27 : : MOM

614 53 32
                                    

Aku tahu kamu masih menginginkan orang-orang itu hadir di dalam hidupmu. Maka dari itu, jangan ragu, berhenti menutup dirimu, berhentilah menyakiti dirimu.

Karena yang aku tahu, semakin kamu tertutup, semakin kamu melarikan diri, kenangan itu akan tetap muncul, takkan pernah hilang dan selalu membekas di dalam hidupmu.

-After Rain : 10 Years Later

...

Seseorang bisa berubah kapan saja dan dimana saja. Aneh harusnya ketika kita mengatakan kamu berubah atau sejenisnya. Harusnya kita tahu, tanpa sadar pun kita juga berubah. Entah itu berubah karena lingkungan atau mungkin berubah karena masa lalu yang tak pernah diharapkan namun yang pasti kita tidaklah sama bila dibandingkan dengan masa lalu.

Setidaknya itu yang ada di pikiran Rein sekarang. Jujur saja dirinya  menyadari, hanya saja lebih baik ia mengabaikan. Cukup Radin, tidak perlu ditambah dengan dirinya lagi.

Rein. Gadis dengan kemeja krim dan rok hitam selututnya itu mengetuk pintu ruangan. Bukan berada di kantor, melainkan di rumah sakit. Langit tampak senja pertanda usai sudah jam kerjanya di hari ini.

"Kak Rein!"

Pintu terbuka. Bibir Rein mengembang seketika memerhatikan gadis kecil di hadapannya. Freysha, gadis itu menyambutnya dengan girang di ambang pintu ruangan.

"Dhei mana? Tidur?" tanya Rein sesekali memerhatikan dalam ruangan.

Freysha mengangguk, bibir bawah gadis itu terangkat, memerhatikan abangnya sejenak. Tersenyum tipis. "Iya, biar cepat sembuh katanya."

Menyadari suasana hati gadis kecil itu berubah, secepat mungkin Rein mengacak rambut gadis itu dengan gemas lalu menyodorkan satu keranjang buah di tangannya.

"Ini untuk Frey sama Kak Dhei. Nanti kalau sempat kakak datang lagi ya."

"Kakak mau kemana?" tanya Freysha penasaran, alis anak itu terangkat.

Rein tersenyun. Ingin rasanya Rein mengatakan bertemu Radin, anak laki-laki yang menjadi sahabat kental Dhei. Namun entah kenapa dirinya terlalu kelu untuk mengatakan, mungkin lebih biarkan saja sebentar, lagipula melihat kondisi Radin yang tidak baik sepertinya ia harus mengistirahatkan laki-laki itu terlebih dahulu.

"Teman kakak juga ada yang sakit disini, sekalian mau jenguk."

Bibir gadis itu membulat. Berhasil membuat Rein menghela napas lega, setidaknya gadis itu tidak bertanya hal yang lebih panjang lagi. Kedua mata gadis itu menyipit senang, melambaikan tangan begitu Rein berlalu.

Dan sekarang? Rein mengembus napas kuat, memegang satu lagi keranjang buah di tangannya dengan erat keluar dar lift yang baru saja membawanya.

Radin. Ya, ini sudah ketiga harinya ia menemui pria itu dan sudah ketiga kalinya pula ia menghadapi jawaban dingin dari si ketus Radin.

Sabar? Ya, dirinya harus bersabar meskipun pada nyatanya Radinlah yang harus bersabar karena ia sering mengganggu laki-laki itu.

Pintu ruangan sedikit terbuka. Penasaran, Rein mengintip di balik. Mendadak napas gadis itu tertahan seketika.

🎧🎧🎧

AFTER RAIN : 10 YEARS LATER [☑]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang