8 : : FATE OR MIRACLE

619 59 7
                                    

Selamanya sampai kapanpun juga aku takkan melupakannya. Tangis dan tawa berulang kali terkenang. Walau kesepian, kekuatanku tetap bangkit, walaupun berpisah aku selalu mencintaimu. (Dish// - Ebisu Monogatari)

After Rain : 10 Years Later

...

Entah ini yang dinamakan keajaiban atau takdir, Freysha tidak pernah tahu. 

Kedua mata bulat cewek belasan tahun itu terpejam, dengan dress biru dan rompi putihnya itu Freysha menunduk tampak gugup seraya mencengram novel di tangan dengan erat. Tidak disangka, setelah bersusah payah mengirim pesan kepada penulis novel ini akhirnya terbalaskan. Pesan yang sudah Freysha pastikan tenggelam bersamaan dengan pesan penggemar lainnya. 

Freysha membuka mata, perlahan mengedarkan pandangan, memerhatikan ruangan yang dulu sempat hancur akibat aksi gilanya. Kafe? Ya, kafe kesayangannya, dimana ia pernah berteriak kebakaran sekencang-kencangnya, menimbulkan salah paham, dan berakhir dengan membersihkan resto ini dalam waktu beberapa jam.

Diam-diam sebelah sudut bibir Freysha terangkat, bukan karena mengingat si pemilik kafe yang pernah memarahinya, melainkan ekspresi Dhei ketika dirinya dapat bertemu Rain a Rein. Begitu semangat, mata yang beberapa minggu ini tampak redup kini mulai tampak cerah seperti dulu. 

Freysha menyesap segelas cappuchino sejenak seraya tertawa pelan. Dan jujur saja dirinya tidak pernah menyangka abangnya itu pernah memiliki hubungan yang begitu dekat dengan si penulis ini. Mungkin berawal dari orang asing lalu berteman, bersahabat, dan menjadi lebih dari sahabat. 

Sontak denting gantungan yang berada di ambang pintu kafe itu berbunyi. Freysha yang tadinya duduk di samping jendela kini menoleh belakang. Seorang gadis, mungkin dari segi umur tampak sebaya dengan abangnya. Wajah bulat itu begitu mulus dan mengkilap. Demi apapun, Freysha yakin wanita ini jauh lebih cocok menjadi bintang iklan pembersih wajah di televisi. 

Freysha menahan napas, begitu gadis dengan sweater merah dan dress merah muda itu melambaikan tangan. Rain a Rein! Sungguh Fresya masih saja tidak menyangka dapat bertemu penulis ini. Bahkan... Oh ayolah! Hanya berdua? 

Berdua!

"Hai," sapa gadis itu, menggeser kursi di hadapan Freysha sejenak lalu duduk memesan minuman. Tak lama perempuan itu mencondongkan tubuh, tersenyum senang. Ternyata bukan hanya Freysha yang antusias tapi si penulis ini juga merasakan hal yang sama ketika bertemu adik dari mantan pacar sekaligus sahabatnya ketika SMA.

"Kamu benar adik Dhei?"

Freysha mengangguk kuat, kedua sudut bibir yang daritadi terangkat masih saja tak kunjung pudar. Secepat mungkin ia meraih novel dari dalam tas lalu menyodorkannya. Boy Under the Rain. "Kak, Frey boleh minta tanda tangan kakak?" 

Tanpa bertanya lagi, harusnya Freysha tahu jawaban itu. Buku ditandatangan, perempuan itu mengembalikan buku kepada pemilik semula. Berusaha untuk meyakinkan, secepat mungkin Freysha meronggoh hp dari saku tasnya lalu menyerahkannya ke arah Rein. Memutar video. 

"Gila, gue ganteng banget ya Frey," ucap Dhei. Cowok yang tampaknya sedang berada dijenjang kuliah itu tersenyum senang, dengan mengenakan kemeja biru muda dan jaket hitamnya Dhei menoleh dari kamera hp, memerhatikan gadis kecil yang sedang sibuk membenarkan ikatan dasi hijau pitanya di anak tangga. "Woi Frey, lo harus bangga punya abang kayak gue."

AFTER RAIN : 10 YEARS LATER [☑]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang