Waktu itu, seminggu sebelum hari ulang tahun Jungkook. Ayah mereka pulang tepat setelah makan malam usai, lalu memanggil Wonu untuk segera menemuinya di ruang kerja.
Tidak ada yang aneh bagi Wonu karena dia udah tahu apa yang ingin dibicarakan ayahnya. Tapi nggak buat Jungkook, malam itu Jungkook ngerasa ada pembicaraan serius antara ayah dan kakak laki-lakinya itu. Maka ia menutuskan untuk menunggu dikamar Wonu hingga pembicaraan mereka selesai.
"Kamu sudah mulai kursus bahasa Jerman?" Tanya ayah Wonu, kedua jemari tangannya saling terpaut dengan sikut bertumpu diatas meja. Tatapannya tegas dan mengintimidasi.
"Saya.. masih memikirkan usulan papa," jawab Wonu. Tak banyak yang percaya,tapi kecanggungan terbesar Wonu adalah berhadapan dengan ayah kandungnya sendiri.
"Apa yang harus dipikirkan?" Nada biacara ayahnya menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Penuh penuntutan dan tanpa penolakan. Ucapannya terdengar seperti keputusan mutlak yang tidak dapan diganggu gugat.
Wonu tertunduk, pada satu titik ia memahami bahwa apapun yang ia lakukan tidak semua takdir bisa ia ubah. Ia ingin menentukan jalan hidupnya sesuai kemauannya selama ini,sesuai mimpi-mimpi yang selalu ia dambakan. Tapi nampaknya ayahnya lebih memegang kekuasaan atas dirinya dibanding ia sendiri.
Pada beberapa waktu,Wonu berharap ia tidak terlahir sebagai Wonu.
"Besok saya akan segera mencari referensi kursus terbaik disini pa, maafkan kelalaian saya,"ujar Wonu. Terlihat siap tapi tidak benar-benar siap.
Ayah Wonu mengangguk lalu mempersilahkannya keluar dari ruangan kerja miliknya.
Jungkook tengah bersiap didalam kamar Wonu dengan setoples kacang mete ditangannya menunggu kedatangan Wonu.
"Bang ada apa?" Tanya Jungkook segera ketika Wonu memasuki kamar miliknya.
Wonu tidak menjawab pertanyaan Jungkook. Disambarnya jaket denim yang tergantung rapi dibelakang pintu,
"Gue bisa minta tolong nggak?" Pintanya kemudian."Apa?"tanya Junngkook.
"Tolong cariin gue tempat kursus bahasa jerman,"
"HAH? BUAT APA ANJIR?" Kagetnya. Jungkook berpikir sejenak lalu menggeleng tak percaya, "sumpah? Papa nyuruh lo ke Jerman? Bang Jerman jauh," panik Jungkook,diletakkannya setoples mete diatas nakas lalu segera menghampirin Wonu.
"Ya emang jauh kalo deket ngapain susah-susah gue belajar bahasa asing," jawab Wonu acuh.
"Trus sekarang lo mau kemana?"tanya Jungkook begitu melihat Wonu sudah berstelan rapi seperti ingin pergi.
"Kerumah Yuna, tolong bukain pintu kalo gue pulang kemalaman," jawabnya kemudian menyambar kunci mobil di atas meja dan pergi begitu saja.
Meninggalkan Jungkook yang masih belum sepenuhnya paham dengan apa yang sedang terjadi.
Percaya nggak percaya, waktu itu Wonu sama sekali belum janjian buat ketemu Yuna. Nggak tau kenapa, Wonu cuma merasa pengen ketemu Yuna setiap kali suasana hatinya sedang tidak baik. Sometimes its just like, ada sesuatu pada Yuna yang bikin Wonu ngerasa lebih nyaman dan baikan.
Satu jam berlalu dan satu-satunya yang Wonu lakuin adalah menunggu di dalam mobilnya yang terparkir tidak jauh dari rumah Yuna. Wonu nggak punya keberanian buat turun dan ngajak Yuna keluar karena dia nggak punya alasan untuk itu.
Sampai akhirnya satu pesan dari Yuna masuk ke ponsel milik Wonu. Isinya tentang Yuna menanyakan Jungkook yang clueless masalah hari ulang tahunnya.
Dan butuh beberapa chat panjang sampai akhirnya Wonu beraniin diri buat ngajak Yuna keluar dengan alibi nyari kado ulang tahun buat Jungkook.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweeties
Fanfiction"Nu, kalau ternyata gue suka sama lu gimana?" "ya ga gimana gimana" Dulu tuh kita masih terlalu muda, masih SMA. Masih abu abu soal yang namanya cinta. Kita tuh kaya buah stroberi, dominan asam tapi ada manis manisnya.