Annapurna - Chapter 72

52 1 0
                                    

Chapter 72

"Jadi?" lisa memulai perbincangan. Setelah selesai melakukan pertukaran uang, gw dan dia memutuskan untuk duduk disalah satu tempat makan diterminal 2. Sekarang baru jam 10.00. Pesawat yang bakal gw dan lisa tumpangi baru bakal berangkat nanti jam 1. Kenapa gak masuk dulu aja ke ruang tunggu pesawat? Lisa bilang jangan, pilihan makanan disana terbatas.

"Jadi apanya?" gw jawab statement singkat dari dia. Feeling gw gak enak. Lisa dan gw lagi memilih menu sarapan apa yang bakal dipesan untuk mengganjal perut sampai jam 1 siang nanti. Dan gak banyak pilihan sih memang.

"Jadi lu mau mulai ngejelasin ke gw dari mana?" lisa menjawab pertanyaan gw. Masih memilih menu apa yang bakal dipesan. Sementara gw mulai membuka menu minuman dan tertarik untuk memesan coklat panas.

"Maksudnya? Apa yang harus gw jelasin ke elu?" gw jawab lagi pertanyaan dia. Setelah selesai dengan proses pemilihan makanan, gw tutup buku menu dan mulai fokus ke pembicaraan lisa.

"Bentar, 5 tahun yang lalu kalau gak salah, waktu lu lagi sibuk ngecengin maba, lu pernah ngomong sesuatu deh ke gw" lisa menjawab sambil menutup buku menu yang dia buka sebelumnya, memanggil pelayan, dan mulai menatap ke arah gw. Mati.

"5 tahun yang lalu?" gw menjawab dan mulai mengalihkan pandangan kearah lain untuk menghindari tatapan lisa. "eh papan skateboard gw mana ya lis?"

"Gw inget banget, waktu habis evaluasi acara dies natalis lu tiba-tiba nyamperin gw dan bilang 'Lis, mending kita jaga jarak, pacar gw gak suka'" lisa menjawab. "Udah gitu doang, tanpa penjelasan apapun dan lu langsung pergi, sampe akhirnya kita ketemu sekarang. Gak usah pura-pura, daritadi gw gak liat lu bawa papan skateboard rendy!!"

"Oh waktu ku-ku-kuliah ya, gw lupa hehehe" gw jawab seadanya dan masih usaha buat mengalihkan topik pembicaraan. "Gw bawa lisa tadi gw kaitin ke ransel!"

"Waktu itu lu juga bilang kalau gw cuma bakal ngeganggu hubungan lu sama pacar lu" lisa menambahkan jawaban. "Maksudnya apa?"

"Oh iya, gw tinggalin ya papan skateboard" gw bergumam sendiri. "Gimana-gimana lis, vivi dan budi udah sampai khatmandu sekarang?"

"GAK ADA YANG NGEBAHAS VIVI DAN BUDI!" lisa marah dengan suara agak sedikit meninggi, bandara yang masih secara kasat mata masih sepi dan minim suara mendadak rame karena suara lisa. "Jawab pertanyaan gw atau gw pergi sekarang!"

"I-Iya iya..." gw jawab segera. "Maaf Lis, maaf.. Gw waktu itu.. Khilaf..."

"Hufftt... gw harus bisa ngontrol emosi. Bener, mending kita fokus ke rencana khatmandu sekarang." lisa yang sebelumnya keliatan marah langsung berubah drastis. Pergolakan hormon cewek emang gak ada yang bisa menduga. "Iya, vivi dan budi udah sampai khatmandu sekarang. Mereka lagi keliling thamel katanya sambil nunggu kita"

"Setelah gw ketemu ami, kehidupan gw penuh sama ami lis, semua selalu tentang dia. Tapi setelah lulus dan pisah, gw menarik diri dari keramaian. Sampai akhirnya kerja dan ketemu bibi" gw membalas perkataan lisa. "Dan semua berlanjut sampai sekarang gw ketemu lu lagi"

"Ini jawaban apa lagi?" lisa keliatan bingung. Makanan yang gw dan lisa pesan gak lama berselang datang. 2 piring nasi goreng dan 2 piring coklat panas. "Pengen denger cerita kehidupan gw?" lisa tiba-tiba menambahkan.

"Jawaban atas pertanyaan 'jadi mau mulai darimana'" gw jawab. "Ya gw jawab mmulai dari ketemu ami sampai sekarang. Lu mau mulai cerita darimana lisa? Gw gak laper sih sebenernya, tapi ya mungkin sekarang terakhir kali kita bisa makan makanan Indo"

"Setelah lulus kuliah, gw lulus duluan btw dibanding lu sorry, gw sempat bingung mau kerja dimana. Dan ya setelah beberapa kali ganti kerja, akhirnya gw disini sekarang" Lisa menjawab. "Jadi bibi, dimana dia sekarang?"

"Bibi? Mau bahas bibi sekarang? Gak ada yang perlu dibahas tentang bibi. Gak ada yang perlu lu tau lebih tepatnya lis" gw jawab sambil mencicipi nasi goreng yang baru datang. Makanan-makanan ini datang diantar oleh seorang pramusaji wanita yang berumur kira-kira 20 tahun dengan memakai seragam hitam, dan pramusaji ini tadi tersenyum."Vivi dan budi apa kabar? Udah lama gak kontek mereka."

"Mereka baik kok. Beberapa kali sempet nanyain lu karena mereka ragu lu bener-bener mau ikut" lisa menjawab. "Gw bilang aja kalau lu serius mau ikut karena kalau sampe gak ikut siap-siap dapet teror dari gw, seumur hidup. Gitu"

"Oke, fine, gak apa apa. Gw ngerti." gw menjawab sambil meneguk coklat panas, pakai sedotan. "Lu banyak berubah ya sekarang"

"Gw cuma belajar untuk jadi lebih baik, itu aja" lisa menjawab. "Gw mulai ngerasa kalau kita gak bisa gitu-gitu terus, harus ada sesuatu yang berubah kalau pengen semua lebih baik."

"Selain vivi dan budi, lu masih kontek sama temen-temen BEM yang lain?" gw terus membuka pembicaraan sambil menikmati beberapa suap nasi goreng yang tersisa. "Gw sih gak lis, terakhir-terakhir gw kontek rhamdan dan dia sempat satu kali nginep dikosan karena ada urusan didaerah jakarta pusat"

"Gw juga gak pernah. Semua udah punya urusan masing-masing"lisa menjawab. "Termasuk urusan pernikahan"

"Pernikahan? Jadi kapan lu nikah?" gw sambung pertanyaan gw. "Plis jangan tanya gw balik, ya."

"Semua serba membingungkan, katanya emosional kontak itu justru yang sering menghancurkan kita." lisa menjawab. "Tiap kali gw berusaha untuk menjalani kontak emosi dengan seseorang, tiap kali itu juga gw ngerasa hidup yang gw bangun susah payah sebelumnya perlahan berantakan. Gw belum terbiasa. Gw gak bakal nanya balik. Gw tahu semua, karena gw udah memperhatikan lu beberapa bulan terakhir"

"Dewasa ya, sekarang." gw melanjutkan."Eh bentar-bentar. Maksud lu melihat? Memata-matai? Sejenis padanan kepo?"

"Ya bisa dibilang gitu" lisa menjawab. Sekarang nasi goreng gw dan lisa sudah habis. Cuma bersisa coklat panas yang tinggal setengah gelas. "Gw, se-enggaknya, punya gambaran gimana kondisi psikis lu sekarang. Ya bukan gambaran secara keseluruhan juga, tapi perlahan nanti dikhatmandu kita sama-sama belajar aja tentang kehidupan masing-masing." lisa meneruskan.

"Gw gak peduli sama kehidupan siapapun. Maksudnya gak mau ikut campur, lu tau kan" gw jawab perkataan dia. "Kecuali kalau diminta sih"

"Lu bakal ikut campur kemasalah yang ini, gw yakin" lisa meneruskan. "Ini bukan tentang gw aja, ini tentang kita"

"Maksudnya?" gw bingung dengan jawaban lisa. "Kehidupan kita berdua gak pernah bersinggungan selama 5 tahun dan sekarang lu bilang kita punya masalah yang sama?"

"Nanti juga lu ngerti rendy" lisa menjawab. "Gw butuh ketenangan, gw butuh tempat buat membuka pikiran gw. Dan itulah alasan kenapa gw pengen ke khatmandu. Banyak hal yang kita bisa pelajarin nanti disana, dan ya untungnya lu mau ikut. Udah hampir jam 11, kita masuk ke imigrasi sekarang yuk. Siapa tahu jadwal terbang berubah"

"Iya, hidup gw berasa berat beberapa bulan terakhir" gw menjawab. "Makasih udah ngajakin, gw juga butuh tempat kayak gitu"

"Kan gw bilang, i see you, rendy." lisa menutup pembicaraan. "Yuk sekarang ke imigrasi"

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang