Solitaire part 4

1.6K 253 7
                                    

Cklak...

Dor..

Dor..

Dua peluru dimuntahkan berturut-turut, melesat menuju target di ujung lapangan, papan target terlihat bergetar sesaat setelah kedua peluru itu melubangi kayu tipis dengan lingkaran di tengah nya. Naruto melihat hal itu dengan perasaan harap-harap cemas, kemampuan menembaknya sedikit menurun setelah cedera parah setahun lalu, gadis itu mengambil teropong untuk melihat hasilnya.

"Ck.. Meleset." Berdecak, Naruto kembali mengisi peluru gadis itu memperbaiki letak pelindung telinganya yang sedikit bergeser, terlalu serius dengan aktifitas menembak Naruto tak menyadari keadaan sekitar yang mendadak sepi.

Gyut..

Naruto yang tengah membidik terkesiap oleh sepasang lengan yang memang kedua siku, ia hampir saja menekan pelatuk karena terkejut. Penutup telinganya perlahan terlepas, Naruto berdiri kaku merasakan aroma familiar menggelitik hidungnya.

"Untuk ukuran pasukan elit kau sangat ceroboh, Honey. Kau terlalu mengabaikan sekitar." Suara bariton itu sanggup membuat perut Naruto terasa di gelitik.

Tangan kanan merayap, kemudian telapak besar itu mengusap pipi mulus Naruto penuh kelembutan.

"Kau datang?"

"Tentu saja." Sasuke kembali memasangkan penutup telinga Naruto, pria itu menyiapkan posisi di belakang Naruto dan memberi aba-aba pada si gadis.

Dor...

"Tulang bahumu sedikit bergeser, kau harus menyesuaikan diri dengan itu agar bidikan mu tepat."

Naruto mengangguk, perkataan Sasuke persis seperti yang Tsunade bilang. Sepertinya ia harus memulai dari bawah. Lagi. Naruto mengambil teropong untuk mencek hasil tembakan, senyum puas mengembang hasilnya tepat sasaran, ia puas meski harus dibantu orang lain.

"Ukurebase tanjoubi omedetou."

Cup..

Sasuke mengecup dahi Naruto, ah sepertinya rasa bersalahnya akibat terlambat mengucapkan selamat ulang tahun sedikit terobati dengan senyum sumringah Naruto.

Pria itu merogoh saku celana. "Tutup matamu Honey," bisik Sasuke tepat di kuping Naruto.

Dalam gerakan cepat, Sasuke memasangkan kalung berbandul permata hitam pekat, cantik,  kontras dengan kulit putih Naruto.

Jari Naruto terulur menggapai liontin itu, sapphirenya berbinar ia sangat menyukainya.

"Kau harus menjaganya, tidak ada lagi yang kedua."

Pria itu mendekatkan lagi wajahnya, kali ini ia menargetkan bibir mungil menggiurkan milik sang kekasih. Sasuke menggigit kecil bibir bawah Naruto untuk meminta akses, pria itu memagut seraya menekan tengkuk Naruto untuk meminta lebih dan dibalas tak kalah semangat oleh si gadis.

Cumbuan kedua insan itu terpaksa harus terpisah, Naruto memukul dada bidang Sasuke, ia hampir kehabisan napas.

Napas Naruto memburu dengan pipi memerah, astaga apa yang telah mereka lakukan, bercumbu panas di tempat terbuka.

"Berhentilah untuk malu, bukankah kita cukup sering melakukannya, aku bahkan hapal letak tahi lalat di tubuhmu."

Blush...

"Di-diam bodoh! Tetap saja ini bukan tempat seharusnya."

Sasuke tak menanggapi protesan Naruto, pria itu mengambil saputangan dan membersihkan bekas lipstik di luar bibirnya dan Naruto.

"Aku akan menjemputmu nanti untuk makan malam."

"Kau ingin cari mati? Menjemputku di depan markas?"

Tak...

Sebuah sentilan cukup keras mendarat di jidat Naruto.

"Kau ternyata Dobe ya, tidak ada yang pernah melihat ku secara langsung tidak akan ada yang curiga."

•••

"Ukurebase tanjoubi omedetou."
(Selamat ulang tahun)

DRABBLE (Short Story) SfNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang