Saat Amy mem-briefing beberapa hal yang harus dilakukannya selama melakukan perjalanan dinas luar negeri itu, konsentrasi Lily sudah pecah ke mana-mana.
"Pak Ajie biasanya sudah ada asisten ahli untuk mendampinginya saat meeting. Yang kamu kerjakan di sana hanya memastikan semua kebutuhannya terpenuhi. Kalau Pak Ajie sampai memanggil salah satu asistennya itu karena ada sesuatu yang terjadi di luar perhitungannya."
Lily tergagap, "Ma... maksudnya apa, Mbak? Sesuatu seperti apa?"
"Meeting kali ini seharusnya dilakukan di Jerman. Tapi pengusaha yang akan ditemui Pak Ajie mengubah lokasi meeting di Singapura. Nah, urusan remeh temeh seperti hotel, tempat meeting, dinner, lunch dan lain-lain otomatis berubah. Staf ahli yang dibawa Pak Ajie tak mungkin mengurusi hal-hal seperti ini, dan inilah yang jadi tugas kita."
Meski pengalaman Lily sudah cukup lama menjadi sekretaris, ia belum pernah mengurusi hal-hal seperti itu secara langsung. Pernah satu dua kali, tapi itu setelah ia mengenal baik atasannya dan sudah sering berbicara dengan para staf hotel yang sudah biasa digunakan atasannya. Ia tak pernah mengurusi semua hal secara mendetail, karena semua itu diurus sendiri oleh sang atasan.
Baru kali ini Lily tahu bahwa para presdir perusahaan yang lebih besar justru tak punya waktu untuk memikirkan hal-hal itu.
"Tapi kamu tenang aja, Li. Kita yang akan mengurus semua itu di sini. Kamu cukup memastikan jadwal dan tempat Pak Ajie sesuai dengan keinginannya. Oh ya, kamu juga harus pastikan dokumen-dokumen tambahan yang ada dibawa," lanjut Amy sambil memperlihatkan sebuah map. Lily membukanya, dan terlihat jadwal sang Presdir yang telah diubah.
Setelah itu, Amy sibuk menjelaskan satu persatu hal-hal yang harus dilakukan Lily. Begitu detail, hingga Lily makin tak yakin. Apalagi di kepalanya, muncul kekuatiran yang lain.
Sejak kecil Lily selalu takut mendengar suara deru pesawat. Ia bahkan baru bisa naik pesawat untuk pertama kalinya setelah masuk SMP. Itu juga sambil menggunakan ear muff khusus yang biasa digunakan para pekerja di pabrik-pabrik bersuara melebihi batas normal. Dalam pesawat pun Lily terbiasa memegang tangan Ayah atau Emak saat landing atau take-off.
Tadi Tiar juga sudah memasukkan ear muff itu bersama paspor dan beberapa lembar pakaian milik Lily yang dipilih asal-asalan dalam tas koper 22". Tapi siapa yang akan menggenggam tangan Lily menggantikan peran Ayah atau Emak?
Saking bingungnya, Lily bergerak seperti robot. Ditarik Amy sana sini, memperlihatkan beberapa file, sampai akhirnya tahu-tahu ia sudah berada di dalam mobil menuju bandara yang dikemudikan oleh Eza.
"Enak ih Mbak Lily, baru hari pertama udah dapet tugas keluar negeri. Saya jadi iri," ujar Eza sambil tersenyum-senyum.
Pengen rasanya Lily berterus terang. Aduh, Mas... kalau mau gantiin Lily, ya monggo deh.
Tapi Lily memilih menatap keluar jendela. Berdoa sepanjang jalan menuju Bandara Soekarno Hatta yang mendadak jaraknya terasa begitu dekat.
Please ya Allah, buat Lily tidur ya Allah... Lily janji jadi hambaMu yang patuh sama orangtua. Please, please, please...
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Galak & Sekretaris Badung [TAMAT]
General FictionRank 1 - 04/03/2019 #Komedi #Sekretaris #KisahCinta #Badung #Chicklit #Romcom #Boss #Kantoran - 16/03/2019 #Gadis #Officelove "Sepertinya saya sudah kenal Anda sebelumnya," kata pria itu perlahan. Lily sibuk mengingat-ingat. Masak sih? Kok bisa-bi...