Prilaku setiap orang tidak dapat dinilai dari luarnya saja, melainkan dari dalamnya juga. Karna yang diluar, belum tentu benar.
~~
Saat itu entah apa yang dipikirkan Juan, raut wajahnya tidak biasa. Langkahnya pun dipenuhi kegelisahan. Terdapat kerut di keningnya. Sampai keduanya keluar mobil pun, Juan masih menggenggam erat tangan Anna.
"Turunlah" Nadanya sedikit pelan dan moodnya sedikit membaik.
"Disini?" Tukas Anna heran serta memperhatikan sekeliling. Dia bingung, kenapa harus berhenti disini? di kuburan?
"Iya"
Selama 1 menit berjalan menyusuri kuburan itu, tibalah keduanya di salah satu kuburan yang begitu berbeda dari yang lain. Tanahnya hijau rapi dipenuhi rerumputan. Patokan namanya juga terbuat dari batu marmer yang berlapis berlian mengkilap.
Disitu tertulis : Chandra Agustine.
22-04-2018."Inikan?" Lirih Anna sebab ia tau itu ayah Juan yang pernah dia rawat.
"Dia ayahku.. itu sebabnya aku ingin mengajakmu kemari" Ucap Juan sambil membersihkan daun kering yang rontok berguguran di makam ayahnya.
"Juan"
"Apa?" Kali ini tatapnya mengarah ke Anna yang hanya bisa terdiam karena bingung mau berkata apa lagi.
"Ayah meninggal disaat yang sangat sangat tidak tepat untukku. Karena pada masa itu, aku selaku anaknya.. belum bisa membahagiakanya, bahkan memenuhi semua keinginan nya." Tak disangka, jatuhlah buih air mata dari mata tajam Juan. Anna pun terkejut.
"Lupakan masa lalu wan" Rangkul Anna tiba-tiba pada Juan yang membuat jantung Juan berdegup kencang, yang tidak pernah sekalipun dia rasakan dalam hidupnya.
Wan? Batin Juan heran perasaan namanya Juan bukan Juwan.
"Semua ada masanya. Lebih baik maju ke masa depan dari pada mundur ke masa lalu, karna yang sudah terjadi tidak akan dapat terulang kembali. Percayalah, lagi pula dengan keadaanmu yang lemah seperti ini ayahmu pasti akan sedih. Yang ayahmu inginkan adalah agar anaknya menjadi orang yang lebih baik membangun masa depan yang cerah, karna jalan kedepannya masih panjang." Kata-kata Anna yang mendalam pun membius hati Juan yang selama ini keras. Juan heran, dia menatap mata Anna dengan penuh pertanyaan.
"Kenapa? Kenapa kau begitu peduli?." Tatapnya datar
"Karena aku nggak mau kalau kamu ngalamin hal yang sama kayak yang kualamin." Tukas Anna balik sambil mengalihkan pandangan.
"Hal yang kamu alamin?" Tatap Juan penuh tanya.
"Ya, aku memang pernah rasain hal semacam ini. Dulu, waktu aku belum menjadi seorang dokter seperti sekarang. Ibuku meninggal setelah melahirkanku. Dan aku sangat tersakiti akan hal itu, apalagi setelah tau ayahku akan menikah lagi. Itu bahkan lebih menyakitkan. Tapi setelah melewati hari-hari panjang itu, aku bangkit dari kegelapan. Ku bulatkan tekadku untuk menjadi dokter. Akhirnya aku berusaha keras dan berhasil sampai saat ini." Tanpa arti, mata Anna berkaca-kaca.
"Berarti aku salah, salah menganggap bahwa masalahku yang paling pedih. Tp ternyata ada orang lain yang mengalami hal lebih dari masalahku." Tatap Juan kedepan. Dia menghindari konflik mata dengan Anna.
"Lupakan.." kata itu muncul tiba-tiba sehingga Juan menengok dengan cepat. "Lupakan semua yang telah terjadi.." selama sesaat.. "Ayo kita pulang! Sudah cukup untuk hari ini, biarkan ayahmu tenang di alam sana." Anna langsung menggenggam tangan Juan mengajaknya pulang.
Juan hanya menurut. Di mobil, dia mencoba menstabilkan moodnya yang sedang memburuk. Sebenarnya dia heran, kenapa ini terjadi? Sedangkan dia tidak pernah sedekat itu dengan Anna?
Hari itu, moodnya sungguh buruk seburuk buruknya. Sungguh lemah hati Juan mengingat masa-masa itu. Dinding pertahanan yang dia bangun sampai saat ini dengan sangat kuat, hancur berkeping-keping dalam sesaat.
Mereka berdua berhenti di depan area kuburan duduk di dalam mobil. Karna Juan tidak juga menyalakan mesinya.
"Kenapa? Ayo nyalakan mesinya!" Tegas Anna menyadarkan lamunan Juan.
"Semuanya sudah tak lagi sama." Tatapnya kedepan tanpa arti dan tanpa kedipan mata sesekali pun.
Orang ini.. saat diluar, dia kejam, dingin, sok.. tapi mengapa, di dalam.. dia nampak seperti seseorang yang kesepian.. (Batin Anna dalam hati.)
Saat ide Anna mulai keluar, dia dengan cepat turun dari mobil. Langkahnya menuju pintu mobil dekat tempat Juan duduk. Anna dengan cepat menggeser badan Juan agar dia bisa menggantikan Juan untuk menyetir mobilnya.
"Hei! Apa yang kamu lakukan.!? Bodoh" Teriak Juan sebal.
"Sstt! Biarkan aku menyetir mobilnya." Telunjuk Anna membungkam bibir Juan yang tak sempat berkata.
Mobil berhenti di sebuah pantai yang indah dan asri.
Anna mengajak Juan untuk duduk di bangku berjajar di sekitar pesisir pantai."Ayo Juan!"
Anna membukakan pintu mobil yang mendapati Juan sedang memejamkan matanya. Bahkan saat tidur pun Juan terlihat sangat tampan.
Bibirnya yang merah pudar terlihat menawan terkena sambaran sinar matahari yang lewat. Anna membangunkannya dengan sangat halus.
"Dimana kita?" Tanya Juan setelah matanya terbuka lebar.
"Kita ada di tempat yang jauh dari kebisingan. Disini tempat kita menjernihkan pikiran dan tempat dimana dapat ditemukanya kedamaian."
Mereka berdua pun duduk bersebelahan di sebuah bangku dekat pesisir.
Duduk berduaan membuat keadaan terasa canggung bagi keduanya.
Hamparan ombak menambah suasana damai, yang memulihkan mood Juan sedikit demi sedikit."Terima kasih." Sela Juan ditengah-tengah keheningan.
"Untuk apa?"
"Terima kasih atas semua yang kamu sumbangkan padaku hari ini."
"Hei, itu bukan sumbangan.. semua yang kulakukan tulus" Nyolot Anna pada Juan.
"Huh!" Nafasnya keluar dengan lega. Setelah sesaat, dia mengalihkan pandangan.
"Em.. kau tidak dingin seperti biasanya. Kali ini sifatmu jelas sangat berbeda, bukankah lebih baik begini" Pelan Anna.
"Beda apa? Jangan baper deh, sangat tidak pantas untuk tipe orang sepertimu" Ejek Juan dengan mudahnya.
"Apa sih Wan!"
"Nama Aku J-U-A-N bukan J-U-W-A-N." Sentak Juan sebal.
"Suka suka aku lah"
***
Disaat yang bersamaan pun petir menyambar dengan suara yang amat keras. Anna dengan rasa terkejut sehingga langsung memeluk Juan, satu-satunya orang yang ada di sampingnya.Tak lama kemudian hujan turun dengan lebat. Sehingga keduanya berlari mencari tempat untuk berteduh...
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
YASH! COUPLE [Lengkap✓]
Romance🚫PERINGATAN! : MASIH DILAKUKAN PROSES PENYUNTINGAN Juan tidak rela keluarganya hancur semenjak ayahnya meninggal dunia. Tapi yang paling membuatnya tidak rela dan syok adalah surat wasiat peninggalan ayahnya yang menginginkan agar dia menikah deng...