Mungkin inilah maksudnya, kenapa jangan membiarkan egomu tertanam dalam hati. Sesakit apapun, semenderita apapun jangan pernah membalasnya kembali, karena jika itu dilakukan mungkin rasa sakit itu akan menyiksa diri. Ya, menjadi jauh terasa lebih sakit lagi.
-After Rain : 10 Years Later
...
Hidup itu seperti langit malam, ketika kita folus untuk memandang langitnya saja maka tentu akan terasa membosankan, namun apabila kita hanya fokus kepada titik-titik kecil yang bersinar di atas sana mungkin kita akan kurang dapat menikmati suasana malam.
Padukan keduanya, dimana ada terang dan gelap dalam waktu yang bersamaan, dimana ada rasa senang dan sedih dalam waktu yang bersamaan. Hanya saja manusia cenderung ke dalam satu sisinya.
Terimakasih telah mencintaiku...
Rein, gadis yang sedang sibuk berkutat dengan layar laptopnya kini mengalihkan pandangan, memerhatikan layar handphone sejenak.
Lagu Dish// - Thanks for Loving Me mengalun lembut. Suara vokalis terdengar begitu lembut juga dengan musik yang mengiring sendu.
Radin. Pria itu menelponnya.
Kedua sudut bibir Rein terangkat, secepat mungkin mengangkat panggilan dengan semangat.
"Halo Radin! Kamu udah pulang? Gimana jalan-jalan kamu sama Mama kamu? Lancar?"
Nihil, tak ada jawaban dari seberang. Yang ada suara sesakan napas terdengar begitu cepat. Seakan menyimpan rasa sesak yang begitu sangat di seberang sana. Rein mengernyit. "Radin?"
Tak ada jawaban. Rein bangkit, menutup layar laptop sejenak, mendengar suara dari seberang dengan serius. "Kamu kenapa Radin?"
"Mama pergi, Rein," gumam seberang terdengar pelan.
"Hah?" Rein mengernyit, secepat mungkin gadis itu menutup jendela kamar, mendengar dengan saksama. "Pergi gimana maksud kamu?"
"Pergi," lirih dari seberang, berhasil membuat kedua mata Rein semakin membulat, mendadak saja waktu seakan terhenti sejenak.
"Mama pergi selama-lamanya Rein, gue enggak bakal pernah ketemu Mama lagi."
☔☔☔
Entah kenapa sesuatu seakan terasa berharga ketika kita merasakan kehilangan. Seperti ketika hujan tak kunjung datang, tentu kita akan merindukan setiap bunyi derasannya, setiap bulir-bulir air yang jatuh dan mendarat dengan indah di telapak tangan kita.
Radin, perlahan cowok bermata bundar itu menggenggam hp dengan erat, tampak bergetar. Berusaha mungkin dirinya memasukkan barang persegi empat itu ke saku celananya.
Mama pergi...
Selama-lamanya...
Dan tidak pernah kembali lagi...
Diam-diam Radin mencengkram lutut dengan erat, duduk di depan halaman rumah sakit sesekali mengedarkan pandangan, berusaha mungkin untuk tetap tenang. Perlahan ia mengembus napas panjang, memejamkan mata, masih saja mencengkram lutut dengan erat.
Tidak bisa. Sungguh menyebalkan, dirinya tidak bisa tenang sekarang yang ada malah seperti ada rasa sesak yang mengumpul di dadanya.
Rasa sesak yang untuk kesekian kalinya tidak bisa dikeluarkan.
"Kak Radin..."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER RAIN : 10 YEARS LATER [☑]
Ficción General[SEQUEL BOY UNDER THE RAIN] "Love you no matter what." Rein, gadis penulis novel yang masih saja menaruh hatinya kepada Radin mungkin percaya pada kalimat itu. Masih ada cinta dan ketulusan di dunia ini. Hanya saja begitu berbeda dengan Radin, seaka...