Melupakan kenangan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sedangkan membangkitkan kenangan? Hanya sebentar saja, seperti kedua mata yang terpejam lalu terbuka dengan begitu cepat.
-After Rain : 10 Years Later
...
"Radin?" Rein menggumam begitu memerhatikan pria bermata bundar itu berdiri di hadapannya. Mimpi? Jika berada di rumah, mungkin Rein akan berani mengatakan ini mimpi. Mimpi yang terasa begitu indah.
Namun karena ia sedang di luar, maka kemungkinannya semua ini adalah nyata. Dirinya bertemu Radin, wajah dan mata bundar itu mungkin tidak berubah hanya semakin tampak dewasa. Sorot pandangnya masih terlihat tenang dan...
Angkuh? Rein mengernyit. Ya, pandangan laki-laki ini terasa angkuh bagi Rein sekarang. Tak ada Radin yang bersahabat, cowok itu seolah-olah telah melupakan semuanya dan menganggap sekelilingnya asing.
Mungkin perlu ditekankan lagi, seorang Radin Anggana menganggap seorang Yashiaka Rein sebagai orang yang begitu asing.
Radin. Cowok dengan kemeja cokelatnya itu menoleh, mengangkat sebelah alis. "Ada keributan apa di sini?"
"Din, ini aku Rein," jelas Rein langsung, mengangkat kedua alis, memerhatikan bola mata Radin dengan menekankan. Tidak nyambung memang dengan pertanyaaan Radin tapi setidaknya hanya itu yang ingin ia ucapkan sekarang. "Kamu ingat aku 'kan?"
Nihil, bukannya menjawab, Radin malah mengalihkan pandangan, memerhatikan Dimas di sampingnya, menuntut jawaban.
Dimas menunduk, diam-diam melirik Rein lalu beralih ke arah Radin. "Maaf Pak, tadi perempuan ini mau bicara sebentar."
"Pak?" gumam Rein mengernyit.
Radin menoleh ke arah Rein. Rein menelan ludah, begitu dagu cowok itu tampak maju memerhatikan Rein dari penampilan bawah hingga atas dengan sinis. "Jangan buat keributan di lingkungan kerja saya. Saya benci keributan mengerti?"
Dimas mengangguk, pelan. "Iya, maaf Pak."
Radin membalikkan badan, belum sempat laki-laki itu berjalan menjauh, lagi-lagi suara Rein terdengar, menahan langkah. "Aku mau kamu sama Dimas temui Dhei sekarang. Aku mohon."
Tak ada jawaban dari Radin, jangankan jawaban, menoleh belakang saja tidak. "Dia ada di sini. Dia ada di rumah sakit. Aku mohon temui dia, tolong kabulkan harapan dia."
Dimas mengernyit. "Rumah sakit? Kenapa?"
Berusaha mungkin Rein menjawab pertanyaan, gadis itu menahan napas dan berharap semoga tidak terdengar bergetar dan malah semakin merusak suasana. "Aku enggak tahu sudah seberapa parah. Tapi aku mohon..."
Rein menyatukan telapak tangan, memerhatikan wajah tegas Dimas begitu juga punggung Radin yang masih saja tidak bergerak. "Aku mohon kabulkan permohonan dia, selagi dia masih ada. Dhei mau kita sama-sama lagi seperti semula."
"Konyol."
Sontak Rein menoleh begitu juga Dimas yang memerhatikan si pemilik suara bass lembut milik Radin. Terdengar begitu sinis. Tanpa membalikkan badan, laki-laki itu kembali berjalan menuju kantornya.
![](https://img.wattpad.com/cover/147480523-288-k185544.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER RAIN : 10 YEARS LATER [☑]
Ficción General[SEQUEL BOY UNDER THE RAIN] "Love you no matter what." Rein, gadis penulis novel yang masih saja menaruh hatinya kepada Radin mungkin percaya pada kalimat itu. Masih ada cinta dan ketulusan di dunia ini. Hanya saja begitu berbeda dengan Radin, seaka...