Masalah itu ibarat cangkang telur, ketika kamu bisa keluar dan melewatinya, kamu akan tau bahwa kamu jadi lebih kuat untuk menghadapi dunia baru.
Studio itu masih sama bagusnya seperti dulu. Bahkan sekarang terlihat lebih artistik. Beberapa lukisan karya anak didik, terpajang di sepanjang koridor utamanya.
Termasuk lukisan Yuna dulu. Terpajang diantara banyak lukisan di dinding besar yang terletak di ujung koridor.
Sebuah lukisan wanita berambut pendek dengan tatapan sendu berpose menghadap ke samping. Lukisan itu, di dominasi dengan warna hijau dan jingga yang membuatnya bewarna cerah tapi terkesan magis dan misterius.
Itu lukisan terakhir Yuna di studio ini.
"Biar gue aja yang ngomong sama Jungkook" ujar Yuna pelan waktu mereka ada di depan pintu salah satu ruang kelas.
Satu-satunya kelas yang lampunya masih menyala.
Wonu mengangguk, membiarkan Yuna berjalan menghampiri Jungkook yang tengah duduk di kelas tersebut sambil menatap sebuah kanfas yang penuh dengan coretan.
Jungkook sama sekali nggak sadar kalau Yuna udah berdiri di sebelahnya sampai suara Yuna membuatnya terkesiap, nyaris terjatuh dari kursi yang ia duduki.
"Biar gue tebak, ini lukisan sayap kan?" Ucap Yuna sambil memandangi lukisan abstrak di depan mereka.
Jungkook cuma diam.
Seharusnya ia senang Yuna ada disini, berdiri di sebelahnya seraya merangkul bahu miliknya. Tapi tidak untuk sekarang. Jungkook nggak mau ketemu Yuna dalam kondisi seperti ini. Kelihatan lemah dan nggak punya tujuan.
Yuna lantas mengambil bangku di pojokan kelas lalu menyeretnya hingga tepat di samping Jungkook.
"Kamu tau nggak sih apa yang unik dari lukisan abstrak?" Tanya Yuna. Ditatapinya Jungkook yang kini tengah mengalihkan padangannya pada kuas dan palet yang ada di tangan kirinya.
Jungkook malu.
"Mereka berbeda tergantung dari perspektif orang yang melihat." Ucap Jungkook pelan, namun masih bisa di dengar oleh Yuna.
"Mereka menyimpan pesan yang hanya di ketahui oleh pelukisnya" tambah Yuna.
"Kamu tidak akan tau apa itu sampai kamu memberikan perhatian penuh dan berkonsentrasi pada mereka" kata Jungkook mengakhiri kata-kata yang dulu pernah mereka pelajari di tempat ini.
"Lukisan abstrak itu sama kaya manusia. Tiap-tiap orang dari kita berbeda tergantung dari cara orang memandang kita. Aku adalah apa yang kamu pikirkan dan kamu bayangkan tentang diriku." Ucap Yuna mengutip sebuah quotes dari buku yang pernah ia baca.
"Tapi dari semua pandangan mereka terhadap kita, cuma kita sendiri yang tau siapa kita sebenarnya. Cuma kita yang bisa mengerti apa yang kita mau dan apa yang ingin kita dapatkan. Itu artinya, kamu nggak perlu bersusah payah mengubah diri kamu untuk menyesuaikan ekspetasi orang terhadap kamu. Semua terserah kepada cara mereka memandang kamu. Bener kan?"
Yuna tersenyum memandangi Jungkook, lalu melanjutkan ucapannya "butuh waktu cukup lama sampai orang orang mengenal siapa kita sebenarnya. Itu karena tiap-tiap dari kita unik dan istimewa dalam berbagi bidang. Itulah kenapa nggak semua orang punya pencapaian yang sama. Nggak semua orang punya keahlian yang sama."
"Termasuk kamu sama Wonu"
Yuna sama sekali nggak pernah ngebayangin hal kaya gini bakalan terjadi diantara ia dan Jungkook. Ngomong di studio yang dulu pernah jadi saksi gimana kedua dari mereka menghabiskan waktu untuk mempelajari hobi yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweeties
Fanfiction"Nu, kalau ternyata gue suka sama lu gimana?" "ya ga gimana gimana" Dulu tuh kita masih terlalu muda, masih SMA. Masih abu abu soal yang namanya cinta. Kita tuh kaya buah stroberi, dominan asam tapi ada manis manisnya.