Setelah Hinata meminta Naruto menurunkannya di halte, Hinata melangkahkan kakinya secepat mungkin menuju mansion megah Hyuuga.
Ia takut, sang 'nyonya' akan memarahinya karena pulang terlambat.
Saat ia memasuki Mansion Hyuuga, ia melihat Hikari yang menatap khawatir padanya.
'Ada apa dengan Kaa-chan?' batin Hinata bingung.
Ia berjalan mendekati Hikari dan membungkukkan badannya sopan.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Hikari khawatir.
Hinata menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Hikari memegang bahu Hinata pelan.
"Kenapa pulang terlambat?" Tanyanya lagi dengan nada yang sama.
[Maaf, Hikari-sama. Saya telat karena ada jam tambahan dari dosen] jawabnya dengan bahasa isyarat.
'Maaf aku berbohong, Kaa-chan' batin Hinata.
"Ahh begitu ya. Sekarang kau cepat masuk kamar dan istirahatlah!" Hikari mengelus puncak rambut Hinata lembut.
Hinata tersenyum kepada Hikari sebelum meninggalkannya. Ia berjalan ke kamarnya dengan hati yang berbunga. Dirinya tak pernah sebahagia ini. Tapi, dibalik rasa bahagia itu, tersimpan pertanyaan heran juga bingung terhadap sikap Kaa-chan sekaligus nyonya-nya itu.
'Ada apa dengan Kaa-chan? Mengapa sikapnya sangat sangat lembut padaku? Apakah ia tahu bahwa aku...' Hinata menggelengkan kepalanya.
'Tidak, Kaa-chan sama sekali tidak tahu kalau aku putrinya kan' batinnya kecewa.
Hinata membuka lensanya. Ia berdiri di depan cermin dengan mata khas Hyuuga-nya.
'Apakah aku pantas menjadi bagian dari keluarga ini? Mereka sangat sempurna, sedangkan aku...'
'Aku berharap keajaiban darimu Ya Tuhan. Aku ingin bersama keluargaku, sebagai putri mereka bukan sebagai pembantu. Hanya satu hari pun tak apa-apa. '
'Aku ingin merasakan bagaimana bahagianya ketika bersama dengan keluarga.'
'Aku memang mempunyai keluarga lain, meskipun kami tidak sedarah. Penghuni Panti Nami-Uzu adalah keluargaku. Tapi bukannya aku tidak bersyukur, aku hanya ingin merasakan bagaimana rasanya berkumpul bersama keluarga kandungku!'
Setelahnya Hinata kembali memakai lensanya.
....
Hikari tampak serius dengan laptop di depannya.
Ia terus melihat layar persegi itu dengan teliti, sampai...
Deg
Matanya tiba-tiba terbelalak lebar.
'Putriku...' batinnya tersenyum bahagia dan haru.
Hikari POV
Aku tak percaya dengan apa yang kulihat ini. Ternyata dia memang benar putriku!
Di benar-benar putriku...
Aku bahagia, namun aku juga sedih. Selama ini aku melupakan putri kecilku. Bahkan selama ini aku tidak pernah berniat mengambilnya di tempat itu setelah diriku bahagia dengan keluarga baruku.
Jika saja aku tak menemukan benda itu, maka aku tidak akan pernah mengetahui jika dia adalah putriku.
Flashback
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Life
Fiksi Penggemar©Masashi Kishimoto NaruHina sight SasuHina Perjalanan ini memang membutuhkan pengorbanan baik itu jiwa, raga maupun rasa. Siapapun yang ikhlas menjalaninya, maka balasannya akan lebih baik dari pengorbanan yang dibuatnya. ....