14 Tahun Kemudian

4.1K 280 10
                                    

30 November 2017

Tahun demi tahun telah terlewati. Hari ini tepat 14 tahun Naruto dan Sasuke meninggalkan Hinata. Meninggalkan gadis kecil dengan keterdiaman dan kesendiriannya.

Saat itu, seminggu setelah Sasuke pindah ke London, Naruto beserta keluarganya pindah ke Belanda. Semenjak itu pula Hinata hanya menghabiskan waktunya sendirian. Tidak ada yang mau menemani dirinya seperti Naruto dan Sasuke. Mereka selalu memandang rendah Hinata dan membullynya dengan sesuka hati.

Beruntung Hinata bertemu dengan Tenten. Satu-satunya sahabat juga orang yang sangat peduli padanya.

Tenten merupakan putri dari keluarga yang berada. Karenanya, Hinata selalu insecure ketika dirinya berjalan berdampingan bersama gadis dengan gaya rambut cepol dua itu.

Namun Tenten selalu berkata padanya bahwa status sosial tidak menjadi penghalang bagi persahabatan mereka. Ketika Hinata berjalan menunduk, maka Tenten akan mengangkat kepalanya dan mengandeng lengannya. Membuat Hinata merasa di hargai.

Tin...Tin...
Suara klakson mobil terdengar dari luar si flat kecil Hinata.

Gadis berambut indigo itu dengan segera keluar dari flat kecilnya dengan tas selempang di bahunya dan tentu saja sebuah buku berwarna serupa dengan rambutnya yang selalu ia bawa untuk alat komunikasi yang digantungkan dilehernya.

Gadis tersebut menghampiri sang pemilik mobil dan mengetuk kacanya pelan.

Ketika kaca mobil mulai terbuka, Hinata menggerakkan jarinya dengan lincah.

[Sudah kubilang Ten-chan jangan menjemputku. Aku bisa berangkat sendiri]

Tenten tentu paham apa yang dibicarakan Hinata dengan bahasa isyaratnya. Dengan anggun Tenten berjalan keluar dari mobil. Tangannya mengait di pundak Hinata akrab.

"Memangnya kenapa kalo aku menjemputmu? Itu hak-ku. Jadi jangan melarangmu nee"

Hinata menundukkan kelapanya. Tangannya kembali bergerak membentuk sebuah kalimat.

[Aku tidak mau merepotkanmu. Bisa berteman denganmu saja aku sudah bersyukur. Aku tidak ingin membuatmu malu selalu mengantar jemputku]

"Dengar Hinata, aku tidak merasa direpotkan olehmu. Aku juga senang ketika menjemputmu. Jadi bagian mananya kamu merepotkanku?

Dan satu lagi, sudah ku bilang bahwa apapun status kita, itu tidak akan menjadi penghalang dalam persahabatan kita. Aku tidak akan malu mengantar jemputmu. Jangan dengarkan apa yang orang-orang bodoh itu ucapkan."

Hinata, gadis itu semakin menundukkan kepalanya. Ia semakin merasa tidak pantas berada di samping gadis bercepol dua ini.

Tenten menghembuskan nafas melihat Hinata yang insecure. Iapun membawa hinata menuju mobilnya ,sedangkan hinata ia hanya pasrah menerima perlakuan baik sahabatnya itu .

"Setelah pulang ngampus nanti, kau harus menemaniku ke mall ya. Banyak barang yang harus ku beli. Yahh padahal hari ini jadwalku rebahan." Tenten berucap dengan nada lesunya. Membuat Hinata tertawa dengan tingkah sahabatnya itu.

Nyuttt

Tenten yang gemas melihat Hinata tertawa hingga menghilangkan matanya, menarik pipi bakpau Hinata. Membuatnya meringis menahan sakit.

"Kau sangat manis dan lucu dengan pipi bakpaumu itu Hin-chan " ucap Tenten membuat hinata malu dan pipi chuby itu berubah menjadi warna merah alami.

"Hahahahaa " tanpa rasa bersalah, Tenten dengan tenang menertawakan Hinata yang malu karena ucapannya. Membuat pipi Hinata semakin merah karena malu dan kesalnya.

Selama perjalanan, diisi godaan Tenten pada Hinata yang membuat gadis itu memerah, bahkan ketika keduanya sampai di tujuan, wajah merah Hinata tidak hilang.

"Ne Hin-chan sekarang aku ada janji bersama Neji-kun. Dia baru saja mengirim pesan kalau keluarganya sedang mengadakan pesta dadakan. Jadi nanti sore jika aku belum pulang, kau pulang sendiri ya... " Tutur Tenten dengan raut wajah bersalahnya.

[Tidak apa-apa, Tenten-chan. Semoga lancar ya pestanya]

Lantas setelahnya Tenten langsung memeluk Hinata.

"Terima kasih Hin-chan." ucapnya riang.

Hinata hanya menganggukkan kepalanya membalas ucapan Tenten.

"Kalo begitu aku duluan ya Hin-chan" ucap Tenten kemudian mengecup pipi kanan Hinata untuk salam perpisahan.

"Jaa mata ne"ucap Tenten melambaikan tangannya.

Setelah Tenten meninggalkan Hinata untuk menemui kekasihnya Neji. Hinata mendudukkan berjalan menuju taman belakang Tokyo of University. Kampus bergengsi tempatnya menimba ilmu.

Hinata mendudukkan tangannya di taman belakang yang sepi. Taman belakang yang bisa menyembunyikannya dari predator bernama pembully.

Tangannya membuka tas selempang miliknya. Mengambil sebuah amplop berwarna pink yang tersimpan surat usang di dalamnya.

Dear: Hikari Hyuuga your mother
To : putri kecilku Hinata

Hinata anakku maafkan Haha yang telah meninggalkanmu sendirian di dunia yang kejam ini .

Haha yakin saat kau membaca surat ini Haha mungkin sudah tidak ada lagi di dunia ini. Tapi percayalah di mana pun Haha berada, Haha akan selalu menyayangimu, mencintaimu juga merindukanmu.

Maafkan Haha, karena keegoisanku kau yang harus menanggung semua akibatnya, menanggung semua penderitaan yang seharusnya tidak kau alami.

Haha melakukan ini karena terpaksa nak! Haha tidak ingin menghancurkan kebahagiaan Chichi mu yang telah memiliki keluarga lain selain kita.

Jujur ini memang salah Haha, karena keegoisanku Haha menjadi perusak keluarga Chichi mu. Maafkan Haha nak.

Hiduplah dengan bahagia jangan menyerah menghadapi dunia yang kejam ini.

Love u Hinata. Jangan bekerja terlalu keras, jangan pilih-pilih makanan, hiduplah dengan damai dengan semua orang, carilah banyak teman untuk menemanimu.

Chichi bernama Hyuuga Hiashi semoga suatu hari nanti kau akan bertemu dengannya.

Love u

Salam cinta dari ibumu Hikari Hyuuga ...

Hiashi Hyuuga dan Hikari Hyuuga, itulah alasan Hinata berada di Tokyo. Dirinya dengan keras meyakinkan Karin juga Kushina yang telah kembali ke Jepang agar hidup mandiri di kota besar Tokyo saat dirinya menerima beasiswa kuliah di ToU.

Awalnya mereka memang tidak menyetujuinya, tapi dengan bahasa isyarat 'aku sangat ingin bertemu dengan Chichi dan Haha.' Membuat keduanya menyerah dan mengijinkan Hinata.

Di sisi lain perasaannya gembira saat dirinya menyusun rencana untuk bisa bertemu dengan keluarganya.

Namun di sisi lainnya, ia merasa takut. Takut jika kenangan lama akan terulang kembali. Kenangan saat seorang Mikoto Uchiha membentaknya bahkan mencacinya karena kekurangan yang ia miliki.

Mengingat nama Mikoto, Hinata memegang punggung tangan kanannya, di sana tercetak bekas luka yang masih menempel pada lengan putihnya. Luka itu diakibatkan oleh injakan yang dilakukan Mikoto waktu itu.

Sejauh ini, Hinata sudah mengetahui bahwa klan Hyuuga adalah salah satu klan tersohor yang memegang kendali penting dalam perekonomian Jepang setelah Uchiha dan Namikaze. Itulah yang Hinata takutkan. Mereka kaum atas tidak akan pernah menerima kekurangan sedikitpun. Dia takut keluarganya nanti tidak akan pernah menerimanya sebagai bagian dari mereka karena kebisuannya.


To be Continue....

Love For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang