Seperti hari-hari sebelumnya, Hinata bangun saat matahari masih malu untuk terbit. Setelahnya ia membersihkan diri, memasak sarapan, membersihkan mansion Hyuuga bersama maid lain, lalu pergi kuliah.
Namun ketika dirinya mendapatkan kuliah pagi, ia hanya memasak sarapan saja untuk keluarga Hyuuga. Beruntung sang tuan rumah sangat baik kepadanya, sehingga dirinya tidak merasa terkekang sebagai maid.
Kadang-kadang Tenten menjemputnya di mansion ini. Kalau Tenten tidak menjemputnya, dia selalu meminta--lebih tepatnya memaksa-- Neji untuk mengantarkan Hinata.
Seperti hari ini, Hinata tengah duduk manis di dalam mobil Neji, tepat di sampingnya. Hinata tidak berani duduk di belakang Neji, karena jika ia duduk di belakang maka Neji akan berkata dengan ketus dan tegas "Aku bukan supirmu!" Hal itu tentu membuat Hinata menelan ludahnya kasar.
Hinata sangat senang jika duduk di samping Neji, karena ia bisa melihat wajah 'sang kakak' dengan jelas.
Kakaknya itu persis seperti ayahnya,
Tegas
Dingin
Ketus
Dan sifat itu hanya diperlihatkan pada orang asing dan itu termasuk dirinya.
Tapi, jika pada keluarganya, mereka sangat protektif dan perhatian.
"Sudah sampai!" Ucap Neji dengan nada bicara yang tegas dan dingin.
Hinata hanya bisa membungkukkan badannya sebagai tanda terma kasih telah mengantarnya, sekaligus juga sebagai penghormatan pada sang tuan.
Hinata turun dari mobil Neji dengan tampang bahagia.
Ketika Hinata berjalan di lorong yang sepi, tiba-tiba sebuah tangan menariknya dan menempatkan tubuhnya pada dinding.
'Na-Naruto-kun... ' batin Hinata terkejut.
Naruto menghimpit Hinata dengan tubuhnya pada dinding yang menghambat pergerakan Hinata.
"Siapa yang mengantarmu? Aku tahu itu bukan Tenten kan!"
'Onii-chan yang mengantarku' jawab Hinata dalam hati.
"Dan apa yang membuatmu tersenyum saat keluar dari mobil itu!!"
'Aku tersenyum karena bisa melihatnya dari dekat wajah Onii-chan' jawabnya lagi dalam hati.
"Jawab pertanyaanku Hinata!!
Apa dia pacar barumu hah!" Ucap Naruto dengan nafas tak beraturan.'Dia bukan pacarku' dan tentu saja, Hinata masih menjawab perkataan Naruto dalam hati.
Naruto yang terbakar api cemburu mengeraskan wajahnya. Menatap Hinata dengan ekspresi tak suka dan benci.
Namun detik berikutnya wajahnya menunduk. Menghilangkan semua ekspresi benci dan menggantikannya dengan ekspresi wajah yang terluka.
"Ku mohon jawab aku Hinata"
Naruto meletakkan kepalanya di pundak Hinata. Tangan yang tadinya menyentuh tembok, kini beralih memeluk pinggang mungil Hinata.
Hinata yang menyadari situasi langsung mendorong Naruto.
'Ini tempat umum, Naru.' Batin Hinata berucap.
"Mengapa kau menolakku, Hime?" Tanya Naruto lirih. Mata shapire-nya menatap Hinata lekat.
Pertanyaan Naruto itu membuat Hinata merasa bersalah padanya. Wajahnya berpaling, mencoba menghindar dari pandangan Naruto.
Kebetulan saat itu ada orang yang berjalan di lorong itu, Hinata menepuk pundak Naruto kemudian menunjuk orang itu seolah memberi tahu naruto bahwa ini adalah tempat umum dan siapapun bisa melihat posisi keduanya yang terlihat sangat intim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Life
Fanfiction©Masashi Kishimoto NaruHina sight SasuHina Perjalanan ini memang membutuhkan pengorbanan baik itu jiwa, raga maupun rasa. Siapapun yang ikhlas menjalaninya, maka balasannya akan lebih baik dari pengorbanan yang dibuatnya. ....