Kring... Kring...
Alarm handphone berbunyi nyaring, namun bunyi nyaring itu tidak mampu membangunkan pemuda berambut pirang yang tengah memeluk gulingnya erat.
Nyonya rumah hanya bisa menghela nafas mendengar suara alarm yang tak kunjung berhenti. Dirinya mengambil nafas sebelum
"Narutoooooo bangun!!!!" Yah di pagi hari yang cerah kala itu, burung-burung beterbangan menjauhi kediaman Nami-Uzu yang megah akibat suara menggelegar itu.
Pagi yang cerah ini seperti biasa, nyonya besar Kushina harus mengeluarkan suara sepuluh oktafnya untuk membangunkan sang putra tercinta yang masih bergelung nyaman dengan mimpinya.
Naruto yang masih sayang dengan telinganya segera terbangun.
"Iyaaa Kaa-chan aku sudah bangunn..." ucapnya setengah berteriak.
"Bagus kalo begitu. Segera mandi dan sarapan. Kami menunggumu!" Jawab Kushina masih berteriak.
"Huhh...Padahal hari ini tidak ada kelas, tapi Kaa-chan sudah membangunkan ku sepagi ini" ucap Naruto kesal saat melihat jam yang menunjukkan pukul 06:30.
06:30 terlalu pagi untuknya terbangun. Namun jika pun dirinya ingin tertidur kembali, sang ibu pasti terus meneriakinya. Dia masih sayang telinga untuk tidak mendengar suara cempreng sang ibu.
Setelah selsai dengan ritual pagi harinya, Naruto segera turun ke meja makan untuk sarapan bersama keluarga tercintanya.
"Selamat pagi Kaa-chan, Tou-chan" katanya sambil mengecup kedua pipi orang tuanya.
"Selamat pagi juga Naru. Ayo sarapan bersama kami!!" tawar sang ibu.
"Tidak Kaa-chan. Naru ingin pergi lari pagi terlebih dahulu. Jadi kalian berdua saja yang sarapan yahh." Tolak Naruto.
"Yasudah, kalo begitu . Hati-hati nee" ucap Kushina pada anak semata wayangnya.
Naruto mengangguk. Ia melambaikan tangannya pada kedua orang tuanya, sebelum pergi menghilang di balik pintu besar mansion Nami-Uzu.
....
Si pagi hari yang cerah, Hinata mengayuh sepedanya mengantarkan koran-koran kepada masyarakat kelas atas.
Mengantarkan koran adalah rutinitas kala kuliahnya libur. Sambil menyelam minum air. Di samping mendapat uang, dia juga bisa berolahraga dengan mengayuh sepeda.
Hinata yang terlalu fokus pada koran-koran, tak menyadari bahwa seorang pemuda berambut pirang tengah berlari-lari kecil seraya memainkan Handphonenya,
Brak
Hinata terkejut kala dirinya menabrak pemuda pirang itu.
Dengan cepat Hinata mengambil bukunya. Tangannya yang cekatan menulis sesuatu pada pemuda itu.
[Sumimasen tuan, saya tidak memperhatikan jalan sehingga menabrak anda. Sekali lagi maafkan saya. Dan maaf, saya tunawicara jadi tidak bisa meminta maaf secara langsung pada anda.]
"Ahhhh tidak apa-apa. Ini juga salahku." Pemuda pirang itu menggaruk tengkuknya, canggung.
Pemuda pirang itu berdiri. Setelahnya ia mengulurkan tangan untuk Hinata yang masih terduduk.
"Ayo!" Ajak pemuda itu. Hinata membalas uluran pemuda pirang itu dengan wajah memerah.
Pemuda pirang itu membantu Hinata mengambil koran-korannya yang jatuh tak lupa dia juga membangunkan sepeda Hinata yang terjatuh di atas tanah.
Hinata membungkukkan badannya sebagai tanda terima kasih.
"Jangan berterima kasih, lagipula ini salahku yang tidak memperhatikan jalan" pemuda itu tersenyum lebar pada Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Life
Fanfiction©Masashi Kishimoto NaruHina sight SasuHina Perjalanan ini memang membutuhkan pengorbanan baik itu jiwa, raga maupun rasa. Siapapun yang ikhlas menjalaninya, maka balasannya akan lebih baik dari pengorbanan yang dibuatnya. ....