10 : : HEY! IT'S ME!

563 57 10
                                    

Aku melihatmu yang memandang hari esok. Tanpa basa-basi lagi. Sungguh menyilaukan, begitu indah, serta sangat menyedihkan. Seperti bunga yang mekar di kegelapan. Serta ibarat kirana cahaya mentari bersinar usai terjadinya badai. 

-Himawari - Mr.Children 

-After Rain : 10 Years Later

...

Tak ada yang namanya persahabatan sejati. Ya, awalnya Rein mengira seperti itu. Setelah kejadian itu baginya teman datang hanya untuk pergi meskipun diam-diam gadis itu mengakui bahwa dirinya juga bersalah telah meninggalkan Radin.

Tapi nyatanya tidak. Persahabatan sejati benar-benar ada, bukan hanya berada di khayalannya saja.

Kedua sudut bibir Rein terangkat, gadis dengan make up tipis dan pakaian formalnya itu terlihat begitu ramah. Kerja! Ya, selain menjadi seorang penulis, dirinya ingin menghabiskan beberapa usia mudanya dengan bekerja di sebuah bank. Selain mendapat pengalaman, dirinya juga bisa mendapatkan penghasilan. 

Meskipun pada nyatanya, di dalam hati kecilnya, ia tengah tersesat sekarang, bingung dengan masa depan jangka panjangnya. 

Gadis itu tersenyum, menyatukan telapak tangannya, berbicara kepada nasabah. "Terimakasih, silahkan datang kembali."

Antrian berkurang, customer bank yang tadinya bekerja berusaha mungkin menutup rasa kewalahannya diam-diam menghela napas lega. 

Kini seorang pria dengan anak laki-laki di genggamannya berjalan menuju tempat customer service. Menyodorkan selembar kertas dan beberapa lembar uang. Rein tersenyum, gadis itu mengambil kertas di meja lalu melakukan tugasnya. Mendadak saja gerakannya terhenti seketika begitu membaca nama pada lembaran yang dipegangnya. 

Dimas Rayana? 

Rein mengerjapkan mata, ditolehkan kepala ke arah pengunjung itu sejenak. Dimas? Berusaha mungkin Rein untuk tidak mengernyit. Wajah pria itu sungguh berubah, tampak serius dan kelelahan karena sehabis bekerja. Meskipun diam-diam Rein mengakui ada beberapa yang tidak berubah dengan anak itu. Seperti model rambut, bentuk wajah, dan mata tajamnya.

"Dimas?" panggil Rein. 

Kedua alis tebal pria itu terangkat, berhasil membuat Rein tersenyum cerah, kedua mata bukat Rein berbinar. Ya, benar, orang yang ada di hadapannya memang Dimas sahabatnya, bukan seseorang dengan nama yang kebetulan sama seperti Dimas Rayana. 

"Kamu ingat aku?" tanya Rein semangat seraya melakukan pekerjaannya. "Aku Rein sahabat kamu." 

Tampak pria itu gelagapan, menelan ludah sejenak seraya menggenggam tangan kecil anaknya dengan erat. "Tidak."

Tidak? Entahlah, Rein tidak tahu dirinya harus malu apakah tidak. Bisa jadi ia salah orang, tapi... oh ayolah! ia benar-benar yakin, dari suara dan nada bicara itu sudah tidak asing lagi baginya. 

"Kamu Dimas Rayana, dulu pernah sekolah di SMA Budi Bhakti bukan? Jurusan Bahasa kan?" tanya Rein lagi, berusaha mungkin meyakinkan. Dengan harapan semoga pria itu tidak kesal dengan tingkah lakunya. "Aku teman bangku depan kamu, aku duduk di samping Dhei waktu itu. Kamu masih ingat dengan Dhei kan?"

"Tidak," jawab pria itu kembali, terdengar begitu datar dan berusaha mungkin menahan kesal. Disambarnya kertas yang disodorkan Rein lalu berjalan meninggalkan bank dengan cepat.

AFTER RAIN : 10 YEARS LATER [☑]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang