Adakalanya kamu harus belajar mengiklaskan, meskipun kenyataan itu menyakitkan dan sulit diterima.
Mungkin kamu akan terbayang kembali, kamu akan ketakutan kembali, mungkin kamu tak ingin membuka hatimu untuk ia kembali.
Ya, kata tidak ingin itu hanya ada di kepalamu. Namun hatimu? Ya, di lubuk hatimu paling dalam, kamu seakan berteriak, meraung, dan menangis sekencangnya, mengharapkan orang itu datang kepadamu, dan membebaskanmu dalam ketidakberdayaan ini.
Namun, kutekankan lagi, akal dan perasaan memang selalu sulit untuk bersatu bukan?
Dan satu-satunya cara hanyalah, harus ada yang mengalah dan berhenti untuk memberontak.
-After Rain : 10 Years Later
...
Mungkin benar apa yang sering dikatakan orang-orang di luar sana. Jangan mencintai seseorang secara berlebihan, begitu pula jangan memaksakan diri mencoba melupakan seseorang.
Ketika kita berlebihan dalam mencintai maka yang kita dapatkan adalah dikhianati, setelah ketika kita terkhianati, maka adakalanya kita ingin melupakan orang itu secepat mungkin, menganggap orang itu sebagai makhluk asing, yang seumur hidup tidak akan pernah dikenal lagi.
Namun sayang, ketika kita memaksa untuk melupakan, malah kenangan itu seolah mendesak dan meminta untuk dikeluarkan, hal yang tidak perlu di pikirkan terkadang menjadi kepikiran dan bodohnya tanpa sadar dapat menyakiti diri sendiri maupun orang-orang di sekeliling.
Seandainya seorang Radin tahu, tak seharusnya laki-laki itu memaksakan semuanya. Apa yang dijalani, setiap masa yang ia lalui harusnya dibiarkan mengalir, dirinya harus bersikap tenang dan menikmati setiap masa yang ada meskipun ia sendiri tengah merasa sulit dan terkekang saat ini.
Kedua mata bundar Radin terangkat, diam-diam memerhatikan gadis dihadapan dengan beberapa lembar kertas di hadapannya.
Rein. Yashiaka Rein.
Sorot pandang mata gadis itu tampak tenang, dengan kemeja soft blue nya gadis itu melihat sekeliling ruangan seraya menunggu keputusan yang terlontar dari suara bass Radin sekarang.
Ingin rasanya Radin mengumpat, cukup dengan adanya Dimas di pabrik sana berhasil membuatnya kewalahan, laki-laki itu sesekali mengingatkan dirinya akan Dimas yang dulu, kuat, egois, namun cepat tersentuh dengan hal kecil.
Dan sekarang? Rein?
Radin menyandarkan punggung ke sandaran kursi, memerhatikan hasil wawancara yang baru saja ia lakukan dengan gadis ini.
Sungguh, orang-orang ini memang ingin membuat dirinya mati secara perlahan.
Tanpa suara, Radin mengangkat bibir bawah, memerhatikan setiap jawaban dengan serius. Benar, melepaskan Rein dari perusahaan ini sama saja dengan melepaskan kesempatan untuk menjadi lebih maju lagi.
Potensi gadis itu jauh lebih bagus dari apa yang ia pikirkan, baik dari sikap positif yang dapat ditularkannya ke semua orang hingga kinerja kerja yang tidak perlu diperhitungkan lagi keefektifannya.
Tapi, percayalah ada rasa ingin untuk menolak keberadaan gadis itu dari sini. Sangat ingin.
Cukup dengan mendengar nama dan suara saja, ingin rasanya ia mengalihkan pandangan, pergi menjauh seolah-olah hanya menganggapnya mimpi dan halusinasinya belaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER RAIN : 10 YEARS LATER [☑]
Ficción General[SEQUEL BOY UNDER THE RAIN] "Love you no matter what." Rein, gadis penulis novel yang masih saja menaruh hatinya kepada Radin mungkin percaya pada kalimat itu. Masih ada cinta dan ketulusan di dunia ini. Hanya saja begitu berbeda dengan Radin, seaka...