Annapurn - Chapter 81

35 0 0
                                    

Chapter 81

"Lis, kayaknya kita harus nyari apotek" vivi mencoba memanggil lisa yang sedang berjalan didepan bersebelahan dengan budi. Mereka berdua sedang sibuk mengamati map yang ada di handphone budi sekarang. Budi yang punya pengalaman segudang tentang traveling sengaja bawa Iphone x dan sudah mendownload map khatmandu untuk memandu perjalanan kali ini. "Ren, kamu bawa obat apa aja?"
"Gw paling bawa tolak angin sama koyok sama minyak kayu putih" gw jawab vivi sambil mengarahkan kamera ke berbagai tempat untuk mengabadikan momen perjalanan malam dipinggir danau pokhara. Jalan ini merupakan jalanan yang membelah pusat kota pokhara dan malam ini dipenuhi dengan banyak orang yang sedang hangout dari berbagai usia dan berbagai ras. Bule kebarat-baratan, beberapa wajah khas timur tengah, wajah-wajah khas melayu, dan banyak dominasi wajah khas asia selatan disini.

Disepanjang jalan sejak dari penginapan tadi gw banyak liat berbagai toko yang menyediakan oleh-oleh berupa scraff, aksesoris gantungan kulkas, magnet, kalung, gelang, berbagai perlengkapan treking, dan beberapa toko makanan kecil. Lisa tadi sempat punya keinginan untuk beli simcard tapi semua harus ditunda karena harus ada fotokopi passport yang harus diberikan ke si penjualnya. Penjualnya bilang kalau registrasi kartu SIM prosedurnya ribet dinepal jadi harus ada beberapa dokumen yang disiapkan terlebih dahulu. Untungnya tadi di penginapan ada wifi dan gw udah coba online sebentar untuk mengetahui keadaan di Indonesia

"Nah kan gak yang bener-bener bawa obat" vivi melanjutkan pembicaraan. "Maksudnya gini loh, amit-amit ya kalau kejadian seandainya lisa muntah-muntah atau gw pingsan atau kita kena alergi gunung yang gak bisa diobatin pake koyo atau minyak kayu putih gimana coba?"

"Gak perlu obat-obatan kayak gitu juga kayaknya vi" gw jawab pembicaraan vivi. "Amit-amit sih ya kalau seandainya ada kejadian kayak gitu, tapi ya coba tanya lisa dulu aja, siapa tau dia bawa. Eh kamu mau foto depan situ gak?" gw menawarkan vivi untuk mengambil foto didepan sebuah pub ala pokhara yang pintu masuk nya berupa lorong panjang disetting berlampu temaram dan dijaga oleh seorang guard didepannya.

"Semoga aja gak kejadian" vivi menjawab sambil mengambil pose peace didepan lorong masuk pub yang gw tunjuk. "Boleh, ambilin foto aku ren, udah? Itu ngomong-ngomong, lisa sama budi lagi nyari apaaan ya perasaan tujuan awal kita kesini buat cari makan"

"Ntah lah gak tau aku juga vi" gw menjawab sambil memeriksa foto vivi yang gw ambil barusan. Agak sedikit gelap karena gw sengaja gak pake flash supaya warna foto yang didapat lebih natural. "Mungkin mereka lagi nyari KFC atau mcd, atau sejenis. Tapi bener deh vi kayaknya kita harus ke apotek buat beli obat"

"Nah kan akhirnya ada yang setuju juga" vivi menjawab dan ikut berhunting foto malam di wilayah sekitar danau pokhara. "Gw gak masalah sih ren mau makan apa aja, asal rasa karinya masih bisa ditolerir, yang gak gw suka dari kari itu rasa bawangnya. Benciii. Habis makan aja kita minta ke lisa untuk mampir sebentar ke apotek buat beli obat sekalian pulang"

"Kayaknya sekalian pulang memang ide yang bagus ya" gw jawab perkataan vivi.

"Eh ren, vi, kalian mau makan kfc aja atau kita beli roti aja malam ini?" lisa tiba-tiba berhenti dan melihat kearah gw dan vivi yang sibuk mengotak-atik kamera dibelakangnya. Budi terlihat putus asa karena kfc yang dimaksud di map gak kunjung dia temukan sampai hampir keujung wilayah danau pokhara. "Nanti pagi aja kita sarapan berat dikafe deket hotel sebelum main ke kampung tibet"

"Boleh" vivi menjawab. "Gak tau tuh kalau rendy, tadi siang dia kan baru makan apel 3 biji"

"Kalem nanti di tas gw banyak roti" budi menjawab. "Sebelum tidur nanti kita makan itu aja"

"Gw ikut budi" gw menjawab. "Jadi sekarang kita balik aja? Atau mau foto bareng dulu disini?"

"Iya kita balik sekarang" lisa berkata pelan. "Sambil mungkin cari-cari perlengkapan lain yang kelupaan buat treking lusa"

"Keapotek lis" vivi langsung menyahut. "Kita butuh beli obat"

"Oke nanti kita berdua ke apotek" lisa menjawab ajakan vivi. "Bud bisa cariin apotek?"

"Bisa" budi sang navigator segera melakukan sesuatu dengan smartphonenya dan dengan cekatan bilang kalau disekitar sini ada beberapa apotek yang bisa jadi tempat buat membeli obat.

"Yuk kita ke apotek dulu" lisa mengajak vivi dan budi untuk membubarkan kerumunan geng kita ditengah trotoar jalan pokhara yang beberapa kali gw lihat ditatap sinis oleh orang-orang yang lewat. "Ren ayo"

"Iya" gw jawab ajakan vivi dengan mengeluarkan sisa-sisa rokok untuk dihembuskan malam ini dari saku celana gw. Stok rokok mulai menipis, gw harus beli baru lagi besok pagi pas sarapan. "Gw dibelakang aja lis mau ngerokok dulu"

"Ya udah" lisa menjawab. "Awas jangan sampe ilang atau nyasar karena gak ada yang mau nyariin lu nanti"

"Iya lisa, harusnya gw yang khawatir ke elu." gw jawab ketakutan lisa. "Kalau bukan karena ada budi mungkin gw yang bakal direpotin sekarang"

Dan mereka bertiga kembali menuju arah penginapan sambil mencari apotek dan perlengkapan lain yang mungkin dirasa perlu dalam rangka mempersiapkan treking. Dari belakang gw liat rambut panjang lisa terurai. Lisa, vivi, dan budi, sama-sama memakai jaket super tebal karena udara mulai sangat dingin dan bisa sampai 10 derajat malam ini. Melihat lisa lah yang mempersiapkan ini semua dibalik beban yang dia ceritakan ke gw tadi siang di bus, gw mulai kagum. Lisa masih cewek kuat sama seperti lisa yang dulu gw kenal, walaupun agak sedikit manja, tapi ya wajar karena cewek. Kuatnya cewek dan kuatnya cowok standarnya beda dan lisa sudah melewati standar kuatnya cewek yang gw tetapkan dalam prinsip hidup gw. Dia ngejalanin semua selama ini sendiri, tanpa sosmed, tanpa spekulasi-spekulasi, dan sekarang akhirnya ada disini, bareng gw. Berusaha mencari ketenangan bareng-bareng.

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang