Pagi Itu Di Meja Makan

3.5K 250 45
                                    

Keesokan harinya,

Seperti hari-hari sebelumnya, Hinata bangun di pagi hari dan bersiap menyiapkan dirinya untuk membuat sarapan keluarga Hyuuga.

Namun, kali ini wajahnya tertekuk dan auranya yang ceria kini berubah menjadi suram.

Pasalnya, maid yang biasa membatunya memasak kini melarangnya untuk memasuki dapur.

"Saya takut Hikari-sama memarahi saya jika anda membantu saya memasak, Nona!" Ujar maid itu.

Padahalkan memasak itu adalah hobinya.

Dengan terpaksa, Hinata mendudukkan dirinya di meja makan tempat para keluarganya makan.

'Apa tak apa jika aku duduk disini?' Tanya Hinata dalam hatinya.

Hikari turun dari tangga, Hinata yang melihat Hikari turun langsung berdiri dari tempatnya duduk karena takut Hikari memarahinya karena ia duduk di meja makan tersebut.

"Kenapa berdiri, Sayang?" Tanya Hikari mendekati Hinata.

"Duduk saja, kami tak akan memarahimu, karena kau bagian dari keluarga kami, Sayang" jelas Hikari mendudukkan Hinata kembali.

Cup

Hikari mengecup kening Hinata lembut, tak lupa ia mengelus rambut dan pipi Hinata gemas.

"Mom bangunkan dulu adikmu ya...
Ia tak akan bangun jika Mom tak membangunkannya!!" Ujar Hikari yang dibalas anggukan oleh Hinata.

Setelah Hikari pergi, Hinata menenggelamkan wajahnya di meja makan. Ia masih kesal dengan maid itu karena melarangnya membantu maid itu memasak.

Beberapa menit kemudian. Anggota keluarga Hyuuga mulai turun dari peraduannya masing-masing.

Puk

Hinata yang sedari tadi menenggelamkan wajahnya langsung mendoakan wajahnya karena seseorang mengelus puncak kepalanya.

'Tou-chan' batin Hinata.

"Ada apa hmm?" Tanya Hiashi.

Hinata menggelengkan kepalanya seolah berkata 'tidak ada apa-apa'

"Benarkah?" Tanya Hiashi kembali.

Hinata menganggukkan kepalanya.

"Ba__"

"Kak Hinataaaaaa...."

Greb

Sebelum Hiashi menyelesaikan kalimatnya, dari arah tangga Hanabi menghentikan ucapan Hiashi dengan suara cemprengnya dan langsung menubrukkan dirinya pada Hinata.

"Dasar Adek!!!" Gumam Hiashi kesal.

Setelah Hanabi, disusul Hikari dan Neji yang menggelengkan kepalanya, terkejut karena perilaku si bungsu.

"Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?" Tanya Neji mengelus kepala Hinata.

Hinata menganggukkan kepalanya singkat.

'Aku sangat nyenyak, Nii-chan!! Bahkan aku merasa aku masih di alam mimpi' ucap Hinata dalam hati.

Merekapun duduk di kursi masing-masing.

Di meja makan keluarga Hyuuga kini sangat heboh dengan kelakuan dan ocehan dari Hanabi dan Neji yang saling berdebat.

'Terima kasih, Ya Tuhan!! Aku bahagia. Terima kasih' batin Hinata.

Hinata tersenyum bahagia. Sejujurnya, ia ingin bergabung dengan kedua saudaranya yang saling melemparkan ocehan. Namun, ia sadar ia tak bisa melakukan itu. Memikirkan itu, senyum bahagia Hinata berubah menjadi senyum kecut.

Love For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang