Waktu yang berlalu, tak mudah tuk berlalu ( Vierra - Tak bisa move on)
After Rain : 10 Years Later
...
Mungkin apa yang diucapkan orang-orang memang benar adanya. Masa remaja adalah masa yang paling indah, dimana seseorang belum menanggung banyak beban, masalah yang dihadapkan juga belum begitu besar, dan jujur saja di masa itu seseorang hanya bisa merengek, menuntut ini itu lalu menghakimi diri seolah-olah paling tersakiti. Bukan berpikir dalam dua masa sekaligus, jangan pendek dan panjang.
Tidak berpikir berapa uang yang harus didapatkan untuk membeli makan keluarga, menghidupi beberapa banyak anggota keluarga dan bagaimana cara menyekolahkan anak agar dapat tumbuh jauh lebih sukses di beberapa tahun ke depan. Setiap hari seolah-olah menjadi cobaan, begitu banyak masalah yang tiada habisnya.
Bukan hanya menghadapi kondisi ekonomi. Dalam kehidupan dewasa begitu banyak bertemu pikiran yang beragam, perasaan yang beragam dan tentu saja mengakibatkan banyak kesalahpahaman.
Dimas rayana. Pria berumur 20-an itu melangkah ke dalam rumah. Bukan perumahan mewah berlantai dua yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas, bukan pula apartemen mahal dengan deretan mobil disetiap garasi dan diawasi dengan penjagaan yang ketat. Tidak, melainkan hanya sebuah rumah sederhana dengan kendaraan beroda dua seadanya.
Dilapnya butiran keringat yang mengalir dari dahinya begitu juga dengan kaos putih yang tampak kotor dan basah dibanjiri keringat. Sungguh, meskipun lelah dan beban pikiran yang tiada habisnya, namun ada yang membuat pria itu selalu bersyukur, berusaha untuk menikmati apa yang ia dapatkan saat ini.
Baru saja langkah itu berjalan masuk, mendadak seorang perempuan yang tiak jauh umurnya dengan Dimas kini menuju ruang tamu, menyambut kedatangan suaminya. Dengan daster birunya, perempuan itu tersenyum cerah. "Dim, udah pulang? Kamu langsung makan malam aja ya, kasihan anak kita udah nunggu. Aku panasin air buat mandi kamu dulu, biar badan kamu enggak pegal lagi, ya?"
Dimas mengangguk, mencium kening istrinya itu sejenak lalu menuju ruang makan. Dari sana tampak anak laki-laki berusia 6 tahun itu membenamkan wajah di kedua lipatan tangan, bersabar menunggu kedatangan seseorang dari setengah jam yang lalu. Dimas tersenyum, mengacak rambut anak laki-lakinya itu. "Ayah pulang."
Kini anak laki-laki itu mengangkat kepala, memerhatikan ayahnya. Sudut bibir yang tadi turun karena bosan kini terangkat cerah. "Ayah, aku udah nungguin ayah. Aku mau makan malam sama ayah, aku enggak mau sampai ketiduran kayak semalam."
"Iya," jawab Dimas, mengambil nasi lalu membuka tudung saji. Makanan yang tidak mewah, makanan yang sederhana namun begitu banyak gizi di dalamnya. "Ayo makan."
Anak laki-laki itu mengangguk, menyantap makanan di piringnya dengan nikmat.
Hebat, perlahan kedua sudut bibir Dimas terangkat, hanya dengan sebuah keluarga dirinya merasa terlindungi bahkan memiliki tujuan yang begitu besar untuk hidup. Setiap kehangatan dan keamanannya benar-benar berhasil membuat dirinya nyaman. Dimas berjanji, apapun keadaannya, ia tidak akan menyakiti keluarga ini, ia akan berusaha keras untuk membahagiakan keluarga ini.
"Yah," panggil anak laki-laki itu, mengangkat kepala. "Nanti aku masuk sekolah kan Yah? Aku masuk SD kan?" tanyanya seraya mengunyah makanan yang masih tersisa di dalam mulutnya.
Dimas yang tadi fokus dengan makanan di piringnya, kini menoleh, memerhatikan anaknya. Beberapa bulan lagi anak itu akan bersekolah. Dimas tersenyum samar, mencondongkan tubuh, seraya mengusap rambut anak laki-laki itu dengan lembut. Jika dirinya boleh jujur, ada rasa gelisah menghampirinya sekarang, uang yang ia tabung bersama istrinya saja belum begitu banyak, gajinya juga bisa digolongkan pas-pasan hanya untuk makan sehari-hari dan kebutuhan rumah tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER RAIN : 10 YEARS LATER [☑]
General Fiction[SEQUEL BOY UNDER THE RAIN] "Love you no matter what." Rein, gadis penulis novel yang masih saja menaruh hatinya kepada Radin mungkin percaya pada kalimat itu. Masih ada cinta dan ketulusan di dunia ini. Hanya saja begitu berbeda dengan Radin, seaka...