Lampu perkotaan, bintang, dan Wonu.
"Nu, kalo gue suka sama lo gimana?"
Yuna dan Wonu tengah duduk diatas kap mobil dengan segelas minuman ditangan mereka. Strawbberry milkshake untuk Yuna, dan hot chocolate untuk Wonu.
Malam itu, setelah 2 jam berkeliling di pusat perbelanjaan guna membelih hadian ulang tahun Jungkook, Wonu ngajak Yuna ke tempat yang nggak pernah Yuna duga sebelumnya.
Tempat ini nggak punya nama. Sebuah tempat di sudut perkotaan yang datarannya lebih tinggi sehingga dari sana ia bisa melihat lampu perkotaan di malam hari.
Yuna duduk bersila menggenggam minumannya, sedikit bingung dan penasaran kenapa Wonu mengajaknya ke tempat itu.
"Lo sering ke sini ya?" Tanya Yuna membuka obrolan. Diperhatikannya Wonu yang sedari tadi melamun ke arah perkotaan.
Yuna pengen tau apa yang lagi dipikirin Wonu.
"Dulu, kalo gue lagi banyak pikiran gue sering kesini" jawabnya.
"Sekarang lagi banyak pikiran?"
Butuh beberapa saat bagi Wonu buat menjawab pertanyaan Yuna, "kayanya gitu" ujarnya ragu.
"Gue nggak pernah liat lo bingung gini" ucap Yuna.
"Hm, gue juga ga pernah ngerasa sebingung ini sebelumnya"
Mungkin Yuna belum lama kenal sama Wonu. Mungkin Yuna belum tau seluk beluk kehidupan Wonu. Yuna juga nggak tau gimana jalan pikiran seorang Wonu, tapi Yuna tau banget kalau ada sesuatu yang mengganggu pikirannya saat ini.
Yuna pengen tau. Pengen nanya. Tapi Yuna sadar kalau itu bagian dari privasi Wonu. Kalau Wonu nggak mau cerita, berarti Yuna nggak berhak tau.
Gitu pikirnya.
"Gue gatau lo lagi mikirin apa, tapi apapun itu gue yakin lo pasti nemuin jawaban atas keraguan lo "
Sesuatu tentang Yuna yang sampai sekarang tidak terdefisnikan oleh Wonu, kapan dan gimana dia bisa suka sama Yuna?
"Na.." nada bicara Wonu terdengar rendah dan ragu.
"Iya kenapa?"
"Kalo gue buat kesalahan lo mau maafin ga?"
"Emang punya niatan buat bikin kesalahan?" Yuna balik bertanya.
"Nggak, mungkin aja suatu saat gue bikin kesalahan sama lo"
Yuna menoleh, dipandanginnya temaram kampu perkotaan yang berpendar indah di bawah sana. Yuna nggak pernah ngerasain perasaan ini sebelumnya. Rasa bingung, ragu dan takut di tinggalkan. Takut kehilangan.
"Kata papa, apapun yang terjadi di hari esok, tidak perlu di khawatirkan di hari ini. Kita cuma punya waktu 24 jam selama satu hari, jadi rasanya sayang kalau waktu yang sedikit itu dihabiskan untuk mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi"
Strawberry milkshake yang semula dingin, mulai mencair di tangan Yuna "kalo suatu saat lo buat salah, jangan cuma minta maaf tapi perbaiki juga kesalahan yang udah lo bikin. Kata maaf doang nggak berarti buat gue"
Sampai saat ini, Yuna masih belum mengerti kemana arah obrolannya dengan Wonu. Bahkan sampai Wonu menggemgam tangan kanannya yang tergeletak bebas di sampingnya, Yuna masih tidak mengerti situasi apa yang sedang mereka hadapi.
Kita itu apa? Perasaan kita itu gimana? Gue harus respon lo kaya apa? Gue harus gimana? Perasaan lo sama gue gimana?
Dan segala rentetan pertanyaan yang bergumul di pikiran Yuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweeties
Fiksi Penggemar"Nu, kalau ternyata gue suka sama lu gimana?" "ya ga gimana gimana" Dulu tuh kita masih terlalu muda, masih SMA. Masih abu abu soal yang namanya cinta. Kita tuh kaya buah stroberi, dominan asam tapi ada manis manisnya.