Waktu Joy masuk kedalam kamar kosannya, yang ada hanya debu dimana-mana. Piring-piring kotor di meja samping tempat tidur, sisa-sisa makanan, dan botol-botol sofdrink yang berserakan disana sini.
Who care?
Joy tinggal sendirian di kosannya. Sebenarnya lebih mirip apartemen dibanding kosan. Karena fasilitasnya terlalu mewah untuk disebut kosan.
Joy bukan anak rantauan yang jauh dari rumah. Nggak, rumah Joy masih dikota yang sama dan nggak jauh-jauh amat dari sekolah.
Alasan Joy memilih buat ngekos adalah karena dia ngerasa kesepian dirumah orang tuanya.
Ayah Joy seorang pebisnis yang sering bolak balik keluar negeri. Sedangkan ibu Joy model terkenal yang lebih banyak menghabiskan waktunya di depan kamera dibanding dengan keluarga.
Kedua orang tuanya sama. Sama-sama workholic dan nggak peduli keluarga.
Satu persatu botol-botol minuman kaleng itu ia masukkan kedalam plastik sampah besar. Piring-piring serta alat makan yang berserakan Joy taruh di wastafel cuci piring. Sisanya ia biarkan begitu saja.
"Gue emang anak yang kurang perhatian tapi buka berarti gue bisa ngelakuin hal serendah itu" kesal Joy waktu dia lagi cuci muka.
"Emang siapa sih yang mau hidup kaya gue? Emang gue mau? Emang gue minta?" Ringisnya.
Masih kebayang gimana tajamnya ucapan Jennie tadi. Gimana Jennie nuduh Joy seenaknya. Gimana Jennie melampiasin amarahnya sama Joy karena dapet sanksi dari guru BK.
Cuma karena Joy hoby clubing nggak berarti Joy bisa serendah itu.
Cuma karena Joy kurang perhatian nggak berarti Joy ngelakuin hal hina kaya gitu buat dapet perhatian.
"Orang orang emang selalu nilai buku dari sampulnya" dengan kasar, diusapnya wajahnya dengan handuk.
Joy emang gila dan punya pemikiran liar sejak putus dari Sungjae. Dan Joy akuin semua itu ia lakuin karena dia kesepian dan butuh perhatian.
Iya, Joy emang se-kekanakan itu.
Ia juga akuin kalo dia hobi clubbing, menghambur hamburkan uang, dan terjerat dalam pergaulan dunia malam.
Dan Joy nggak pernah menampik hal itu.
Dia nggak pernah keberatan kalau dibilang liar, cabe, anak malam, dan sebagainya. Toh kenyataanya emang kaya gitu.
Tapi, senakal nakalnya Joy, ada dua hal yang nggak bakal pernah dia coba seumur hidupnya. Narkoba dan seks bebas.
Joy nggak sampai segila itu cuma buat dapetin perhatian orang tuanya.
"Kalo dipikir pikir hidup gue nggak ada enaknya sama sekali" pelan-pelan ia pasangkan plester pada pipi sebelah kirinya yang terkena cakaran Jennie.
"Gue nggak pernah ganggu hidup orang tapi kenapa ada aja yang ganggu hidup gue?"
"Gue nggak pernah berniat buat nyakitin orang lain tapi kenapa ada aja yang nyakitin gue?"
Menit-menit berikutnya Joy terus aja meracau tentang seberapa menyedihkanya dia saat ini.
Lama sampai akhirnya entah sejak kapan Joy tersedu diatas tempat tidurnya.
Malam itu, di ruang kecil yang ia sebut kamar, cuma ada Joy dan lembabnya udara malam yang jadi saksi gimana setiap luka, dan air mata dia lewati sendiri.
Padahal dibanding selimut mahal dan bermerk, Joy lebih butuh pelukan orang tua.
Dibanding uang dan harta, Joy lebih butuh perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweeties
Fanfic"Nu, kalau ternyata gue suka sama lu gimana?" "ya ga gimana gimana" Dulu tuh kita masih terlalu muda, masih SMA. Masih abu abu soal yang namanya cinta. Kita tuh kaya buah stroberi, dominan asam tapi ada manis manisnya.