Jujur pada hatimu, berhentilah menepisnya. Terkadang kamu harus seperti anak kecil, mengucapkan apa yang terjadi sesungguhnya, mengungkapkan apa yang tengah kamu rasakan tanpa harus terus menerus menyembunyikannya.
-After Rain : 10 Years Later
...
Jika ditanya hal apa yang paling Radin benci, hal yang menjatuhkan dirinya dalam lubang gelap, dan hal yang membuat dirinya sesak sekaligus ingin berteriak dalam waktu yang bersamaan adalah memikirkan betapa beratnya hidup ketika dewasa.
Ya, semakin hari semakin banyak beban yang harus ditanggung, mulai dari pekerjaan, maupun tingah laku kekanak-kanakan yang tidak jelas oleh orang-orang sekitar, belum lagi jika ia di hadapkan situasi seperti ini...
Radin yang sedari setengah jam tadi duduk di bangku kantin rumah sakit kini menunduk, menautkan jari-jari dengan erat. Tampak wajah bundar itu memucat begitu juga sesekali menelan ludah.
Bodoh, bodoh, untuk berapa puluh kali ingin rasanya Radin mengutuki diri.
Dirinya memang tengah berusaha berdamai dengan masa lalu. Tapi entah kenapa ketika mengingat semuanya, ketika merasakan semuanya mendadak dirinya malah seperti ingin nenyerah.
Ya, terlalu lelah hingga ingin menyerah. Terlalu keras berusaha sehingga tidak dapat merasakan sebuah cinta dari orang yang tersayang.
Belum lagi bila menatap masa depan yang begitu cepat datang. Sungguh membuat Radin ingin pergi secepat dari dunia ini dalam waktu yang sesingkatnya.
"Bodoh," Radin menggumam pelan, menunduk, berusaha memejamkan mata sedikit berharap dapat menenangkan diri sejenak meskipun mustahil hasilnya.
"Permisi..."
Radin yang sedari tadi menunduk kini mengangkat kepala, mata itu menyipit seketika, berusaha memperjelas penglihatannya pada seseorang di depannya.
Bukan Rein, meskipun suara itu melengking tapi suara yang ia dengar kali ini seperti anak-anak, terdengar tinggi.
Freysha. Gadis kecil ini yang dalam seumur hidupnya Radin tidak pernah menyangka bahwa gadis ini adik dari salah seorang sahabatnya.
Sahabat sejati yang hanya berada di dalam mimpinya.
Kedua alis gadis itu terangkat tampak setengah memohon. "Frey boleh duduk sini?"
"Silahkan," ucap Radin tanpa suara.
Kursi plastik di geser, gadis itu duduk di seberang Radin. Pesanan datang, tentu saja bukan pesanan gadis itu, tapi pesanan Radin.
Ya, perutnya memang tidak lapar, tapi entah kenapa ketika merasa kacau dirinya hanya ingin melampiaskan rasanya lewat hal seperti ini, mulai dari rasa yang begitu nanis, hingga asam maupun pedas.
Tak heran bila perutnya terlalu sering bermasalah sejak dulu.
Belum sempat Radin mengaduk makanan. Piring terlerbih dahulu di tarik oleh Freysha, bukan hanya makanan namun begitu juga minuman.
Kedua mata Radin menyipit tajam. Gadis itu memerhatikan Radin dengan tenang. "Kata Kak Rein, Frey harus kontrol makan kakak. Mi sama air jeruk bukan perpaduan yang bagus untuk perut kakak."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER RAIN : 10 YEARS LATER [☑]
General Fiction[SEQUEL BOY UNDER THE RAIN] "Love you no matter what." Rein, gadis penulis novel yang masih saja menaruh hatinya kepada Radin mungkin percaya pada kalimat itu. Masih ada cinta dan ketulusan di dunia ini. Hanya saja begitu berbeda dengan Radin, seaka...