32. Cerita Bahagia

15 3 0
                                    

Hawa dingin masuk ke dalam tubuh walau selimut sudah didekap kuat-kuat. Deru napas teratur dari arah sebelahnya dengan raut wajah yang tenang tapi penuh lelah itu tidak bisa dibohongi. Ia memandang wajah tersebut pelan-pelan, takut jika sang mpu akan terbangun. Senyum kecil terbersit di wajahnya.

Pelan-pelan ia membuka selimut dan beranjak turun dari kasur. Dilihatnya jam di nakas yang menunjukkan pukul lima kurang. Bergegas ia mandi untuk membersihkan diri. Sengaja tidak membangunkan teman tidurnya tadi malam karena pasti ia kelelahan.

Turun menapaki anak tangga tapi hawa dingin masih belum berkawan baik. Kemungkinan besar akan menggigil jika dipaksa untuk mandi. Bi Yaya juga sepertinya belum bangun. Terbersit sedikit ide didalam isi kepalanya.

Ia buru-buru meletakan handuk di bangku makan. Mengambil beberapa potong roti dan persediaan telur di dalam kulkas. Diambilnya juga keju slice dan beberapa macam sayuran sebagai penambahnya.

Ia mengambil toplen dan mulai memanaskannya dengan sedikit margarin. Telur yang tadi diambilnya sudah ia aduk rata dengan bumbu yang ada. Lalu ia masak dan buru-buru ia letakan dua lapis roti diatasnya, keju dan beberapa sayuran yang sudah ia iris-iris. Semua itu ia letakan diatas roti yang sudah mulai matang. Ia lipat kedua roti tersebut membentuk sebuah sandwich.

Asyik memasak. Sama sekali tak mendengarkan suara langkah kaki turun dari kamarnya. Bau masakan yang harum membuat seisi rumah, Bi Yaya dan Pak Darma terbangun. Mereka bertiga kompak tersenyum menatap anak perempuan tersebut.

Tapi, sedikit ada rasa terkejut bagi Bi Yaya dan Pak Darma tentunya. Entah apa yang sedang dirasakan putri majikannya, entah apa juga yang sedang terjadi dengannya, sampai-sampai dapat berbeda beberapa persen, akhir-akhir ini lebih tepatnya.

"Ey.."

Yang dipanggil menoleh kebelakang. Sedikit terkejut karena aksinya dipergoki oleh seisi rumah sekaligus. Namun ia harus dapat mengontrol dirinya dengan baik. Suasana hatinya sedang bersahabat untuk saat ini.

Ey tersenyum lebar, "morning!" Sapanya.

Maya menghampirinya. Ingin melihat apa yang sedang diusahakan oleh putrinya tersebut.

"Is it sandwich?"

Yang ditanya hanya bisa nyengir lebar. Entahlah. Ia hanya pernah melihat cara pembuatannya di channel YouTube. Tidak pernah membuatnya langsung, dan ini pertama kalinya.

"Yap! Mama duduk, terima beres, oke? Oiya, Bi Yaya sama Pak Darma juga ikut duduk, ya? Kali ini Ey chef-nya."

Mereka bertiga menurut dan menunggu dengan semangat. Maya menatap punggung yang sedang asyik dengan alat memasak dengan mata yang berbinar. Perasaannya menghangat.

Janjinya kepada dirinya sendiri akan mengusahakan dan mengupayakan kebahagiaan Ey semoga dapat terwujud, dan semoga ini awalan yang baik dan berujung baik.

"Jadi! Silahkan di coba sandwich yang dibuat karena malas mandi,"
"Maksudnya, non?" Tanya Pak Darma.
"Dingin, Pak. Jadi mandinya ditunda sebentar."

Maya tersenyum lebar mendengarnya. Terserah Ey dan semaunya saja, pikirnya. Suasana meja makan tersebut kini hidup. Bukan hanya satu atau dua orang saja yang menempati. Seisi rumah menikmati apa yang sedang tersaji.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang