One Step Closser

237 37 12
                                    


"Gyu, gue minta dua proposal dong," ujar Yuna sesaat setelah rapat OSIS selesai.

Mingyu masih sibuk sama laptop dan beberapa map yang berisi proposal penggalangan dana untuk acara pensi tahunan sekolah mreka.

"Boleh, mau dibuat untuk siapa?" Tanya Mingyu.

"perusahaan MIT sama Kims medicine center"

"Oh perusahaan orang tua lo ya kak?"

"Nggak, orang tua gue cuma pemegang saham," iya, cuma pemegang saham tapi jumlah sahamnya 55% yang artinya orang tua Yuna adalah direktur utama kedua perusahaan tersebut.

"Gue format ulang ya, besok gue kasi proposalnya," jawab Mingyu,Yuna mengangguk setuju kemudian pamit lebih dulu.

"Gue duluan ya, ada urusan di ruang guru," katanya.

"Siip," balas Mingyu.

Satu bulan berlalu dan kegiatan Yuna masih sama monotonnya kaya dulu. Malah lebih sibuk lagi karena dia dan anak OSIS lagi ngurusin proyek tahunan Pentas Seni sekolah.

Soal Wonu, dia hampir nggak pernah keliatan setiap kali ada pertemuan OSIS. Nggak tau dia lagi sibuk apa, tapi yang jelas dia masih ngontrol anak-anak OSIS walaupun nggak bisa bantu dilapangan.

Kalau kata anak-anak OSIS
"Berasa ditinggal ayah kerja keluar kota,"

Yah, tradisi ledek meledek soal Yuna dan Wonu emang nggak bisa dihilangin dari mereka. Anak OSIS nganggep Yuna sebagai ibu dan Wonu sebagai ayah karena perannya mereka di OSIS yang beneran kaya lagi ngasuh bocak bocah cilik. Dulu Yuna sempat nggak suka sama panggilan itu,tapi sekarang dia udah nggak peduli.

"Ibu manggil saya?" Yuna mengintip sedikit dari balik pintu ruangan Bu Hani.

"Lama kamu, ibu nungguin dari tadi,"

"Maaf bu, baru selesai rapat OSIS," Yuna lalu duduk di kursi depan meja bu Hani.

"Oh iya mau pensi ya, pantes pak heechul udah jarang keliatan,"

"Bener bu, pak Heechul lagi sibuk ngurusin pensi juga,"

"Jadi,ibu ada urusan apa manggil saya?"

Bu Hani terdiam sebentar sambil menghela napas panjang. lalu ia mengambil beberapa berkas pada lemari kecil di sampimg mejanya, membacanya sesaat kemudian memandangi Yuna serius.

"Kamu yakin nggak ngambil program pendidikan ke Jerman?" Tanyanya.

Yuna tersenyum simpul, "Jerman terlalu jauh bu, saya masih belum bisa ninggalin kehidupan saya disini,"ujar Yuna kemudian.

"Kesempatan cuma datang sekali Na, kamu nggak bakal nyesal nantinya?"

"Justru karena kesempatan cuma ada sekali bu,saya mau memanfaatkannya sebaik mungkin. Saya mau menikmati hidup saya dan memperoleh keberhasilan dari jalan yang saya mau. Lagipula, pendidikan bukan tentang universitas mana yang kita duduki,tapi tentang bagaimana kita memaksimalkan potensi diri. Saya ingin seperti kaktus yang tetap tumbuh dan berkembang dimanapun ia hidup," jawab Yuna penuh keyakinan.

Bu Hani tersenyum memandangi murid kesayangannya yang paling keras kepala ini. Semakin ia mengenal Yuna semakin ia menyadari bahwa Yuna mirip dengan dirinya di masa lalu.

"Orang tua kamu gimana?"tanya Bu Hani.

"Mama masih nggak terima, tapi papa tetap dukung. Nanti juga lama-lama mama mau nerima bu," jawab Yuna.

Bu Hani mengangguk paham,
"Sebenarnya dari awal ibu nggak mau maksa kamu, tapi sekolah mendesak supaya kamu juga ikut program ini, semakin banyak siswa yang terdaftar disana semakin baik kualitas sekolah dimata orang luar. Kamu pasti ngerti kan? Tapi kalau emang ini udah keputusan kamu, ibu akan tetap dukung kamu," terangnya.

Strawberry SweetiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang