Satu tahun kemudian
"Naru-kun!" Suara indah itu mengalun memanggil pemuda yang ada di sampingnya.
Bukannya menjawab, Naruto terus berdiam diri menyesap aroma lavender yang keluar dari tubuh gadis di sampingnya itu dengan rakus.
"Naruto-kun!!!" Naruto tetap diam tak ada niatan untuk membalas sang gadis.
"Naruuuuu~~" sang gadis mulai merajuk karena panggilannya tidak dijawab sama sekali.
"Maaf Hime...
Aku sangat suka ketika kau memanggilku dengan suara indahmu" jawab Naruto tersenyum kuda.
"Gombal!!" Timpal sang gadis memalingkan wajahnya malu.
"Wajahmu memerah, Hime" goda Naruto.
"Ishhh jangan membuatku semakin malu, Naru" gadis itu menutupi wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya.
"Hahaha baiklah baiklah maafkan aku."
Naruto menggenggam tangan mungil yang tengah menutupi wajahnya itu lembut. Dikecupnya tangan itu dengan penuh cinta.
"Aku ingin segera menikahimu. Kita menikah sekarang ya Hime" Naruto mengeluarkan puppy eyes-nya yang tampak menjengkelkan.
"Jika kau berani menikahiku sekarang, menghadap lah pada Hiashi Hyuuga dan jangan salahkan aku jika kau tak bisa melihat hari esok!!" Jawab sang gadis terkekeh.
Seketika Naruto bergidik ngeri dengan apa yang telah diucapkan sang kekasih.
"Jangan menakutiku, Hime..." rengek Naruto.
Sang gadis menggenggam tangan Naruto dan mendekatkan tangan Naruto yang berhiaskan cincin putih itu dengan tangannya yang juga dihiasi cincin yang sama.
"Aku bukannya menakutimu, Naru. Itu adalah faktanya. Tou-chan belum siap untuk melepasku."
"Huhhhh padahal aku sudah tak sabar menjadikanmu nyonya Namikaze. Hinata Namikaze. Nama yang indah bukan??" Naruto mengambil tangan bercincin Hinata dan mengecup cincin itu lembut.
"Aku juga tak sabar menjadi milikmu, Naruto Namikaze" timpal Hinata tersenyum lembut.
"Naru" panggil Hinata lembut.
"Hmmm?" Balas Naruto.
"Terima kasih sudah mau menerimaku yang cacat. Terima kasih telah menemaniku enam bulan ini, saat aku menjalankan operasi pita suara. Terima kasih sudah mau mencintaiku. Terima kasih untuk segalanya, Naru-kun"
Cup
Hinata mengecup bibir Naruto singkat.
"Jangan berterima kasih, Hime. Justru aku yang seharusnya berterima kasih padamu" jawab Naruto.
Hinata mengernyitkan alisnya bingung dengan perkataan Naruto.
"Kenapa kau yang harus berterima kasih?" Tanya Hinata polos.
Cup
Cup
"Terima kasih karena mata ini berbinar ketika menatapku"
Cup
Cup
"Terima kasih karena pipi ini mengeluarkan ronanya ketika bersamaku"
Cup
"Terima kasih karena bibir ini selalu menyebut namaku"
Cup
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Life
Fiksi Penggemar©Masashi Kishimoto NaruHina sight SasuHina Perjalanan ini memang membutuhkan pengorbanan baik itu jiwa, raga maupun rasa. Siapapun yang ikhlas menjalaninya, maka balasannya akan lebih baik dari pengorbanan yang dibuatnya. ....