Part 20 - The ANSWER

23.6K 2K 96
                                    

Jangan lupa klik vote, sayang-sayangkuh 😊
***

I want to get louder
I got to get louder
We 'bout to go up baby, up we go
We're blowing out speakers
Our heart a little clearer
For worst or for better
Gonna give it to you
In capital letters
~ Capital Letters, Hailee Steinfeld~

Darrel POV

Wanita yang berada didalam pelukanku ini sungguh menggoda. Wajahnya bersemu merah muda, bibirnya sedikit terbuka, nafasnya terengah. Dadanya naik turun menahan gairah yang membuatku ingin sekali menyentuhnya.

Adelia menatapku bimbang. Aku tahu dirinya pun ingin menyerah. Menyerah dan menyatukan cinta kami yang begitu sulit. Sulit hingga terasa sakit saat harus memutuskan apakah kami harus egois dan melupakan Amandha.

Namun sungguh, aku tidak peduli. Jika nantinya Tuhan menghukumku atas keegoisanku ini, bagaimanapun keinginanku hanya satu. Aku hanya ingin memiliki wanita ini seutuhnya. Membuat wanita yang berada diatas ranjangku saat ini menerima cinta yang akan aku berikan sepenuhnya.

Aku harus memiliki dirimu, Adelia! Hatimu, pikiranmu, tubuhmu, semua hanya milikku!

"Darrel, aku..." Suara Adelia tertahan saat jemariku membelai pipi lembutnya naik turun. Matanya terpejam saat kudaratkan bibirku dibibir merahnya. Wanita ini begitu memabukkan. Membuatku tak dapat berpikir normal.

"Adel, aku ingin menyentuhmu." Suaraku bergetar. Gairah ini begitu sesak hingga rasanya tak tertahan. Aku ingin sekali bersatu dan meledak di dalam dirinya.

Oh Tuhan, aku bisa gila!

"Darrel, aku..," Adelia menatapku sendu, "maaf, tapi aku tidak bisa." Ucapnya pelan. Sedetik kemudian bulir air mata jatuh dari pelupuk matanya.

Mata indah itu menangis, membuat perasaan bersalah menghampiriku. Bagaimana bisa aku begitu egois meminta dirinya untuk menerimaku sedangkan aku tahu wanita ini belum siap. Dan entah kapan Adelia akan siap disaat masih ada Amandha diantara kami.

"Ssttt.. jangan menangis, Adel!" Ucapku pelan sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya menggunakan jemariku.

"Aku tidak bisa, Darrel! Aku tidak bisa mengkhianati Amandha." Ucapnya ditengah isakannya.

"It's ok, baby! It's ok!" Ku kecup keningnya lembut, berusaha menenangkannya. "Maaf, aku terlalu memaksamu." Lanjutku.

"Maaf.. aku-" Ucapan Adelia terhenti saat aku menempelkan jari telunjukku di bibirnya. Tak hanya diriku yang tersiksa, aku tahu dirinya pun tersiksa. Jadi buat apa dirinya terus meminta maaf kepadaku?

"Bolehkan aku tidur sambil memelukmu malam ini?" Mintaku. "Aku ingin tidur sambil memeluk istriku, bukan memeluk guling yang sengaja kamu taruh diantara kita, Adel. Kamu pikir guling-guling itu bisa melindungi dirimu dariku, hhmm?" Godaku sambil mencubit hidungnya. Membuatnya tersenyum.

"Ya, kamu boleh peluk aku." Jawabnya. Adelia menatapku malu-malu lalu menaruh kepalanya didadaku. Tanganku memeluk tubuhnya dan membelai rambut lembutnya. Menghirup aromanya yang membuat perasaanku bahagia.

Ya, begini pun cukup untukku saat ini. Dengan Adelia yang berada dalam pelukanku, dengan dirinya yang sukarela memeluk tubuhku. Hanya seperti ini pun aku bahagia.

Tak berapa lama, kami berdua pun menutup mata. Saling memeluk menghangatkan tubuh dan hati kami yang begitu membara sebelumnya.

------------------------

Paginya, Adelia terlebih dahulu bangun dari tidur daripada diriku. Tak berapa lama setelah ku buka mata, wanita itu keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan sebuah handuk berwarna merah yang sangat kontras berpadu dengan kulit putihnya.

SELINGKUH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang