Annapurna - Chapter 71

40 0 0
                                    

Chapter 71
16 Desember 2017, Jakarta

"Berangkat sekarang?" Mas kosan, yang masih setengah sadar, keluar dari kamar dan duduk didepan posisi duduk gw di ruang tamu kosan. Sekarang jam 6 Pagi. Gw baru aja menyelesaikan segala persiapan untuk berangkat ke bandara. Setelah mandi, shalat, sarapan roti sobek, dan minum susu, gw keluar membawa 1 ransel besar dengan muatan 55 liter untuk menunggu jemputan menuju bandara. Didalam ransel ini ada banyak pakaian, makanan, kamera, alat-alat gadget, dan beberapa aksesoris yang semua ada di list barang bawaan yang lisa kirim ke gw.

"Iya, mas. Aku titip kamar selama 10 hari kedepan, ya" gw jawab pertanyaan mas andri sambil mengetik beberapa kalimat untuk dikirim ke lisa. Tapi semua gw batalkan.

"Pergi sama siapa, sih?" mas andri melemparkan pertanyaan lagi. "Sendiri ya?"

"Sama temen kuliah mas" gw jawab. "Aku juga udah lama sih gak ketemu mereka"

"Hati-hati ya, ren. Bisa aja terjadi teman makan teman" mas andri menjawab. "Jangan lupa oleh-oleh"

"Iya mas. Teman makan makanan teman? Yang ada aku yang ngabisin makanan mereka kali. Nanti jangan kangen ya" gw jawab. "Aku bakal pergi lama, mungkin juga gak balik lagi"

"Lah kok ngomong gitu sih" Mas andri nimpalin. di pagi ini, untuk pertama kalinya dia keliatan benar-benar keliatan sudah bangun dari tidur

"Maksudnya gak balik lagi dalam 10 hari" gw kasih dia penjelasan. "Setelah 10 hari aku balik lagi kesini kan harus kerja"

"Nah gitu baru bener" maas andri ngejawab lagi. "Izin ke orang tua udah?"
""Belum" gw jawab. "Gak bakal boleh lah mas"

"Ya tapi tetep aja kan harus ngomong" mas andri ngejawab lagi. "Biar gampang apa-apanya nanti"

"Kalau ngomong sih udah" gw jawab. "Tapi kalau bener-bener minta izin belum"

"Emang hidup ini penuh misteri" mas andri tiba-tiba nyeletuk."Banyak hal yang gak kita tahu ren"

"Lah?" gw yang kebingungan dengan gelagat dia mencoba memperjelas situasi sekarang. "Kok tiba-tiba nyambung kearah sana"

"Ya gak nyangka aja kamu tiba-tiba bisa ke khatmandu sekarang" mas andri ngejawab. "Misteri"

"Oh gitu" gw jawab singkat. "Ya aku sendiri aja gak nyangka sih mas sebenernya. Tapi ya jalanin aja buat pengalaman"

"Iya bener, kalau bukan sekarang kapan lagi ya ren" mas andri menambahkan. "Nanti keburu nikah susah, jalannya pasti sama anak istri"

"Iya bener". Gw jawab. "Kayaknya jemputan aku bentar lagi nyampe, mau bantuin bawa tas ini kedepan?"

"Mandiri dong" mas andri menolak. "Ya sudah berangkat, ketemu lagi dalam 10 hari"

"Hufft sudah kuduga, ya sudah aku berangkat sekarang" gw jawab singkat

Ransel berukuran 55 liter yang berisi perlengkapan travel dengan berat hati disandangkan dipunggung gw sekarang. Bener, begitu gw keluar dari kosan gak lama berselang jemputan untuk menuju bandara datang. Kemungkinan besar sebelum jam 09.00 gw udah sampe disana, kalau gak macet.

Sebenernya ada opsi lain untuk berangkat ke bandara dan menghindari kemacetan yaitu dengan menggunakan kereta api bandara. Beberapa hari sebelum berangkat gw coba cari informasi tentang peresmian kereta api bandara ini tapi berdasarkan hasil pencarian informasi ternyata kereta memang sudah bisa beroperasi tapi belum bisa disediakan untuk pengunaan umum.

Perjalanan menuju bandara pagi ini diselimuti keheningan. Gw gak begitu tertarik untuk mengobrol dengan driver yang sedang menemani gw sekarang. Beberapa pertanyaan kayak "Mau kemana, mas?" atau "Sendiri aja?" gw jawab seperlunya tanpa menambahkan embel-embel lain sebagai tanda kalau gw memang bukan dikondisi enak diajak ngobrol.

"Nanti tunggu di ATM center terminal 2" sebuah pesan lisa masuk yang bilang kalau dia pengen ketemu di ATM center terminal 2.

Gak, gw gak boleh keliatan canggung didepan lisa nanti. Kurang lebih 4 tahun tanpa kontak dan sekarang harus travel bareng pasti butuh penyesuaian mengingat lisa yang gw kenal dulu mungkin aja udah berubah dengan lisa yang gw kenal sekarang. Lisa yang dulu lebih sering membiarkan rambut terurai panjang sekarang lebih suka menutup rambut dengan jilbab (pengamatan gw di foto profile whatsapp-nya). Lisa yang dulu tingkat feniminitas nya melambung jauh sampai ketingkat atmosfir pluto sekarang jadi cewek galak gak kenal kompromi (berdasarkan pengalaman paspor). Dan lisa yang sekarang mungkin, ya mungkin aja, berubah karena dia... Karena dia... karena dia bukan lisa.

Jalan menuju bandara macet? Iya, tapi dengan penuh perjuangan akhirnya gw sampe di terminal 2 sebelum jam 09.00 pagi. Bandara Soekarno Hatta gak bakal pernah sepi, seenggaknya sampai indonesia punya satu bandara lagi yang punya segala hal lebih baik dibandingkan bandara soekarno hatta. Lisa kemungkinan besar juga sudah disini sekarang karena selama hampir 2 tahun gw kenal dia belum pernah telat sekalipun, bahkan waktu disuruh datang jam 4 pagi sebagai bentuk tanggung jawab panitia ospek (waktu itu gw dateng jam 6).

"Lis, gw udah di terminal 2" sebuah pesan gw kirim untuk mengabarkan lisa kalau gw udah sampai diterminal 2.

"Sini yuk, gw di ATM Center, bantuin gw" balasan lisa masuk. Dan gw bales dengan pesan yang bilang kalau gw bakal kesana sekarang.

Pencarian ATM center terminal 2 agak terganggu dengan beban ransel yang gw bawa. Terminal 2 pagi ini penuh dengan orang-orang dengan keberagaman ras. Maksud gw gini, di beberapa tempat gw sempat melihat beberapa kerumunan orang dengan wajah khas timur tengah, dibeberapa tempat lain gw liat wajah-wajah bule ke-eropa-an membawa ransel. Dibeberapa tempat lain gw liat ada beberapa wajah khas asia selatan (india) sedang mengantri di money changer, membentuk antrian lebih tepatnya karena money changer tersebut belum buka.

Dikejauhan gw liat seorang cewek dengan wajah familiar sedang duduk dideretan bangku besi yang disediakan didepan ATM center. Cewek dengan setelan kaos hitam dan jaket biru tua kehitaman dengan rambut panjang dikuncir sibuk memainkan gadget dan membiarkan ransel besarnya tergeletak disebelah bangku kursinya. Semakin dekat gw semakin yakin kalau itu Lisa, lisa teman ospek gw beberapa tahun yang lalu.

"Lis?" gw panggil dia.
"Ya? Eh Rendyyyyy, gw kangen" lisa berdiri dan nyaris memeluk gw kalau seandainya gw gak bergeser sedikit untuk menghindari pelukan dia. "Bantuin gw jagain ransel gw, ya. Gw mau keatm sebentar, belum nuker uang"

"Eh eh, Lis bentar, gw mau narik nafas dulu" gw jawab permintaan dia. "Belum beberapa detik nyampe terus disambut dengan sambutan kayak gini bakal bikin orang gila pun syok"

"Ahhhh, udah pokoknya tungguin ransel gw disini" Lisa menambahkan. "Gw ke atm sekarang, terus kita ke money changer terus sarapan baru ke imigrasi"

Dan tanpa menunggu jawaban gw lisa langsung menuju ATM center.

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang