Alasan kenapa Yuna menolak tawaran program pendidikan ke Jerman, selain karena emang cinta sama negaranya adalah karena Joy.
Iya Joy, sahabat Yuna yang keliatan paling sangar dan berantakan itu adalah alasan paling kuat mengapa Yuna memilih buat tetap di sini.
Suatu hari, Joy nginep di rumah Yuna. Cuma ada Joy karena waktu itu Yerin lagi liburan di rumah neneknya.
Dan itu seminggu setelah insiden Joy masuk rumah sakit.
Joy duduk di tempat tidur Yuna, sementara Yuna masih sibuk di depan meja rias mengaplikasikan skincare di wajahnya. Kegiatan rutin Yuna sebelum tidur.
"Na, gue mau ngomong deh sama lo," ujar Joy tiba-tiba terdengar serius tapi ragu.
Yuna tau ada yang salah dari Joy akhirnya menghentikan aktifitasnya lalu berbalik menghadap kearah Joy. Menatapi sahabatnya itu dengan perhatian penuh.
"Ngomong apa?" Tanya Yuna.
"Sory kalau gue lancang, tapi tadi gue nggak sengaja liat formulir program studi ke luar negeri di meja lo, lo mau kuliah keluar negeri nanti?"tanya Joy.
Yuna diam sebentar, formulir itu emang baru aja dikasi Bu Hani tadi siang, dan sampai sekarang Yuna belum terlalu yakin sama keputusannya.
"Oh itu.. iya tapi masih gue pikirin sih," kata Yuna.
Joy diam, entah sejak kapan matanya mulai berkaca-kaca menatap ke arah Yuna sendu.
"Lo mau tau nggak cerita hidup gue yang nggak pernah gue ceritain sama orang-orang?" Tanyanya,
"Dari kecil gue nggak pernah ngerasain apa itu keluarga. Kaya yang pernah gue bilang, mama sama papa sibuk kerja tanpa peduliin gue. Gue dibesarkan sama para pembantu dan orang-orang asing yang untungnya perhatian sama gue.
Kalau pun papa sama mama lagi dirumah, waktu mereka banyak dihabiskan buat bertengkar ketimbang merhatiin gue. Rasanya kaya hidup sendirian. Gue nggak pernah ngerasain yang namanya keluarga utuh dan bahagia. Gue nggak pernah ngerasain gimana rasanya jadi anak normal. Yang bangun pagi dibangunin sama mama trus dibuatin sarapan sama mama. Pulang sekolah makan siang sama mama dan ngerjain pr dibantu mama.
Gue nggak pernah ngerasain hal kecil kaya gitu.
Gue nggak pernah ngerasain pulang sekolah dijemput papa,mampir sebentar di minimarket buat beli eskrim trus pulang kerumah dan makan malam makanan buatan mama. Kaya yang biasa lo ceritain itu..
Gue nyaris hidup tanpa kasih sayang orang tua. Ngelewatin semuanya sendirian dan ngelakuin semuanya sesuka gue.
Kadang, gue ngerasa nggak berharga di dunia ini. Kadang gue ngerasa kalau gue mati juga orang tua gue gabakal peduli.
Gue ngerasa hidup gue nggak berguna. Yang lama kelamaan bikin gue jadi orang yang pemurung.
Sampai suatu hari gue ketemu lo, lo tuh ceria banget, hidup kaya nggak punya beban dan selalu keliatan bahagia.
Lo yang entah sejak kapan jadi deket sama gue dan selalu ada buat nebarin virus ceria lo itu keorang orang.
Gue masih inget,waktu itu gue lagi nangis sendirian, lo dateng dan nyamperin gue padahal waktu itu kita belum terlalu dekat.
Lo bilang gini
"Joy, aku liat kamu sering murung sendirian, aku mau nanya tapi takut dibilang ikut campur. Aku cuma mau kasih saran sih, kalau kamu lagi sedih dan nggak mau cerita ke orang lain coba deh inget-inget kenangan manis dihidup kamu, biasanya aku selalu kaya gitu dan aku jadi lupa sama masalah aku sekarang,"
Lo ngomong gitu. Tapi bukannya bisa ngelupain masalah gue, gue malah semakin sadar kalau hidup gue benar-benar menyedihkan karena gue nggak punya kenangan manis dihidup gue.Kenangan manis pertama yang gue punya dihidup gue adalah saat dimana lo ngerayain ulang tahun gue. Itu pertama kali gue ngerasain jadi orang yang berharga dimata orang lain.
Semenjak gue kenal sama lo dan Yerin gue jadi ngerasain apa itu bahagia dan apa itu yang disebut kenangan manis.
Gue pernah nyaris bunuh diri waktu SMP kalau aja malam itu lo nggak nelponin gue dan ngobrol hal-hal nggak penting di telepon.
Lo inget nggak? Waktu itu sehari setelah kita nerima rapot dan lo jadi juara 1 seangkatan. Lo bahagia banget sampai nelponin gue dan ceritain hal-hal konyol yang bikin gue lupa kalau gue mau bunuh diri waktu itu.
Waktu itu gue lagi berdiri di jembatan dan nyaris aja lompat ke sungai kalau nggak ada telepon dari lo.
Lo segalanya Na. Lo sama Yerin adalah harta paling berharga yang pernah gue punya sepanjang hidup gue.
Kalau nggak ada lo malam itu gue mungkin udah mati konyol.
Kalau nggak ada lo sama Wonu seminggu yang lalu gue mungkin udah mati membusuk di kamar gue. Tanpa ada yang peduli.
Lo dan Yerin satu-satunya alasan gue masih bertahan ngelanjutin hidup gue saat ini.
Kadang gue mau nyerah, tapi kalau gue inget kalian, dan semua kenangan manis yang udah kita buat bersama gue jadi pengen hidup selamanya.
Gue tuh... " cerita panjang Joy terhentikan oleh tangisnya.
Joy ggak tau lagi harus ngomong apa, yang dia tau cuma, kalau bukan karena Yerin dan Yuna mungkin nggak bakal ada seorang Joy yang kita kenal saat ini.
"Gue tuh... hiks, nggak mau ditinggal kalian. Gue gamau sendiri lagi. Gue takuut," katanya tersedu.
Yang tentu saja bikim Yuna ikutan nangis ngeliat sahabatnya kaya gini.
Joy yang cuek, Joy yang bar-bar, Joy suka seenaknya, nyatanya cuma gadis kecil lemah yang bukan apa-apa tanpa kedua sahabatnya.
"Hiks.. kalau.. kalau lo nggak ada di samping gue siapa yang bakal maksa gue belajar? Siapa yang bakal bawelin gue tiap kali gue lupa makan? Siapa yang bisa gue minta tolong seandainya penyakit gue kumat lagi kaya malam itu...? Hiks... gue nggak punya siapa-siapa Na,"
"Gue nggak punya siapa-siapa, kecuali kalian."
Yuna nyamperin Joy lalu memeluk sahabatnya itu erat banget.
"Hiks... gue tau kok gue egois, huuuuhuu tapi gue tuh bukan apa-apa tanpa kalian Na... plis, gue mohon tetap disamping gue"
"Gue nggak mau hidup sebatang kara kaya dulu lagi, gue nggak mau sendirian,"
"Gue takuuuut" Joy nangis sejadi-jadinya dipelukan Yuna.
"Iya, gue bakal selalu di samping lo kok,jagain lo. Gue janji setelah ini nggak bakal ada lagi yang bikin lo nangis kaya gini. Ya? Janji sama gue lu harus jadi peribadi yang lebih baik setelah ini,"
"Lo bakal jadi cewe dewasa yang hidup bahagia. Apapun caranya, gue bakal usahain buat bikin lo selalu bahagia"
Janji Yuna. Itu janji paling besar yang pernah dibuat Yuna. Janji yang entah bagaimana pun akan di tepatinya.
***
Cerita ini terinspirasi dari cerita teman gue tentang gimana sulitnya hidup mereka.
Mereka yang bikin gue sadar kalau setiap orang emang harus lewatin masa sulit setidaknya sekali dalam hidup kita.
Mereka yang bikin gue sadar bahwa, gue nggak sendirian di dalam kesulitan hidup yang gue lewatin.
Kalin juga gitu ya, jangan pernah merasa sendiri, jangan pernah merasa nggak berguna. Semua bakal ada masanya kok.
Seberat apapun hari ini,masih akan ada hari esok untuk dijalanin dengan sebaik mungkin.
Kalau kalian bingung mau cerita sama siapa, boleh loh kontak gue ke akun ini.
Gue selalu terbuka buat kalian 🤗🤗
Gue mungkin nggak bisa banyak membantu, tapi setidaknya gue bisa jadi pendengar yg baik atau kalau gue mampu gue bakal ngasi solusi buat masalah kalian.
Pokoknya, jangan nyimpan masalah sendirian karena gue tau gimana rasanya depresi sendirian dan itu nggak enak.
Jangan lupa vomment 😗😙😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweeties
Fanfiction"Nu, kalau ternyata gue suka sama lu gimana?" "ya ga gimana gimana" Dulu tuh kita masih terlalu muda, masih SMA. Masih abu abu soal yang namanya cinta. Kita tuh kaya buah stroberi, dominan asam tapi ada manis manisnya.