Chapter 96
Cewek emang penuh misteri ya. Maksud gw disini bukan kearah hal-hal mistis tapi mungkin ke arah "unpredictable". Kita, cowok, bisa aja berencana dan mempersiapkan segalanya sedetail dan seteliti mungkin, tapi yang namanya cewek (hampir semua kaum mereka) bisa membuat semua rencana terasa sia-sia dan akhirnya improvisasi jadi jalan akhir.
Sekarang waktu menujukkan pukul setengah enam sore. Gw dan lisa lagi-lagi sedang beristirahat disalah satu undakan tangga yang dari sejak berjalan dari uleri terlihat tidak berujung. Lisa masih memegang prinsip yang sama untuk tidak terlalu memforsir energi karena pertimbangan gw yang lagi sakit dan dia yang punya asma. Dari 4 jam berlalu sejak dia marah-marah, gw dan dia baru menyelesaikan 1.5 jam waktu berjalan diselingi dengan 2.5 jam waktu istirahat.
"Jalan lagi yuk?" gw yang sedang duduk disalah satu undakan agak sedikit berteriak kearah lisa yang sedang beristirahat dibeberapa anak tangga yang ada di bawah gw. Langit semakin gelap, cahaya oranye senja samar terlihat beberapa menit yang lalu dibalik bukit-bukit yang menjulang yang langsung menghilang ditutupi awan hitam. Kicauan burung gagak lebih sering terdengar sekarang dan gw liat dilangit beberapa kerumunan mereka sedang terbang rendah mungkin untuk mencari makanan. "Lis, ghandruk masih jauh banget"
"Yuk, tapi pelan-pelan ya" lisa mulai mencoba untuk berdiri dan memalingkan wajah kearah gw yang ada dibelakangnya. "Lu bawa senter kan? Kita pasti bakal kemaleman sekarang"
"Bawa" gw menjawab sambil mengeluarkan sebuah senter kecil berwarna merah yang ada disaku depan jaket gw. "Lu bawa juga?"
"Iya gw bawa kok" lisa menjawab sambil mengatur nafas dan mulai menaiki anak tangga menuju ke arah gw. Cahaya jingga langit tinggal segaris, awan gelap mendominasi langit sekarang. "Kayaknya mau hujan deh apa karena udah malem aja jadi awannya keliatan gelap"
"Gw gak tau sih yah" gw menjawab sambil melihat kearah awan yang dimaksud lisa. Dia bener, awan keliatan semakin gelap sejak pertama kali tracking ke uleri dimulai. "Harusnya sekarang ini winter dan kalaupun hujan harusnya hujannya salju. Tapi kalau cuaca disini emang beda firasat gue bilang awan itu gelap karna bakal turun hujan sih bukan karena pertanda malam"
"Ren" lisa bergumam setelah berada disamping gw. "Kalau hujan sekarang abis kita sudah"
"Firasat gue juga gak enak" gw menjawab dan secara bersamaan gw rasakan tetesan air turun membasahi kepala gw. "Nah kan, udah hujan lis" gw berkata sambil mengusap-ngusap kepala gw yang basah, lisa terlihat mengusap bagian bahunya yang juga mulai basah terkena hujan.
"Yuk" lisa segera mengambil tangan gw dan berlari kearah atas, sejauh mata gw menyisir undakan tangga, ujung dari tangga ini belum terlihat. "Haduh ini tangga kok gak beres-beres gw heran". Lisa berteriak diantara rintikan hujan.
"Lis, lu duluan aja" gw memperlambat langkah kaki gw supaya lisa bisa berjalan menyusul. "Gw dibelakang lu ya"
"Kenapa?" dia tiba-tiba berhenti dan melihat kearah gw.
"Ya kalau gw didepan siapa yang jagain lu lah" gw jawab singkat.
"Oh, oke" lisa lanjut menaiki anak tangga sambil sedikit berlari.
Hujan turun semakin deras. Gw, dan lisa mungkin, cuma bisa fokus menaiki anak tangga secepat mungkin tanpa bisa memikirkan kapan undakan tangga ini berakhir. Suara-suara rintik hujan menimpa dedaunan semakin terdengar. Gw dan lisa kadang memilih jalan yang ditutupi oleh rindangan pohon dan tidak terkena hujan cuma karena takut kondisi tangga yang licin sekarang.
"Ren, lu bawa jas hujan?" lisa terlihat tiba-tiba berhenti dibawah sebuah pohon besar sambil berteriak memanggil nama gw. "Ren, oi"
"Eh, apa?" gw jawab sambil menyusul dia berteduh. "Sory tadi gak kedengeran lisa, jas hujan? Gw gak bawa lah, siapa juga yang kepikiran bawa jas hujan kesini."
"Gw kepikiran buktinya" lisa menjawab sambil mengeluarkan lipatan jas hujan yang ada didalam ranselnya. "Eh tika lu udah luntur, udah bukan nepali lagi HAHAHA. Nih titip tas dulu gw mau pake jas hujan"
"Bahas tika sekarang?" gw menjawab dengan sinis perkataan lisa. Sekilas lisa terlihat melakukan gerakan membuka baju sebelum akhirnya jas hujan berhasil terpasang. "Sekarang kita gak tau harus gimana dan belum tau kapan nyampe ghandruk dan yang lu bahas malah tika? Tika lu juga udah gak ada kali"
"Yee, ko jadi lu yang sewot" lisa menjawab sambil sedikit mendorong gw setelah selesai memakai jas hujan berwarna full hitam dengan lingkaran flouresent dilengan kanan. "Santai aja, kita jalan aja terus, ya minimal sampe tangga ini selesai. Yuk lanjut lagi senter mulai nyalain, udah mulai gelap"
Tanpa sepatah kata lanjutan, lisa langsung menerobos hujan untuk menaiki undakan anak tangga. Sekarang sudah malam, gw perkirakan waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Lisa terlihat terus menerobos hujan dan menaiki anak tangga tanpa terlihat canggung setelah memakai jas hujan. Satu-satunya penanda posisi dia adalah lingkaran flouresent dilengan kanannya yang bersinar dalam gelap.
"Ren sini" lisa tiba-tiba memanggil. "Kayaknya itu ujung tangganya deh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]
AdventureHighest rank (June 12th, 2020): #1 in meditasi #3 in mendaki "Harpocrates had become the symbol for secrets and mysteries. I have no qualms about representing silence, but to me silence does not mean keeping secrets, it means serenity. It is in sile...