Solitaire part 1

3K 290 4
                                    

Bunyi tapak kaki menggema di lorong rumah sakit malam hari, koridor itu begitu sepi bahkan perawat pun tak terlihat, lampu-lampu bersinar redup dengan bau khas obat menyeruak disemua tempat. Manik kelam itu menyorot datar tak ada yang tahu jelas mimik wajahnya, pria itu selalu berwajah datar dengan tatapan mengintimidasi, tungkai kaki di di ayunkan cepat menuju bangsal yang telah ia hapal di luar kepala.

Cklek...

Tap...

Tap...

Kaki berbalut sepatu boot hitam itu melangkah lebih perlahan, ia berdiri diambang pintu yang tertutup perlahan, bibirnya terangkat sekian mili, ia telah terpesona sejak awal gadis itu terlihat mengagumkan.

"Menungguku?"

"Aku tidak bisa tidur Tuan, jangan terlalu berharap." Nada ketus yang terlontar membuat alis tebal pria itu berkerut heran.

"Kau marah?"

Ia mendekat untuk melihat lebih, rambut keemasan itu kini terikat rapi tidak seperti malam-malam sebelumnya ketika ia mendatangi gadis itu. Gadis itu tak menjawab tanpa berkata ia pun sudah tahu dari raut lucu yang gadis itu perlihatkan.

Pria itu mendaratkan bokong nya di kursi samping ranjang si gadis, mereka bertatapan biru dan hitam saling bertubrukan menyelami rasa sang pemilik.

"Aku akan pindah ke Thailand."

"Lagi? Polisi menemukanmu?"

"Ada beberapa tikus pengganggu menyusup ke markas ku."

"Aku tidak terkejut, kepolisian cukup lihai sekarang." Pria itu mendengkus jengkel, ia menggenggamkan lancang tangan putih dibalut gips, gadis itu pun membalas tanpa ragu.

Si gadis menatap lamat-lamat wajah yang dipahat sempurna oleh sang pencipta, itu berati ini malam terakhir mereka bersama, bibirnya menyunggingkan senyum getir, ini salah tidak seharusnya rasa itu tumbuh subur mengikat mereka.

"Aku akan kembali bertugas, aku akan segera kembali bergabung dengan tim ku saat aku sembuh," jelas si gadis seraya tersenyum kecut. Takdir memang suka bermain-main, mereka kontras ia takut mereka akan saling membunuh dan meninggalkan lubang penuh penyesalan.

"Aku senang mendengarnya, bukankah kau menginginkan hal ini sejak lama."

"Aku harap kita tidak pernah bertemu." Si gadis meremas selimut tipis, hatinya berdenyut mengatakan kalimat syarat perpisahan.

•••

DRABBLE (Short Story) SfNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang