Part 8 - Karena Nila Setitik

26.3K 1.8K 79
                                    

"Vanilla Latte! Atas nama Kak Adelia" teriak Anastasia. Seorang Barista cantik dengan apron berwarna hitam di coffee shop langgananku yang berada di lobi gedung dimana kantorku berada.

Dengan segera aku berdiri dari tempat duduk dan mengambil minumanku lalu bergegas melangkahkan kakiku keluar dari coffee shop tersebut.

"Kak Adelia, tunggu!" Langkahku terhenti saat Anastasia memanggil namaku. Aku berbalik dan gadis keturunan Chinese dengan kaca mata bulat dan rambut kuncir kudanya itu tersenyum manis dihadapanku.

"Iya, Tia! Kenapa?" Tanyaku polos.

"Ka Adel, lupa paper bag sandwich-nya." Jawab gadis itu sambil menyerahkan paper bag berisi makanan yang aku pesan.

"Ya ampun!" Aku menepuk keningku lalu meraih paper bag tersebut. "Makasih ya!" Lanjutku lagi.

"Mikirin apa sih, Ka? Pengantin baru galau amat?" Anastasia menggodaku sambil terkikik. Membuat keningku berkerut mendengarnya. "Barusan tuh aku sampe tiga kali menyebut pesanan kopi kakak, baru deh kakak denger! Tumben banget, kak! Kakak pasti kepikiran ya punya suami ganteng kayak kak Darrel.. takut diambil orang ya, kak?" Anastasia semakin terkekeh, menggodaku.

Kuputar kedua bola mataku lalu mencubit gemas pipi gadis itu. Sedetik kemudian bergegas meninggalkan gadis itu yang tetap tertawa menggodaku.

Aku bukan galau, Tia. Gumamku dalam hati. Aku gilaaaaaa!

Semalam dengan polosnya aku menuruti ajakan Darrel untuk masuk ke dalam kamarnya. Kamar dimana semua kejadian menggemparkan itu dimulai.

Tapi, siapa yang tahan saat pria itu mengatakan akan memberikan salah satu koleksi kamera merk Leica-nya untukku. Dengan iming-iming aku dapat memilih model kamera apapun yang aku inginkan.

Syaratnya hanya satu, aku harus memilihnya sendiri. Dan tempat pria itu menyimpan semua koleksi kameranya adalah di salah satu rak kaca di dalam walk in closet miliknya.

And... shit!

Aku benar-benar terpesona saat melihat langsung jejeran kamera dengan merk favoritku. Oh bukan, bukan hanya aku, namun merk favorit hampir seluruh fotografer di dunia ini.

Siapa yang menyangka jika ternyata Darrel juga mempunyai hobi yang sama denganku. Memotret, dan mengoleksi kamera. Tidak hanya jenis kamera terbaru, namun juga vintage. Digital, film, analog hingga polaroid semua tersusun rapi dihadapanku, merayuku dan membiusku membuat diriku betah berlama-lama berdua dengan pria itu, diruangan yang sempit ini.

Aku sadar, sengaja maupun tanpa disengaja, beberapa kali tubuh kami bersentuhan. Membuat jantungku berdegup dengan kencangnya. Jemarinya menyentuh jemariku saat dia mengajariku menggunakan salah satu kameranya. Dadanya menekan posesif punggungku saat dirinya membantuku mengambil kamera yang sulit aku jangkau dan bahkan pria itu memposisikan tubuhnya berdiri tepat dibelakangku seakan menghimpit tubuhku diantara dirinya dengan rak etalase koleksi kameranya. Membuatku hampir lupa diri ingin pasrah saja menyandarkan tubuhku di dadanya yang bidang itu.

"Aku mau yang ini!" Ucapku sambil memegang salah satu kamera Digital seri terbaru berwarna silver. "Bolehkah?" Aku menatapnya, ragu.

Jenis kamera yang aku pegang ini adalah salah satu seri paling baru dengan harga yang cukup lumayan tinggi. Rasanya aneh jika pria ini memberikan kamera koleksinya ini kepadaku dengan cuma-cuma.

Tapi sungguh, otakku serasa beku saat pria ini mendekatkan wajahnya ke wajahku. Membuatku dapat menghirup aroma memabukkan wine yang kami minum beberapa saat lalu. Perlahan lengannya naik, jemarinya menyentuh wajahku dan ibu jarinya mengelus lembut pipiku, lalu seketika... Darrel mencium pipiku.

SELINGKUH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang