Solitaire part 22

1K 216 14
                                    

"Kita telah terikat sejak awal. Di kehidupan sebelumnya kau adalah istriku. Aku hanya mengambil apa yang menjadi hak ku."

Darah Sasuke menetes di dahi gadis itu setetes dua tetes, luka menganga di telapak tangan yang sengaja ia buat terlihat menutup kembali.

Sementara itu darah mengalir deras di kepala gadis yang terbaring lemah, bahkan rompi hitam gadis itu hampir tergenang oleh darah, baik darah mayat yang bergelimpangan maupun darah gadis itu sendiri.

.

.

.

Kicauan burung terdengar merdu saat Naruto berlari-lari kecil disekitar komplek, gadis itu meregangkan otot yang terasa kaku, tidurnya cukup nyenyak tadi malam.

"Pagi yang indah," ucapnya lega. "Satu putaran lagi dan aku akan bersiap untuk kerja."

Rasanya menjadi wanita karier pada umumnya tidak buruk, kau mencari uang sendiri tanpa tergantung pada orang lain, seperti novel chicklit yang sering ia baca. Tokoh wanitanya biasa bersikap tegar dan pantang menyerah, dan minim nuansa romantis, hey... Bukankah itu jelas menggambarkan dirinya.

"Aku tidak tahu kisah semacam ini begitu populer."

Sebuah ide brilian kemudian tercetus di otaknya, tidak ada salahnya pikir Naruto.

"Hahh...sepertinya menulis bukan ide buruk, selain itu aku bisa mengumpul pundi-pundi uang lebih banyak." Jujur saja penghasilan kedainya hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari, dan itu tidak cukup jika seandainya ada sesuatu mendesak yang terjadi padanya.

"Otak bisnis ku mulai bekerja, jika Sasuke datang ia harus bayar sebagai uang 'masuk'. Hihihi..."

"Aish.. Mengingat Sasuke membuatku jengkel."



DRABBLE (Short Story) SfNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang