Machapucare - Chapter 46

54 2 0
                                    

"Kacamata apa kabar?" mas kosan, yang baru aja benerin mesin air, mulai keluar dari ruangan penyimpanan mesin dan bergerak kearah tempat jemuran dia dijemur

"Iya mas, aku juga kangen." gw jawab singkat.

"hah? Gak ada yang bilang kangen. udah berapa bulan sih dia pergi?" dia nanya lagi, sambil ngangkat jemuran yang mungkin dia jemur tadi pagi.

"udah hampir setahun deh kayaknya" singkat dan padat gw jawab pertanyaan dia. Ntahlah, beberapa hari ini gw ngerasa gw butuh banyak inspirasi. Dalam rangka mencari informasi tadi jadi sepulang kerja gw gak langsung ke kosan, kadang gw duduk di beberapa tempat buat sekedar mencari angin sore. Dan kebetulan sekarang gw lagi di rooftop.

"gak pernah whatsapp-an sekalipun?"
"gak"
"line atau instagram atau twitter?"
"gak pernah sekalipun."
"alasannya?"
"huft.. Ini yang ribet ngomonginnya"

Jujur, setelah beberapa hari gw berkelana, gw mulai ngerasain kalau cuaca mulai kerasa pengap-pengap aneh gak kayak biasa. Biasanya sih, menurut pengalaman hidup gw selama 25 tahun terakhir, udara-udara kayak gini hasil dari masa transisi musim kemarau dan musim hujan dan jadi pertanda kalau musim hujan sebentar lagi bakal datang. Sekarang, di rooftop, langit disekitar daerah jakarta selatan mulai menggelap.

"Dia marah?" mas kosan keliatan udah selesai dengan semua urusan yang berhubungan dengan jemuran dan sekarang duduk disalah satu kursi di sebelah gw.

"Susah buat gak marah ke rendy sih, kan dosanya banyak" gw jawab pertanyaan dia, hari ini hp gw masih sering dibombardir sama pesan-pesan whatsapp baru, dan notif untuk grup ini udah gw silent demi ketenangan dan kemaslahatan umat bersama. Sebenernya demi ketenangan gw sendiri aja.

"Terus sekarang? Mau dilupain aja?" dia nanya lagi.
"Susah mas, aku mau ngelanjutin cerita yang udah aku tulis dulu aja"
"yang dulu itu? Belum selesai emang? Pengen baca dong"
"Iya baca aja aku ikhlas"
"Mellow banget sih sekarang, apanya yang ikhlas? mau baca begituan aja harus diikhlasin, ya kali bayar"
"Ya maksudnya kalau mau baca ya tinggal baca aja, gak ada yang larang"

Ya, mas kosan tau tentang keberadaan cerita ini. Tapi karena dia untuk sekedar order di online shop aja harus dibantu jadi ya kayaknya dia gak pernah baca. Rencana-nya nanti kalau seandainya cerita ini dibukuin gw mau kasih dia satu versi cetak yang baru biar simpel gak harus buka dari internet, tapi ya itu juga "kalau" ceritanya sampai dibuku-in. Cerita ini, cerita yang lagi dalam proses penulisan ini, masih banyak banget kurangnya. Gw mau memperbaiki banyak kekurangan di cerita ini dulu. Terlalu banyak typo, terlalu banyak plot hole, alur belum jelas, dan banyak kekurangan lain yang kalau gw sebutin satu-satu mungkin bisa ngelewatin beberapa generasi presiden baru di negara ini. Dalam rangka penyempurnaan ini, beberapa hari terakhir gw kepikiran buat bikin satu "side story" yang bakal ngejelasin kenapa dan gimana gw memulai penulisan cerita ini, yang harusnya hal ini dilakukan di awal sih.

"mau ke joni, ikut gak?" setelah beberapa menit dalam keheningan, mas kosan bangun dan nawarin gw buat ikut cari makan malam. Dan diujung sana, langit jakarta bagian selatan, makin gelap. Mungkin hujan udah turun disana.

"duluan aja, aku masih pengen disini, mas" gw jawab pertanyaan dia sambil ngeluarin rokok dan korek yang sebelumnya ada disaku atas tas yang biasa gw bawa.

"Oh ya udah, jangan kebanyakan ngelamun, bahaya. Ngingetin aja" sambil jalan ke arah tangga dia ngingetin gw.

Pufffttt...

Langit makin gelap, bentar lagi kayaknya azan maghrib. Keputusan buat nulis lagi kayaknya harus cepet diambil sebelum gw harus sibuk ini itu mempersiapkan segala sesuatu untuk keberangkatan ke khatmandu. Khatmandu, seperti yang udah direncanakan, menyisakan waktu persiapan sekitar 2 bulan. 2 bulan kedepan, kemungkinan besar, bakal banyak banget urusan yang harus diselesaikan mengingat gw masih harus ngurus passport dan hal-hal logistik yang berbau aktivitas mendaki karena ini pendakian pertama dalam beberapa tahun terakhir. Jadi kemungkinan besar waktu gw buat menyelesaikan cerita ini tinggal sebulan lagi. Sebulan untuk menyelesaikan sekitar 40 chapter tersisa itu gampang kalau gw cuma pengangguran yang kerjaannya makan, tidur, dan nonton episode hariannya spongebob dirumah. 40 chapter artinya dalam sehari gw harus nyelesaikan paling gak satu chapter dan beban ini bisa berat banget kalau seandainya kerjaan yang lain juga numpuk dan harus dikerjain.

Sore ini, menjelang waktu maghrib habis, gw harus menyelesaikan penulisan side story yang gw maksud. Udah gak ada waktu lagi. Kalau gak gw mulai sekarang kemungkinan besar sampe kapanpun cerita ini gak bakal selesai.

[I]"Mulai sekarang cerita ini hanya kau, aku , dan tuhan yang tahu [Prolog]"[/I]

Side story ini butuh judul. Dan mengingat penulisan ini juga ditujukan untuk ikutan kompetisi yang lagi jalan, jadi khusus side story ini judulnya harus bisa menggambarkan suatu permulaan. Dan kata-kata "Mulai sekarang cerita ini hanya kau, aku , dan tuhan yang tahu [Prolog]" muncul dibenak gw tanpa permisi. Ntah lah, mungkin jauh dilubuk hati gw sebenernya gak pengen kalau cerita ini sampai dibaca banyak orang. Cerita ini bukan untuk konsumsi umum, gw nulis cerita ini cuma untuk mendokumentasikan pengalaman hidup gw dan beberapa fase kehidupan bibi.

Pufft...

"Kamis, 31 Oktober 2013"

Side story ini bakal beda dengan beberapa side story yang udah gw tulis sebelumnya. Alur dari part khusus ini akan jauh mundur ke waktu dimana gw masih sama ami. Dan alurnya bakal gw mulai di bulan Oktober 2013.

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang