Aku Harus Jujur!! ²

2.9K 206 14
                                    

Beberapa bulan telah terlewati. Hikari semakin perhatian dan posesif pada Hinata. Seringkali ia melupakan keluarganya (Hiashi, Neji, Hanabi) dan mendahulukan Hinata.

Hal itu tak luput dari si bungsu Hyuuga.
Biasanya Hikari selalu menanyakan kegiatannya semasa di sekolah, sekarang Hikari cuek dengan hal itu.

Hanabi hanya bisa bersedih tanpa bisa menyampaikan keluhannya pada sang ibunda tercinta.

Cklek

Neji membuka pintu Hanabi pelan. Dapat ia lihat, sang adik tengah melamun disertai air mata di pipinya.

"Hanabi..." Panggil Neji lembut.

Hanabi langsung menghapus air mata di pipinya dengan kasar. Ia tak mau sang kakak melihatnya yang tengah terpuruk.

"Hmmm?" Balas Hanabi dengan senyum yang dipaksakan.

"Kenapa kau menangis hmm?" Tanya Neji lembut seraya mengelus puncak kepala Hanabi lembut.

"Aku tidak menangis kok..." elak Hanabi.

Neji tersenyum dengan kebohongan Hanabi. Ia memeluk tubuh sang adik erat, menyerukan semangat pada sang adik dengan pelukan itu.

"Hiks... hiks... " Hanabi mulai terisak di dalam pelukan sang kakak.

"Ha-hana takut Mo-mom me-melupakan Hana.... hiks... hiks..." tangis Hanabi dalam pelukan Neji.

"Kenapa Hana takut? Mom tidak akan melupakanmu hmmmm..." Hibur Neji.

"Ak-akhir-akhir ini hiks... Mom se-selalu mementingkan hiks... dia...
Mom ju-juga ti-tidak memperhatikan Hana se-seperti dulu lagi. Ha-hana hiks... takut Mom di-direbut olehnya" jawab Hanabi panjang lebar.

Neji tahu siapa 'dia' yang dimaksud Hanabi. Memang, Hikari sekarang lebih mementingkan Hinata dari pada keluarganya sendiri.

Ibu mereka memang baik. Tapi, Neji tak pernah menyangka bahwa kebaikan Hikari itu bisa melupakan keluarganya sendiri.

"Itu tidak akan pernah terjadi, Hana. Mom tidak akan melupakanmu. Kau tahukan kalau Mom itu baik pada semua orang" Hanabi menganggukkan kepalanya.

"Mom pasti iba melihat Hinata yang sebatang kara. Ia menjadi perhatian pada Hinata semata-mata untuk menyenangkan gadis itu." Lanjut Neji yang tentu saja penuh kebohongan.

Sebenarnya, Neji juga kesal karena sang ibu yang lebih mementingkan Hinata daripada keluarganya sendiri.

Tapi, sekuat tenaga Neji memendam rasa kesal itu. Ia yakin, ada penjelasan dibalik sikap sang ibu akhir-akhir ini.

"Kakak tidak berbohong?" Tanya Hanabi.

"Tentu saja kakak tidak berbohong. Tak ada yang bisa mengambil hati Mom dari kita. Kau yang sabar ya, sebentar lagi Mom pasti bersikap seperti dulu." Hanabi mengangguk antusias, sedangkan Neji tersenyum sendu.

Ia takut tak bisa membuat ucapannya menjadi nyata. Ia takut, sang ibu tidak akan kembali menjadi dirinya yang dulu lagi.

'Aku tak boleh berfikir negatif. Aku harus percaya pada Mom. Yah aku harus percaya padanya...' batin Neji termangu.

'Ya Tuhan tolong aku. Tunjukanlah jalan bagiku untuk membuat keadaan yang runyam ini kembali seperti semula.' Batinnya berdoa.

"Kau tidur yaa! Ini sudah malam."

"Baiklah kak. Oyasuminasai" Hanabi mulai memejamkan matanya. Ia berharap esok hari keadaan akan kembali seperti dulu.

Cup

Love For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang