Final Part - Chapter 97

37 0 0
                                    

Chapter 97

"Ren sini cepet" dikejauhan gw liat bayangan lisa tiba-tiba berhenti dan terdengar suaranya memanggil gw. Samar-samar lengan lisa menunjuk kearah cahaya titik lampu dikejauhan yang seperti membentuk siluet sebuah gerbang masuk. "Itu ujung tangganya bukan sih?"

Pikiran gw yang beberapa menit terakhir menerawang tanpa arah tiba-tiba kembali ke titik dimana gw sadar kalau gw masih trecking bareng lisa sekarang. Segera setelah terdengar suara lisa memanggil, gw susul dia keatas dengan kondisi jaket yang basah kuyup.

"Itu kayaknya gerbang sih lis" gw menjawab pertanyaan lisa setelah berhasil menyusul posisi dia. "Tapi gw gak tau ya setelah gerbang itu masih ada tangga atau gak"

"Mudah-mudahan sih gak" lisa menjawab sambil melanjutkan perjalanan keatas. "Yuk cepet, gw mulai kedinginan"

"Lu gak apa-apa?" gw yang mendengar keluhan lisa memutuskan untuk berjalan berdampingan dengan dia sekarang. "Jas hujannya gak tembus kan? Lumayan sih dingin emang gw juga udah gak kuat lis, angin juga cukup kenceng sekarang"

"Gak apa apa sih sekarang. Gw cuma butuh kehangatan dikit" lisa menjawab singkat. Suaranya teredam oleh suara hembusan angin yang menghempas daun-daun dibarengi suara rintikan hujan. Kondisi kayak gini sekilas mirip hujan badai tapi versi gunung. Setelahnya tiba-tiba lisa mendekat dan merangkul lengan gw. "Eeuwh jaket lu udah basah banget, sini kita jalan bareng aja, lu juga gak apa apa kan?"

"Iya gak apa-apa" gw jawab singkat sambil merasakan rangkulan lisa di lengan kanan gw. "Lis belum ada yang nanyain kondisi gue sampai seintens ini selain lu"

"Iya" lisa menjawab. "Senter gue mau dimatiin aja, sekarang gue ngikut kemana lu jalan"

"Eeh, gak gitu juga" gw dengan cepat membantah perkataan lisa. "Senter lu tetep perlu lah buat liat keadaan yang gak bisa kita liat"

"Maksudnya lu mau gw nyenter-nyenter kearah hutan gitu?" suara lisa mulai terdengar gemetar dan sesak. "Gw gak mau nyenter kemanapun karena gw takut bakal liat yang gak-gak. Gw mau ninggalin pesen buat lu sekarang. Nafas gw mulai sesak, seandainya nanti kejadian sesuatu lu bisa ambil stok alat medis gue didalem tas, ada obat sama nebulazer disana, ya."

"Nafas lu mulai sesek? beneran?" gw menjawab perkataan lisa sambil tetap menahan tubuh gue supaya tidak terlihat mengigil. "Ya udah kita pelan-pelan aja. Lagian itu gerbangnya juga udah deket"

"Kalau setelah gerbang itu ada sesuatu yang lain gimana?" suara lisa terdengar dengan nada ketakutan sekarang. "Kalau kita gak bisa sampe ghandruk gimana? Kalau kita gak bisa ketemu vivi sama budi lagi gimana?"

"Lis denger gue ya" gw menjawab sambil memutuskan untuk berhenti dan melihat kearah lisa. Lisa terlihat pucat sekarang, matanya terlihat berair dan tatapan takut jelas tergambar disana. "Gw juga sama kayak lu, gw takut. Kita gak punya sapa-sapa disini. Tapi selama kita barengan gw yakin gak bakal ada hal buruk terjadi. Gw bakal jagain lu ya pasti. Itu gerbangnya udah didepan."

Dan lisa cuma mengagguk.

Lama gw berjalan menembus hujan berdua lisa malam ini, gerbang yang lisa tunjuk ternyata cuma siluet pepohonan dari sebuah lampu sederhana yang bergoyang goyang ditiup angin. Selain lampu ini cuma ada beberapa lampu lain yang letaknya cukup jauh dan gak cukup menerangi jalan yang sedang gw lalui berdua lisa.

Setelah hampir setengah jam berjalan, akhirnya gw dan lisa benar-benar melihat sebuah gerbang. Dengan tubuh menggigil dan nafas berat gw dan lisa mencoba mendekati gerbang tersebut. Setelah sampai, gerbang yang beberapa menit yang lalu terlihat samar sekarang mulai terlihat jelas. Gerbang kecil tanpa ukiran dan tulisan apapun ini cuma disinari satu lampu berwarna kuning sederhana. Karena ada atap kecil diatasnya jadi gerbang ini sedikit terlindung dari hujan. Dan gw dan lisa bersyukur karena akhirnya ada tempat buat berteduh, sebentar.

"Mau neduh disini dulu aja?" gw langsung menawarkan lisa untuk berteduh setelah berhasil sampai di gerbang ujung tangga perjalanan ke ghandruk. "Beres-beres dulu aja bentar disini lis, sekalian mungkin lu mau minum obat."

"Iya kita disini dulu aja bentar" lisa menjawab sambil melepas jas hujan yang sebelumnya dia pakai setelah meletakan ransel kecilnya disalah satu sisi penyangga gerbang. "Lu gak kepikiran buat buka jaket juga? Tuker sama baju kering, kasih minyak kayu putih atau koyo atau apapun supaya gak masuk angin."

"Iya ntar kalau lu udah beres" gw menjawab sambil berdiri dan bergerak menjauhi lisa menuju sisi penyangga gerbang yang lain. "Gw ngerokok disana sambil nungguin lu"

"Iya terserah" lisa menjawab suaranya terdengar seperti mengeluarkan sesuatu dari dalam ransel. "Pokoknya jangan ngintip. Jangan berani-berani"

"Gw berani aja sih" gw jawab sepelan mungkin. "Masalahnya gw gak mau bukan gak berani"

"Apa?" lisa menjawab gumaman gw."lu ngomong apa barusan?

"Gak lupain aja" gw jawab pelan. "Eh lis, gw kesana bentar ya, mau ngecek rute kita setelah ini gimana, soalnya dari sini gak keliatan apa apa. Udah nanggung basah, hujan juga udah mulai reda jadi mau gw terobos aja"

"Kesana kemana?" lisa menjawab sambil sedikit berteriak. "Jangan jauh-jauh oi, lu pikir gw berani disini sendiri sekarang, gw lagi beres-beres juga, nanti kalau tiba-tiba ada yang dateng....."

Tapi suara lisa menghilang berganti dengan suara deraian hujan. Gw mulai berjalan keluar gerbang untuk melihat rute apa lagi yang bakal gw dan lisa laluin hari ini sebelum sampai ke ghandruk. Gw belum bisa lihat lampu-lampu pedesaan untuk jarak pandang 100 meter jadi gw berasumsi kalau ghandruk masih jauh, bahkan setelah undakan tangga tanpa akhir tadi selesai.

Setelah berjalan beberapa saat gw kaget. Jalan didepan gw sekarang terbagi 2. Dan tiba-tiba gw denger suara lisa berteriak.

"RENDY LU DIMANA SIH?"

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang