42. Menikmati Viral

131K 11K 128
                                    

"Halo Lily!" sapa Natasha begitu pintu apartemen terbuka. Lily menyambutnya dengan riang, mereka saling berpelukan sejenak sebelum Natasha masuk sambil mengedarkan pandangan keliling ruangan.

"Ajie mana? Aku ke sini karena mau ketemu dia loh. Lumayan ngelepas kangen," kata Natasha sambil duduk di sofa dengan anggun.

Lily tertawa. Ia tahu Natasha bercanda.

"Eh itu foto siapa, Li?" tanya Natasha dengan telunjuk mengarah ke foto Jaya yang memakai seragam jas polisi lengkap. "Ganteng!" pujinya dengan mata berbinar. Ia sampai mencondongkan diri agar bisa lebih dekat memandangi foto besar yang menempel di dinding apartemen itu.

Tepat saat itu, Tiar datang menyajikan dua gelas minuman dingin. Lily kembali tertawa dan menunjuk Tiar dengan mulutnya. "Tuh, Mbak Nat... Itu istrinya!" Kata-kata yang membuat Tiar tersenyum puas.

Natasha menepuk dahinya. "Heran banget sih! Kalian itu cantik juga enggak, tapi punya pacar semuanya stok limited gitu."

Lily dan Tiar sama-sama melotot. sebelum tawa mereka pecah ketika Natasha tertawa tak peduli.

"Jadi gimana Li... kamu sudah siap jadi viral?" tanya Natasha sebelum menyeruput teh hangatnya.

Senyuman di wajah Lily lenyap, Tiar juga menghela nafas. "Ya.. gimana... "

"Kamu tahu, Li? Menjadi viral tak selalu buruk kok. Selama kamu jujur dan menghormati orang-orang yang membuat berita itu, menjadi berita justru akan membantumu. Aku dan Ajie contohnya. Kami merasakan benar bantuan media selama ini."

"Maksud Mbak Nat?" tanya Lily sembari duduk lebih dekat ke Natasha. Tiar memilih duduk di depan mereka berdua.

"Orang-orang di balik berita viral itu adalah para wartawan yang juga memerlukan kita agar mereka punya bahan untuk ditulis. Mereka perlu kita, seperti kita perlu mereka. Win-win solution. Jadi tergantung kita juga sih mau diberitain gimana. Mau diberitain yang buruk karena tidak bisa kerja sama? Atau diberitain yang memang nyata terjadi karena kita mau membantu mereka memberikan berita yang sebenarnya?"

"Tapi selama ini mereka selalu memberitakan hal-hal yang tidak benar," sela Tiar.

Natasha tertawa anggun. "Itu karena mereka harus menulis berita, demi menjawab kepuasan para penggemar. Tapi karena tak ada informasi, akhirnya mereka hanya bisa menduga-duga. Dan yang namanya dugaan pasti sesuatu yang buruk."

Tiar dan Lily sama-sama mengangguk.

"Jadi ketika mereka ingin memberitakan kita... Kita harus memberi mereka kesempatan untuk tahu yang sebenarnya?" tanya Lily.

Natasha mengangguk. "Naaah, pinter. Itu benar. Mereka mau beritain apa kalau kita gak ngasih. Ya nikmati saja menjadi selebritis. Mau diapain? Hidup Ajie dan keluarganya, dan bakal keluarganya nanti akan selalu dikelilingi media. Suka tidak suka, kalau kamu ingin jadi bagian dari hidup Ajie, kamu harus mulai belajar nerima itu, Li," kata gadis cantik berambut coklat itu panjang lebar.

"Jadi Lily harus gimana, Mbak?" tanya Tiar. Dunia selebritis itu asing bagi mereka berdua. Tapi mendengar penjelasan Natasha, mereka tak lagi memandang dunia itu terlalu negatif. 

"Just be honest and enjoy working with them. Anyway, always think that they are your best friends, not your enemies. Just clarified if you know it isn't true. Easy right?" ujar Natasha tulus.

Tiar dan Lily mengangguk-angguk. Mereka tak yakin paham. Tapi sepertinya itu tak terlalu sulit untuk dimengerti.

Natasha tersenyum melihat tingkah keduanya yang mengangguk-angguk kompak. "Atau gini aja deh, kalian janji dulu kenalin aku ke satpam yang tadi naik ngantarin aku ke sini tadi, nanti aku kasih kunci paling gampang buat menghadapi para paparazzi itu."

"Satpam?" tanya Tiar dan Lily hampir bersamaan. Mereka saling memandang.

Natasha menunjukkan layar ponselnya. "Ini loh, namanya Elang. Tadi sengaja aku foto. Alasanku tadi takut dia ngaku-ngaku satpam gitu, dan karena aku harus hati-hati. Trus dia malah action ... Kenalin yaaa! Pleaseee!" pinta Natasha.

Tiar tertawa, Lily senyum-senyum. "Mbak, tadinya Lily ngejar-ngejar satpam itu, tau!" info Tiar sambil memegangi perutnya, tak bisa menahan tawa. Lily mengiyakan.

Bibir Natasha langsung manyun. "Tenang Mbak, Tenang! Lily kan udah punya Mas Ajie. Gak papa kalo Mas Elang sama Mbak Nat. Ikhlas, Lily redo lahir batin mah. Berbagi itu kan penting."

"Lo pikir Mas Elang makanan apa? Hahaha..." tembak Tiar lagi. Mereka tertawa bersamaan.

"Tapi... " Wajah Natasha berubah serius, Lily dan Tiar juga ikut serius. "Ternyata kalian punya selera yang sama dengan aku. Waaah... baru ini dapet teman-teman seseru kalian!" dan lagi-lagi senyuman lebar merekah di bibir ketiganya.

"Lily bakal bantu Mbak Nat deh... tenang aja! Mas Elang itu bukan satpam biasa loh," kata Lily. "Tapi kuncinya apa dong? Kunci buat menangin hati media itu."

Natasha mengangkat bahu. "Yaaa itu sih gampang. Ikuti aja kata Ajie. Jangan keseringan ngebantah apalagi ngejahilin. Kalo mau ngejahilin, ajakin aku ya Li. Aku masih dendam ditolak sama dia."

"Haha... Mbak Nat bisa aja!" Sekali lagi Lily tertawa.

Teng Tong!

Ketiganya saling memandang saat bel pintu apartemen terdengar lagi. Tiar berdiri, membuka pintu. Tampak seorang pria berjaket hitam berdiri di depan pintu.

"Eh, Mas Elaang!" kata Tiar dengan suara dibesar-besarkan. Sengaja memberitahu para gadis di dalam siapa yang datang. 

Elang, yang kini tak lagi mengenakan seragam mengangguk gugup pada Tiar. Sementara dua gadis di dalam berlarian menyerbu pintu. "Sore, Mbak Tiar," sapa Elang sopan.

"Halo Mas Elang!" sapa Lily tersenyum manis.

"Ealah, Mas ganteng lagi!" pekik Natasha, sambil mendorong Tiar dan Lily agar mundur. Dua gadis itu tersenyum-senyum melihat tingkah Natasha.

"Halo Mbak Lily. Halo Mbak... " balas Elang, yang agak bingung harus menyapa apa pada Natasha.

"Ya Mas? Ada yang bisa Natty bantu?" kata Natasha dengan gaya imut dan mata dikedip-kedipin, mendekat pada Elang. Ia memiringkan bahunya, memperlihatkan bahu putih mulus di balik baju sabrina yang ia kenakan. 

"Mmm... ini eeeh saya... begini.. mmm... " Elang tampak gugup berdiri begitu dekat  dengannya. Pemuda itu mundur selangkah.

Bukannya menjauh, Natasha malah makin mendekat ke Elang. Membuat mereka kini benar-benar berada di depan pintu. 

Elang tercengang menatap Natasha untuk beberapa detik, sebelum ia tergagap dan kembali berujar, "Itu, anu... Mobilnya... Mobilnya Ibu Natasha menghalangi motor saya untuk keluar dari tempat parkir. Bisa minta tolong untuk dipinggirkan sebentar, Bu?"

Senyum di wajah Natasha hilang seketika.

Ibu? Ibu... Natasha? Setua itukah diriku? bisik Natasha dalam hati.

Di dalam, tepatnya di belakang pintu, Lily dan Tiar sibuk menutup mulut mereka masing-masing, berusaha agar suara tawa mereka tak terdengar keluar.

Ratu panggung, seorang selebritis bertaraf internasional kini bertekuk lutut di depan seorang satpam apartemen biasa. 

*****


Notes:

Jangan sedih karena sekarang Part-nya pendek ya. Yang penting kalian gak terlalu kangen sama Lily aja sih.  Saya lagi nyiapin draft untuk tulisan berikutnya. 

Thanks for Vote, Comment and Follow-nya ya!

\(^_^)/

Iinajid (IA)

Boss Galak  & Sekretaris Badung [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang