Chapter 78
"8 jam perjalanan ke pokhara dimulai dari sekarang" lisa bergumam. "Harus siap mental"
"Waktu di pesawat mau ke khatmandu di malaysia lu juga bilang persis lisa" gw bergumam sambil mengotak-atik kamera. "Parno-an dasar"
"Emang faktanya gitu kan?" lisa menjawab. Diawal perjalanan ini dia sibuk memainkan handphone. Ntah lah, padahal sejak landing dimalaysia handphone gw dan yang lain udah gak ada sinyal. " kalau gak siap mental semua bakal berantakan" lisa menambahkan.
"Gak ada cara lain buat ke pokhara selain naik bus emang?" gw yang sibuk menyetel kesiapan kamera menjawab perkataan lisa. "8 jam? Sejauh itu kah pokhara?"
"Iya, malah kadang lebih lama kalau jalanan macet" lisa menjawab. "tas-tas udah aman kan? Gw ninggalin snack gw disana dan lupa diambil"
"Tenang aja lisa" gw jawab. "Semisal ilang kan semua barang penting udah lu pindahin ke tas kecil itu" gw tambahkan sambil menunjuk sebuah ransel berukuran sedang yang diletakkan diatas tempat duduk gw dan lisa.
"Iya sih tapi tetep aja. Gw lupa buat ngambil snack rendy" lisa menjawab sambil merogoh kantong celana panjang yang dia pakai dan mengeluarkan sebuah headset darisana. "Gw mau dengerin lagu aja, jangan ganggu gw dulu. Katanya sih bis ini bakal berhenti 3 kali untuk istirahat makan sebelum sampai pokhara. Nanti semisal gw tidur dan bis ini berenti jangan lupa bangunin gw karena gw pengen ke kamar mandi"
"Sejak kapan gw bisa ngatur-ngatur lu, pake minta izin segala mau dengerin lagu. Semisal gw bilang gak boleh..." sebelum jawaban gw selesai lisa menutup mulut gw dan langsung memasang headset untuk mendengarkan lagu yang ntahlah gw gak tau selera lagu dia sekarang.
Bus sudah mulai membelah jalan kota khatmandu sekitar 15 menit yang lalu. Udara segar khatmandu masuk melalui celah jendela tempat duduk gw dan dengan sengaja mengacak-acak rambut lisa yang terurai. Gw dan lisa duduk bersebelahan dan budi serta vivi ada dibelakang kursi gw. Ada alasan kenapa duduknya harus berpasangan kayak gini. Lisa gak mau kalau gw duduk sama budi, dia bilang nanti cewek gak ada yang jagain jadi mending dipasang-pasangkan.
Khatmandu disepanjang jalan yang gw liat, kondisinya agak dibawah standar ibukota yang biasa gw alamin di jakarta. Gak banyak gedung-gedung tinggi, gak ada jalan tol, bahkan hampir setengah jam perjalanan gw belum liat satupun lampu merah disepanjang jalan. Beberapa penduduk lebih memilih untuk memulai aktifitas dengan berjalan kaki dibandingkan naik kendaraan pribadi. Banyak pejalan kaki yang menggunakan masker karena pagi ini udara sedikit berdebu. Ntah, mungkin memang selalu berdebu disini. Bangunan-bangunan yang ada juga tidak mencerminkan kesan bangunan mewah sepanjang jalan thamrin. Beberapa cat dinding bangunan terlihat memudar, usang, dan didominasi warna merah kemudaan dan terlihat sangat tua.
Lisa, yang duduk disamping gw mulai tidur (atau mungkin juga cuma pura-pura tidur sih). Mungkin sisa-sisa perjalanan semalem masih dia rasa sampe sekarang. Sama seperti kondisi di luar, kondisi didalam bus pun penuh dengan kesederhanaan. Maksudnya, hampir semua penumpang mengenakan pakaian khas india yang sederhana dengan tanda merah tua dibeberapa kening wanita yang gw perkirakan sudah berumah tangga. Dari kesemua penumpang, analisa gw bilang kalau keperluan mereka kepokhara nanti bukan untuk berkerja kantoran tapi mungkin malah pulang setelah sebelumnya mencari nafkah di khatmandu. Tanpa musik, tanpa Ac, dan hanya ada beberapa turis (keliatannya) yang ada di bus ini sekarang. 2 pasang wanita yang kemungkinan besar dari Eropa duduk berhadapan dikursi sampping gw dan lisa. Dari tampilan luar gw perkirakan mereka ke khatmandu untuk tujuan yang sma dengan gw dan kemungkinan besar mereka seumuran gw (dengan tinggi badan melebihi tinggi badan gw udah jelas. Mereka juga sama seperti lisa sebelumnya, sibuk memainkan handphone sementara yang lain sibuk memotret keadaan luar bus dengan kamera DSLR.
Dibelakang budi dan vivi juga ada sebuah keluarga yang kemungkinan besar juga sedang liburan ke khatmandu dan berencana untuk treking himalaya. Satu orang anak laki-laki berumur 17 tahun dduduk disamping seorang anak perempuan berumur 10 tahun dengan rambut dikepang sementara ibu dan ayah mereka memakai setelan jaket berwarna hijau duduk dibelakang mereka. Sang anak perempuan terlihat memandang kearah luar sambil sesekali melirik sang kakak yang sedang mendengarkan headset.
Sementara budi dan vivi, yang sekarang tempat duduknya ada dibelakang gw, sibuk mengobrol sambil memakan snack masing-masing
Setengah jam perjalanan berlalu, bus mulai memasuki daerah pinggiran kota khatmandu, pemandangan pasar-pasar tradisional nepal mulai terlihat. Semuanya serba sederhana, bahkan untuk seukuran mall. Melihat kesederhanan yang ada dikota ini gw mulai bertanya-tanya; Apa penduduk nepal gak pernah menuntut untuk dilakukan perbaikan tata kota? Atau mereka memang tidak terikat sama sekali dengan materi mengingat nilai-nilai religi yang mereka pegang sangat kuat?
Jawaban pertanyaan ini mungkin gak bisa gw temukan didaerah perkotaan, nanti dipokhara, ataupun didesa-desa diperjalanan treking ke himalaya mungkin bakal gw temukan alasan dibalik kesederhanaan ini, mungkin ini juga yang lisa maksud tentang belajar hal yang baru yang ada hubungannya antara gw dan dia.
Semakin siang jalanan semakin memasuki daerah-daerah terpencil dengan intensitas kendaraan yang mulai membanyak. Beberapa kali bus sempet terjebak dengan kemacetan. Dengan udara sepoi-sepoi yang berhembus disisi jendela dan semua kebosanan yang ada, akhirnya mata gw mulai terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]
PertualanganHighest rank (June 12th, 2020): #1 in meditasi #3 in mendaki "Harpocrates had become the symbol for secrets and mysteries. I have no qualms about representing silence, but to me silence does not mean keeping secrets, it means serenity. It is in sile...