18 : : AFTER RAIN

588 57 14
                                    

Apa kamu masih betah hidup di dalam rasa takutmu?

-After Rain : 10 Years Later

...

Aku kesepian

Aku tertinggal

Aku juga merindukanmu

Itu menyakitkan...

Radin mengembus napas panjang, dipejamnya kedua mata sejenak, seraya berbaring di atas tempat tidurnya. Pusing, perlahan cowok berwajah bundar itu memijit kedua pelipis dengan pelan.

Langit tampak gelap, begitu juga angin malam yang berhembus pelan berhasil membuat laki-laki itu kalut dalam pikirannya. Sungguh, Radin benci suasana seperti ini.

Ingin menyibukkan diri dengan membaca ataupun sekedar melakukan proyek perusahaan rasanya juga percuma. Dirinya yang sekarang merasa tidak baik bisa jadi berdampak pada pekerjaan itu.

Biarlah ia istirahat sejenak. Menenangkan pikirannya.

Radin mengerang,  memiringkan tubuh, seraya membenarkan letak headset di telinganya sejenak. Lagu terdengar begitu lambat, tenang, dan heran, liriknya selalu berhasil dengan suasana yang ia rasakan.

"Aku juga merindukanmu. Itu juga  menyakitkan. Aku tidak bisa memberitahumu," Suara gumaman terdengar di ruangan kamar. Kedua mata bundar itu terbuka, menerawang, memerhatikan langit-langit kamar.

Brakk!!

Tutupan pintu mobil terdengar kuat. Radin, laki-laki yang baru saja menghempas tubuh di kursi kemudinya sontak membulatkan mata begitu memerhatikan seseorang yang tiba-tiba saja berlari lalu berdiri di depan mobilnya.

Radin menoleh ke kanan. Memerhatikan lingkungan pabrik bata maupun toko bangunan dari kejauhan. Orang-orang itu sudah berkemas, langit mulai jingga dan sudah dipastikan para pekerja akan melakukan kegiatan lain di luar dari perusahaan.

Radin menghidup gas mobil. Seorang gadis tepat di hadapan mobilnya lagi-lagi merentangkan tangan. Berusaha menghalangi jalan.

Setengah kesal, Radin menurunkan kaca mobil, berbicara. "Bisa minggir? Saya mau keluar."

Gadis itu menggeleng, berhasil membuat Radin mendesis. Si keras kepala. "Berhenti pakai saya-kamu. Namaku Rein, aku sahabat kamu."

Radin menyandarkan tubuh. Setengah pasrah dan kesal ia menatap gadis itu. Rein. Siapa pun yang pernah dekat pasti akan tahu siapa namanya. Bukan hanya dekat bahkan gadis itu terlalu sering ada di pikiran Radin, mulai dari wajah bulatnya begitu juga dengan nada tulus, nyaring, dan lembutnya.

Rein. Sahabat pertama sekaligus cinta pertamanya. Dan bodohnya, seberusaha apa pun ia menepis perasaannya tapi tetap saja rasa cinta itu tidak dapat juga dihilangkan. 

"Saya ada urusan, kamu jangan menghalang," ucap Radin dingin. Berharap semoga gadis itu kesal pergi menjauhinya dan yah tetap saja nihil. Radin mengeluarkan kepala dari kaca jendela setengah berteriak. "Kamu dengar tidak?!"

Menyebalkan, tidak sesuai dengan harapan Radin, yang ada gadis itu malah tertawa pelan, menggeleng dengan tenang. "Tidak." 

AFTER RAIN : 10 YEARS LATER [☑]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang