Lily menarik nafas dalam-dalam. Kembali mengingat semua instruksi Danu sebelum masuk ke hotel.
Bismillah ya Li. Semoga berhasil #Sisi Baik mendoakan dengan tulus.
Baiklah. Mari mengulang brief pertama.
"Lo masuk setelah terima telpon gue ya. Gak usah cepet-cepet. Lo sekarang gak enak badan kan? Jalannya pelan aja. Kalo perlu lo batuk atau bersin deh. Tapi jangan lebay! Ajie tau kalo lo pura-pura."
Instruksi pertama itu kembali diulang Lily dalam ingatannya.
Ponsel Lily berdering. Satu kali. Dua kali...
"Halo?" jawab Lily.
"Ehem... lo udah sampe mana, Li? Buruan dikit!" suara Danu di ujung telepon terdengar mendesak. Senyum tipis Lily muncul. Sesuai rencana.
"Bentar lagi, Mas! Ini lagi otewe."
"Ok! Meja 12 ya. Gue tunggu situ."
"Baik, Mas." Lily menutup telepon.
Bismillah.
Mau bohong aja pake bismillah #Sisi Jahat menggoda.
Iih biarin. Demi cinta semua halal #Sisi Baik membela.
Tunggu! Gue loh Sisi Jahatnya, kok malah lo yang nge-halal-in? #Sisi Jahat tertawa sinis.
Apapun yang terjadi dalam hatinya yang sedang berperang, Lily sudah berada di depan pintu hotel. Kakinya yang tadi terburu-buru, dipelankannya. Sembari melirik wajahnya sendiri di kaca-kaca dinding yang ia lewati, Lily berusaha keras menampilkan sosoknya yang sedang sakit seperti perintah Danu.
Itu mudah. Lily tak perlu berbohong.
Matanya sudah memerah sejak Danu menyeretnya tadi. Danu juga bilang, wajah Lily sudah sangat pucat. Tadipun di mobil, Lily beberapa kali memejamkan mata. Kepalanya pusing dan ia bahkan harus berhenti sejenak, sambil berpegangan di dinding. Karena itu, Lily tak merasa perlu menambahkan batuk atau bersin. Ia malah kuatir pingsan sebelum sampai ke meja tempat pertemuan yang dimaksud Danu.
Ia memasuki restoran. Sedikit celingak-celinguk, mencari meja yang dimaksud Danu. Namun, seorang pelayan mendekatinya.
"Ada yang bisa kami bantu, Ibu? Mau pesan untuk berapa orang? Sudah reservasi?"
Buru-buru Lily menggeleng. Ia baru akan mengatakan tujuannya, saat mendengar. "Li, sini!"
Lily memutar tubuhnya dan Danu berdiri dekat jendela kaca yang juga berfungsi sebagai dinding sambil melambaikan tangan. Lily tersenyum. Saat itu, seseorang yang sedang duduk di depan Danu, menoleh ke belakang.
Itu Ajie.
Saat Lily mendekat, ia bisa melihat Ajie tampak terkejut melihat kehadirannya. Tapi pria itu kembali duduk tegak, membelakangi Lily. Sementara Danu akhirnya memilih untuk mendekati Lily, menjauh dari meja tempat Ajie dan dua orang tamunya sedang meeting.
Danu sedikit kuatir saat melihat wajah Lily. Gadis ini benar-benar sakit. Tak seperti yang ia duga. Rasanya belum lama ia meninggalkan Lily di mobil tadi, tapi wajahnya sudah terlihat seputih kertas. Jalannya saja begitu pelan.
"Lo yakin bisa lanjutin rencana kita?" bisik Danu saat mengambil tumpukan dokumen di tangan Lily.
Lily tak menjawab. Tapi saat memindahkan dokumen, ia merasa dunia berputar kencang sekali. Tubuhnya limbung. Nyaris jatuh, sebelum kedua tangan Danu menangkapnya. Sementara dokumen pun berjatuhan di sekitar mereka.
"Li, pusing banget ya?" bisik Danu. Lily mengangguk pelan. "Ya udah, lupakan aja rencana tadi. Lo duduk dulu. Biar gue pesanin susu manis biar pusing lo berkurang ya?" lanjut Danu sambil membantu Lily duduk di kursi terdekat. Setelah itu Danu memunguti dokumen yang terjatuh, memberi perintah pada pelayan dan kembali ke meja tempat Ajie dan para tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Galak & Sekretaris Badung [TAMAT]
General FictionRank 1 - 04/03/2019 #Komedi #Sekretaris #KisahCinta #Badung #Chicklit #Romcom #Boss #Kantoran - 16/03/2019 #Gadis #Officelove "Sepertinya saya sudah kenal Anda sebelumnya," kata pria itu perlahan. Lily sibuk mengingat-ingat. Masak sih? Kok bisa-bi...