Move On?

3.2K 244 36
                                    

Dua bulan berlalu

Hinata semakin terbawa perasaan dengan tingkah Naruto yang semakin hari semakin menjadi.

Setiap hari ada saja kelakuannya yang membuat wajah Hinata merona. Setiap kali Hinata membuka lokernya, Hinata mendapatkan surat, coklat, dan setangkai Mawar putih dari pemuda bermata shapire itu.

Surat yang didapatkannya pun mampu membuat hatinya berdebar kencang. Naruto sering menyampaikan rayuannya dalam surat itu, seperti :

'Hello calon istriku, bagaimana kabarmu? Pulang kuliah nanti aku menjemputmu ok! Sampai berjumpa nanti, Sayang
Oh jangan lupa makan coklatnya. Maaf kali pait, karena yang manis hanya kamu'

Kadang isi surat itu hanya berisi beberapa kata, seperti

'Aku mencintaimu!'

'Kau hanya milikku, Hime!'

'Udah move on kan?'

Tingkah Naruto itu membuat jantung Hinata berdebar dua kali lebih cepat. Bahkan berkat rayuan maut Naruto, sedikit demi sedikit dia mulai melupakan sosok Uchiha Sasuke di hatinya.

Semenjak penolakan keluarga Uchiha pada Hinata tempo hari, membuat dirinya semakin jauh dengan Sasuke dan semakin dekat dengan Naruto.

Bahkan sejak saat itu mereka tidak pernah lagi berkumpul bertiga seperti saat-saat sebelum penolakan itu terjadi.

Hinata membuka lokernya guna mengambil kertas berisi tugas-tugasnya.

Cklek

Setelah selesai membawa yang dibutuhkannya, Hinata segera mengunci kembali lokernya.

'Ada yang kurang, tapia apa!' Batinnya kebingungan.

Hinata pun kembali membuka loker yang sebelumnya telah ia kunci. Ia mencari-cari apa yang kurang itu.

Namun nihil, tak ada apapun yang didapatkannya. Semua tugas-tugasnya ada di loker.

'Aku lupa, biasanya Naru-kun selalu menyimpan suratnya disini, tapi kenapa hari ini tidak ada? Apakah jatuh? Atau...'

'Aishh...kenapa aku memikirkan hal itu sihh. Mungkin Naru-kun sudah menemukan cintanya jadi ia tidak memberikanku surat itu lagi...'

'Tapi kenapa memikirkan hal itu membuat hatiku sakit? Ya Tuhan apa yang terjadi pada ku...'

"Hinata-chan? Hello!! HINATAAAAA!!"

Deg

Hinata tersadar dari lamunannya.

"Kenapa kau melamun? Kau sedang memikirkan seseorang yaaa~"

Blush

"Pipimu memerah, jadi benar kau sedang memikirkan seseorang yaa~~" Tenten kembali menggoda sang sahabat.

Hinata menggelengkan kepalanya menolak apa yang dikatakan Tenten.

"Sudah jujur saja, kau sedang memikirkan siapa hmmm? Siapa sih pemuda yang membuatmu melamun seperti ini? Pemuda itu pasti beruntung karena kau mencintainya."

Hinata kembali menggelengkan kepalanya, menolak semua ucapan Tenten.

'Bukan beruntung Tenten-chan, tapi sial. Tidak ada seorang pun yang ingin bersama orang cacat sepertiku!'

Tenten melirik kearah jam tangannya, tiba-tiba...

"Oh My God, Hinata ayo cepat!" Tanpa melihat raut kebingungan Hinata, Tenten langsung menarik tangan Hinata meninggalkan lokernya.

Love For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang