Tersedia versi ebook di Google playbook
Adelia POV
"Darrel, bisa nggak sih lo berhenti nyuri-nyuri ciuman kayak gitu?" Omelku pada Darrel didalam kamar hotel setelah kami berdua puas memamerkan kemesraan fiktif kami pada publik.
Dengan alisnya yang tebal, sorot matanya yang tajam, Darrel menatapku. Entah mengapa namun jantungku berdegup dua kali lipat dari biasanya, oh atau mungkin tiga kali lipat kali ini. Entahlah, yang pasti... saat ini, pria dengan garis wajahnya yang tegas dan sorot matanya yang mendominasi itu sedang menatapku, bagian otakku yang lain memutar kembali peristiwa beberapa waktu lalu saat bibirnya yang hangat itu menciumku. Oh My God... dan yang lebih parah lagi, tiba-tiba saja terlintas keinginan untuk mengetahui reaksi pria ini saat melihatku tanpa busana malam tadi. Oh, tuhan... What's wrong with me? Pekikku dalam hati.
"Adel..." Darrel mulai membuka suara, membuyarkan pikiran-pikiran liar dalam otakku. "Jadi, kamu mau kita bagaimana?" Tanyanya dengan suaranya yang lembut namun tegas. "Kita ini public figure! Mereka di luar sana mana tahu apa yang terjadi dengan kita di belakang layar?" Kedua alis Darrel naik, melengkung. "Karena itu kita harus tetap berakting semaksimal mungkin. Demi kita semua, Adel!" Darrel menghela nafas panjang sebelum akhirnya berjalan mendekatiku. "Lagipula, lain kali aku nggak mau hanya aku yang aktif!" Sorot matanya makin tajam. Makin mendominasi dan aku benci itu. "Kamu juga harus memerankan posisimu sebagai seorang istri, mengerti?"
"Heh? Tunggu deh! Gue pikir lo lupa sesuatu!" Aku Mulai menantangnya. "Public figure itu profesional karena itu profesi mereka dan mereka dibayar! Sedangkan gue? Gue dapet apa dari sandiwara ini, hah?" Kali ini aku yang menatapnya tajam. "Nothing!" Jawabku frustasi.
"Lalu kamu pikir aku dapat apa? Aku kehilangan Amandha! Aku kehilangan kebebasanku dan sekarang kamu minta bayaran?"
Ucapan frustasi pria yang ada didepanku ini menyadarkanku. Aku sadar bukan hanya diriku yang hampir gila dengan keadaan kami sekarang. Bukan hanya aku yang tersiksa, namun dia juga. Bagaimanapun juga, aku pun turut andil dalam keadaan kami saat ini.
Darrel tetap menatapku, menunggu jawabanku dan entah mengapa sepertinya semua kata-kata angkuhku hilang entah kemana. Keadaannya memang sudah seperti ini, kami semua sudah terlanjur terperangkap di panggung sandiwara ini dan keadaan tak akan bisa diputar balik kembali. Saat-saat inilah kita butuh Doraemon, ya kan?
"Oke!" Jawabku cepat.
Kuhela nafas panjang sebelum memutuskan untuk bergegas keluar kamar namun Darrel menarik lengan kiriku dan kami pun berhadapan.
"Janjian lagi dengan pria bule di Potato Head tempo hari?" Tanya Darrel, dan aku pun memberikan tatapan 'what??' kearahnya. "Jangan salah paham tapi ada seorang wartawan yang mengirmkan fotomu dengan pria bule itu sedang bersenang-senang di Tanjung Benoa." Darrel menarikku lebih dekat lagi, dan jantungku seakan berhenti berdetak. "Dan kamu tahu bagaimana lelahnya aku harus membujuk agar foto kalian tidak disebar pada publik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINGKUH (SELESAI)
RomanceHighest Rank #1 in Selingkuh Highest Rank #1 in Cinta Highest Rank #1 in Girlsquad Highest Rank #1 in Galau Highest Rank #2 in Indonesia Highest Rank #2 in Complicated Highest Rank #3 in 16 Highest Rank #3 in Romantis Highest Rank #6 in Romans =====...