Kami tiba di Jakarta sore tadi. Seperti kesepakatanku kemarin malam dengan Darrel, mulai hari ini aku akan berusaha memerankan peranku sebagai istrinya dengan lebih profesional. Kalau memang akting kami sempurna selama satu tahun ini, mungkin kami bisa dapat Oscar.
Sesampainya di Bandara Soetta, ternyata kedua orang tua kami telah menunggu. Ada rasa hangat menjalar didadaku saat kulihat senyum mengembang di wajah kedua orang tuaku. Namun saat rasa sakit yang bertumpuk selama bertahun-tahun itu dengan cepat menghapus rasa hangat di dalam dadaku.
No drama, Adelia!
Mereka begitu hanya karena besan mereka yang terhormat ada disamping mereka. Jangan tertipu dengan senyum palsu itu, Adel! Ucapku mantap dalam hati.
Sesi ramah tamah inipun dilanjutkan dengan acara berkumpul keluarga dirumah keluarga Lewis. Amalia Lewis, memaksa kami untuk menginap malam ini dirumah mereka dan baik aku maupun Darrel tak dapat menolaknya.
Di ruang makan keluarga malam itu, dengan segenap hati aku berusaha memainkan aktingku dengan sempurna. Darrel duduk di sebelahku, selama pembicaraan berlangsung saat makan malam sesekali Darrel meremas jemariku yang berada di atas meja. Sengaja memperlihatkan kemesraan fiktif kami pada kedua orang tua kami.
Aktingku pun tak kalah dengan Darrel, sesekali aku tersenyum lembut sembari menepuk manja bahu Darrel setiap pria itu mulai menceritakan awal mula 'hubungan' kami terjalin. Dimana kami bertemu, bagaimana kami jatuh cinta dan bagaimana Amalia Lewis memergoki kami pagi itu di apartemennya. Yang tentu saja 70% dari cerita Darrel hanya imajinasi pria gila yang menjadi partner in crime ku saat ini.
Setelah pura-pura sudah mengantuk, kami berdua pun pamit untuk istirahat di kamar 'pengantin' kami, dan Oh My, God!! Aku terkejut melihat ruangan tempatku berada saat ini. Kutatap Darrel dengan tatapan 'apa ini?'. Namun Darrel menaikan kedua bahunya tanda dirinya pun tak tahu menahu tentang apa yang terjadi pada kamarnya itu.
Aku tak tahu bagaimana kamar Darrel sebelumnya di rumah keluarga Lewis, tapi kamar tempatku berdiri saat ini sangatlah indah. Tak kalah dengan ruang-ruang kamar hotel yang kami tempati beberapa hari kebelakang.
Warna putih mendominasi setiap sudut kamar. Sprei putih lembut dengan taburan mawar merah menghiasi tempat tidur berukuran King size dihadapan kami. Tak lupa liin-lilin beraroma mawar juga menambah kesan romantis. Tanpa sadar, aku bergidik ngeri melihatnya.
"WOW!" Ucap Darrel tak dapat membendung kekagumannya sembari memandang sekeliling. Dirinya pun mungkin tak percaya kalau kamar yang kami masuki saat ini adalah kamar miliknya. Hingga akhirnya mata kami bertemu.
Deg! Lagi-lagi jantungku berdegup kencang. Aku benci itu. Kubalikkan badanku membelakanginya dan melangkahkan kakiku mantab, menuju kamar mandi yang ada tepat di hadapanku.
"Gue mandi dulu ya!" Ucapku gugup tanpa melirik Darrel sambil terus melanjutkan langkahku.
"Ya!" Jawab Darrel pelan.
Dibalik pintu jati ini, aku bersandar lemas. Belum ada satu minggu dirinya bersama Darrel namun pria itu selalu dapat membuat jantungnya berdegup begitu kencang. Dan ini, yang pertama selama 25 tahun dirinya hidup di dunia ini.
Tuhan, tolong bimbing aku. Bantu aku menjalani pernikahan ini tanpa harus melukai Amandha lebih dalam lagi.
-----------------------------------------
Empat puluh menit berlalu.
Darrel mengetuk pintu kamar mandi, dan aku sadar pria itu pun juga ingin segera membersihkan tubuhnya yang lengket semenjak siang tadi. Namun sungguh, aku tak akan dapat keluar dengan pakaian tidur ini. Ku pandangi diriku didepan kaca toilet. Ya ampuunnn!! Kenapa aku harus mengenakan lingerie seperti ini sich?
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINGKUH (SELESAI)
RomanceHighest Rank #1 in Selingkuh Highest Rank #1 in Cinta Highest Rank #1 in Girlsquad Highest Rank #1 in Galau Highest Rank #2 in Indonesia Highest Rank #2 in Complicated Highest Rank #3 in 16 Highest Rank #3 in Romantis Highest Rank #6 in Romans =====...