"Mbak.... Taa- tapi kaan..."
"Udah gak usah protes..."
"Ta-taaaapi..."Dan semua sudah terlambat, dalam hitungan detik gw udah ada didalam ruangan kopdar.
Tiba-tiba suasana hening...
Krik... Krik....."Mas yang baru dateng silahkan ngisi bangku yang didepan, masih kosong kok"
"Aku mbak?"
"Iya silahkan, Mas"Mc yang menyadari kehadiran gw tanpa basabasi nawarin gw untuk duduk dibangku depan, sesuai perkiraan gw sebelumnya. Peserta peserta kopdar yang lain ikut mengalihkan pandangan ke arah gw, termasuk si cowok bertahi lalat dibibir yang duduknya dibangku sebelah kiri baris ke - 4 diantara 2 peserta cowok. Sewaktu gw lihat ke belakang ke arah si mbak yang ngedorong gw masuk tadi, dia cuma senyum sambil mengacungkan dua jempol dan bergumam "good luck". Kayaknya doi puas banget bisa ngerjain gw.
Dengan berat hati gw langkahkan kaki gw ke arah tempat duduk paling depan berhadapan tepat dengan tempat duduk pembicara. Beberapa pasang mata, dari yang gw rasain, masih belum memindahkan arah pandangan mereka. Dan dengan satu tarikan nafas gw duduk ditempat yang mbak mc tunjuk.
"Silahkan, Mas" Mbak Mc, seorang perempuan berkaos hitam dengan sablon putih bertuliskan "kreator" dibagian dada memberi senyum seiring duduknya gw dikursi barisan depan.
"Iya mbak" gw jawab singkat sambil ngelepas tas dan jaket yang sebelumnya gw pake. Mc pun melanjutkan kembali obrolan dengan penonton yang sempet ketunda karena kedatangan orang gak penting barusan.
Kontes foto Instagram. Gw liat tulisan ini yang terpampang dilayar depan ruangan. Di layar ini tercantum informasi kalau siapapun yang ikut kopdar bisa meramaikan kontes foto ini, lengkap dengan informasi lain sebagai persyaratan kontes. Ini juga lah yang dimaksud oleh mbak-mbak diluar tadi.
"Yaaa, sebelum kita lanjut, gw pengen ngobrol dulu nih sama kalian yang ada disini, kita kenalan dulu dikit, hmm coba dimulai dari Mas ini, Mas namanya siapa ya?" Mbak mc berkelakar didepan ruangan dan sedetik kemudian gw baru sadar kalau yang dia maksud "Mas ini" itu adalah gw setelah dia tibatiba ada didepan gw dan menyodorkan mik.
"Gw? Nama? Rendy." Gw jawab singkat sambil menyunggingkan senyum tipis kearah pembawa acara.
"Akun Kaskusnya Mas?" Si mbak nanya lagi, dan semua perbincangan yang terjadi antara gw dan si mbak ini dibantu oleh mik. Terimakasih mik, berkat mik privasi gw bakal hancur berantakan sebentar lagi.
"Akun kaskus? Hmmm... Rendyprasetyyo, "Y" nya dua" gw jawab pertanyaan si mbak dengan nada sangat terpaksa dan kayaknya si mbak ini sadar dengan keterpaksaan gw.
"Ooh rendy ya mas. Biasanya posting dimana? Lounge? Dp?" Si mbak nanya lagi, samar samar gw liat ekspresi terkejut doi waktu tau id gw dan pikiran gw mulai menganalisa masalah ini. Apa mungkin akun gw seterkenal itu? Masalahnya adalah terkenal tentang apa? Karena seinget gw sih gw gak pernah post hal hal penting selain tentang bibi.
"Gw biasanya di lounge sih mbak, tapi sekarang karena lagi nulis cerita jadi kadang ke SFTH" gw jawab pertanyaan Si mbak ini dengan jujur. Dan lagi lagi gw liat ekspresi kaget yang sekilas tersirat di raut wajah si mbak mc.
"Waaah, boleh tau judulnya apaa mas? Trit yang di sfth." Si mbak Mc lagi lagi nanya gw.
"Gak mau kasih tau ah"
"Lah, kenapa Mas?"
"Gak mau, malu"
"Kan bisa sekalian dipromosiin?
"Gak mau mbak, nanti aku promosiin sendiri aja."
"Ceritanya tentang apaan emang? Mantan?"
"Ada mantannya sih dikit"
"Hmm.. ya udah deh semoga tetap menulis ya Mas. Ya siapa lagi yang punya pengalaman nulis kayak mas barusan dan pengen tulisannya dipromoin, sini yuk kita kenalan lagi"Lalu si Mc pergi, meninggalkan gw setelah puas mengobrak abrik ranah pribadi gw. Cerita gw tentang apa? Pertanyaan ini pengen banget gw jawab dengan jawaban "tentang seberapa besar perasaan gw buat bibi", tapi karena si mbak Mc ini bawa bawa mantan jadi dengan terpaksa gw jawab dengan jawaban yang mengarah kesana mengingat gw juga nyediain beberapa chapter buat ngebahas ami.
Gw harus ikutan kontes foto. Setelah ritual mempersiapkan kamera terganggu karena wawancara dadakan, sekarang akhirnya kamera gw siap buat dipake ngejepret lagi. Demi kontes foto.
Waktu demi waktu berlalu. Beberapa pembicara silih berganti memberi materi tentang banyak hal. Ada yang ngasih contoh konten konten booming beberapa bulan terakhir, ada yang ngasih statistik tentang gimana cara bikin konten yang berkesan, dan ada juga momen dimana si cowok bertahi lalat dibibir dipanggil kedepan buat ngasih pertanyaan. Beberapa momen yang gw anggep penting gw capture tanpa ragu pake kamera yang udah gw bawa. Beberapa kali juga gw tangkep tatapan si mc kearah gw. Tatapan campuran antara ngenes dan kepo. Gw anggep kalau gw pantes ditatap dengan cara ini mengingat kehadiran gw disana cuma kayak menuhin tempat aja.
Gw puas dengan hasil jepretan gw? Jawabannya gak. Tapi dengan sangat terpaksa harus gw upload demi janji yang udah gw bikin sebelumnya. Sebenernya gw punya pilihan buat gak upload dan gak ikutan kontes ini, tapi setelah beberapa menit yang lalu gw gak sengaja nangkep tatapan sinis si mbak yang nyuruh gw ikutan kontes jadi sekarang dengan sangat terpaksa gw harus ikutan upload satu foto acara ini.
Serem? Iya. Tatapan si mbak ini kayak gak secara langsung bilang "oi mana foto instagram lu? Mau gw acak acak cerita lu buat bianca?"
Gw sadar banget kalau konsekuensinya besar kalau seandainya gw gak ikutan upload malam ini. Bahaya bre pokoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]
AdventureHighest rank (June 12th, 2020): #1 in meditasi #3 in mendaki "Harpocrates had become the symbol for secrets and mysteries. I have no qualms about representing silence, but to me silence does not mean keeping secrets, it means serenity. It is in sile...