar. Namun, Audi sendiri yang memintanya mengenakan pakaian seperti ini. Dress hitam selutut dengan pundaknya yang sedikit terekspos. Sejujurnya, ia tidak yakin. Mengingat ia sangat jarang sekali berpakaian seperti ini. Malah, bisa dikatakan tidak pernah.
Dan dress hitam yang ia kenakan saat ini, ialah milik Maya. Postur tubuh Ey dan Maya hampir mirip. Ia juga meminjamnya tadi malam, sangat mendadak. Niat hati ia ingin menggunakan kemeja lengan panjang dengan kerahnya yang memiliki aksen mewah saja, dipadu dengan rok hitam yang hanya panjang selutut. Tetapi, bukan Maya namanya kalau tidak memaksa secara tidak langsung dengan putrinya.
Sedari tadi ia menggunakan jaket yang sama warnanya dengan warna dress-nya. Ia bersiap mengenakan sepatu flatnya dan melepas jaketnya. Ini sudah keputusannya. Dan tidak mungkin ia batalkan didepan mata.
Band sebelumnya sudah turun dari panggung. Si pembawa acara, Zoya dan Dimas, sedang mengisi acara sebentar sembari memperkenalkan penyanyi berikutnya. Ia lihat Zoya dan Dimas sudah turun dari panggung dan memberinya jalan.
"You can do it!" Kata Zoya sambil mengepalkan sebelah tangannya tanda memberi semangat.
Ey menatapnya, lalu tersenyum, "thank's, Joy."Ey menapaki anak tangga kecil itu satu persatu dan berjalan menuju mic. Ia memegang sebelah mic tersebut dan menatap kerumunan orang dihadapannya. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi jujur, ia ingin turun saat ini juga rasanya.
Tenggorokannya rasanya seperti tercekat. Untuk mengeluarkan suara sekedar menyapa penonton yang ada rasanya sangat sulit. Bulir keringat pelan-pelan turun dari pelipisnya. Sungguh, ini bukan tempat untuknya. Justru ia bingung apa yang harus ia lakukan. Rasanya, berlatih dengan Anjali kemarin hanya sia-sia saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita
Teen FictionBukan kisah Romeo atau Juliet, lagipula, bukan kisah seperti itu yang diinginkannya. Mencoba dan belajar untuk menjadi gadis yang normal dan sebisanya mungkin, walau rasanya sangat tidak mungkin. Masing-masing diri yang selalu berusaha menjadi kita...