37. Keeping The Secret

133K 10.5K 70
                                    

Tawa Danu baru berhenti ketika Ajie menatap tajam padanya. Untungnya pintu lift VIP terbuka, dan Lily masuk lebih dulu baru diikuti Ajie serta Danu. Tapi tangan Ajie menahan langkah Danu yang ingin masuk.

"Gue mau bicara sama Lily. Lo ikut next aja," kata Ajie setengah memerintah.

Mau tak mau Danu mundur dan pintu lift pun tertutup. 

Begitu tinggal mereka berdua dalam lift itu, Ajie berpaling. Menatap Lily dengan kesal. "Hanya gara-gara saya pake gajah sebagai contoh, bisa-bisanya kamu panggil saya begitu! Kamu samakan saya dengan hewan? Di depan staf segitu banyak lagi! Jangan kira kamu sekarang pacar saya bisa seenaknya ngasih julukan sama saya ya, Li!" semprot Ajie.

Lily santai menghadap Ajie. "Siapa yang nyamain Mas sama hewan sih?"

"Itu tadi kamu panggil saya Bapak Gajah gitu!"

Seringai iseng Lily muncul. "Mas, Mas...Gajah itu singkatan." Ia santai berpaling ke arah lain.

Kening Ajie berkernyit. "Singkatan?"

Lily mengangkat bahu. "Tapi ya tergantung juga sih. Tergantung situasi."

"Maksudmu?" kerut di kening Ajie makin dalam.

"Kalau Mas lagi baik, lagi manis, lagi sayang dan gak marah-marah, Gajah itu singkatan Ganteng tapi Jahil," Lily meneruskan. Matanya melirik ke angka-angka yang menunjukkan lantai yang telah dilalui lift. Menahan diri untuk tak cepat-cepat bicara. "Kalo Mas begini sih... mmm, itu artinya... Galak pluuuus Jahat!" kata Lily lagi lambat-lambat sambil bergerak menjauh dari Ajie. Bersiap-siap.

"Kamu... "

Tepat saat itu pintu terbuka, dan Lily menerobos keluar sebelum pintu terbuka sempurna, meninggalkan Ajie yang geram sendiri.

Lily hampir menabrak Pak Wirasana yang sedang berdiri di ruang kerja staf Sekper. Melihat Lily, pria setengah baya itu tersenyum geli.

"Eh... Ha... Pagi Pak Wira!" sapa Lily terengah-engah. Gadis itu berlari membawa kotak, langsung menuju meja kerjanya dan duduk menenangkan nafasnya yang tak beraturan.

Pak Wira hendak membalas sapaan, saat itulah Ajie muncul. Nafas Ajie juga terengah-engah. Pak Wira sedikit bingung melihat dua orang yang datang seperti saling berkejaran itu. Tapi dengan tanggap, pria itu mengangguk pada Ajie.

"Selamat pagi, Pak Ajie!"

"Pagi Pak Wira."

Ajie memberi kode pada Pak Wira untuk mengikutinya ke ruangannya. Mata Ajie sempat melirik tajam pada Lily, yang sibuk menahan tawa. Setelah Ajie masuk bersama Pak Wira, Lily memilah-milah surat-surat yang ada dalam kotak coklat yang dibawanya tadi. 

Walaupun pagi itu, Lily sempat menggoda Ajie, mereka tak sempat bercanda lagi. Pekerjaan sudah menunggu untuk diselesaikan. Ajie dengan gunungan dokumen yang harus ia periksa dan setujui. Lily dengan setumpuk laporan yang tertunda. Begitupun para staf Sekper. Satu persatu tenggelam dalam pekerjaan masing-masing. Bahkan ketika makan siang tiba, mereka memilih memesan makanan dan makan di pantry. Tak ada waktu untuk bersantai-santai.

Lily sedang mengambil sendok dan garpu, ketika ponsel miliknya yang ia letakkan di atas meja bersama kotak makan siang, berbunyi. Sekarang ada foto Ajie saat nama 'My Hubby' muncul di layar ponsel. Lily menoleh cepat, memastikan Vani yang sedang berdiri tak jauh dari meja makan tak melihat ponsel Lily. Terlambat. Vani tampak terpaku melihat layar ponsel Ajie.

Lily buru-buru mengambil ponselnya. Menutup layarnya sebelum menjawab.

My Hubby (Ajie): Li, besok malam saya ada undangan acara. Kamu ikut ya?

Boss Galak  & Sekretaris Badung [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang