5 Desember

3.4K 239 73
                                    

"Apakah dia Hinata?" Tanya Hiashi yang kembali dibalas anggukan oleh Hikari.

Hiashi semakin mematung di tempatnya.

Raut wajahnya datar,

Tapi matanya

Matanya menitikkan air mata,

Entah itu air mata bahagia atau air mata kesedihan, pikir Hikari waswas.

"A-apa kau serius, Tsuma?" Tanya Hiashi pelan.

"I-iya, a-anata... " gugupnya.

Tawa Hiashi sontak menggema. Membuat Hikari yang khawatir mengernyitkan alisnya bingung.

'Kenapa Hiashi-kun tertawa, apa ia menganggap perkataanku lelucon?' Batinnya bingung.

"A-anata ke-kenapa__"

"Suttt..." Hiashi mendaratkan jari telunjuknya di bibir Hikari. Memaksa sang istri untuk menelan kembali ucapannya.

Hikari semakin takut sekarang. Namun ketika dirinya menatap bibir Hiashi yang melengkung senyum, membuatnya mematung seketika.

Grep

Hiashi memeluk tubuh Hikari erat. Hikari langsung menumpahkan air matanya di dada bidang sang suami.

"Apakah ini alasanmu lebih mementingkan Hinata akhir-akhir ini?" Hikari menganggukkan kepalanya.

"Ma-maafkan a-aku A-anata hiks... hiks..."

"Kenapa menangis, hmm?" Tanya Hiashi lembut, mencoba menenangkan sang istri yang sesegukan.

"A-apa k-kau hiks... a-akan menolak putri kita lagi?" Tanya Hikari hati-hati.

Hiashi tersenyum dengan pertanyaan Hikari. Ia melepaskan pelukannya. Tangannya kini menggenggam erat tangan Hikari.

"Apa kau tahu alasanku tertawa?" Hikari menggelengkan kepalanya polos.

"Aku sedang menertawai takdirku!!"

Deg

'Menertawai takdir? apakah Hiashi-kun menertawai takdirnya yang kembali bertemu dengan putri yang ia buang? Apakah ini menjadi penegas bahwa Hiashi-kun akan menolak Hinata lagi? Ya Tuhan bagaimana jika semua pemikiranku itu benar?? Tolong aku Ya Tuhan!!!' Batin Hikari waswas.

"Tsuma, kenapa kau melamun?" Tanya Hiashi sambil menepuk pipi Hikari yang tengah sibuk dengan batinnya itu pelan.

"A-anata a-apa__" Hiashi kembali menepatkan jari telunjuknya di bibir Hikari agar membuatnya diam.

"Aku menertawai takdirku bukan karena kesialan ku bertemu dengan Hinata.

Tapi,

Aku menertawai takdirku karena selama ini orang yang ku cari-cari ternyata tak jauh dari sekitarku."

Deg

Deg

"Ma-maksudmu a-apa, Anata?" Tanya Hikari gugup.

"Maafkan aku, Tsuma. Aku telah menelantarkan putri sulung kita!!" Hiashi menelesupkan kepalanya di leher Hikari.

"A-apa i-ini artinya kau me-menerima Hinata? A-apa kau tak a-akan me-mengusir Hinata?" Tanya Hikari hati-hati.

"Untuk apa aku mengusir putriku?
Cukup satu kali aku menelantarkannya. Dan sekarang aku tak akan membiarkan hal itu kembali terjadi!!!"

Deg

Love For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang