9. Pacar Rahasia si Boss

195K 15.6K 565
                                    

Saat tiba di hotel, Lily sudah lebih rileks. Ia menyukai kamar hotelnya yang berdampingan dengan kamar si Boss. Walaupun Amy bilang Ajie menyukai privasi, tapi begitu Lily sampai di kamar hotel, ia memegang kartu pass kamar yang ditempati Ajie. Si tuan maha benar itu tak banyak bicara dan hanya meletakkan dua kartu pass kamarnya dan kamar Lily ke tangan Lily, sebelum tenggelam dalam dokumen-dokumen yang dibawa oleh Lily di kamarnya sendiri.

Seperti yang diajarkan oleh Amy, Lily menyediakan makanan untuk Ajie. Setelah berganti pakaian kasual, ia memesan makan malam untuk Ajie. Usai memastikan meja makan sudah rapi, juga memberitahu Ajie bahwa makan malam sudah siap, Lily kembali ke kamarnya. Saat itu Ajie masih sibuk membaca dokumen.

Lily sendiri memilih makan di restoran yang ada di hotel itu. Sendirian. Ia belum bertemu staf ahli yang ditugaskan Ajie. Ingin bertanya, Lily segan.

Lily baru saja hendak berjalan keluar hotel sebentar ketika ponselnya berdering. Kali ini ia telah menandai nomor ponsel Ajie dengan tulisan 'My Lovely Boss Galak!'

"Yess, Pak?"

"Kamu di mana? Sudah makan?" tanya Ajie dari ujung telepon.

"Di bawah, Pak. Di lobby hotel. Ini baru selesai makan."

Terdengar suara helaan nafas berat. "Tolong carikan saya obat maag cair ya Li!"

"Ba... baik, Pak!" jawab Lily cepat. Telepon pun berakhir.

Otak Lily sibuk mencerna permintaan sang Boss. Apa dia sakit? Apa dia terlambat makan? Atau...

"Mbak Lily!" Sapaan itu membuat tubuh Lily berputar arah ke asal suara itu. Seorang pria muda tersenyum padanya sambil berjalan mendekatinya. "Hai, selamat datang!"

Lily belum kenal dengan pria itu. Tapi ia ingat foto pria itu saat diberitahu oleh Amy tadi pagi. Pria ini adalah staf ahli yang berangkat bersama Ajie. Mas Danu. Asisten sekaligus sahabat akrab Ajie.

"Jam berapa datengnya?"

"Tadi sore, mm... "

"Panggil aja Mas Danu. Biar akrab!" potong Danu cepat. Lalu dengan senyum menggoda ia kembali berkata, "Suaminya Mbak Lily gak bakal marah kan kalo istrinya manggil saya Mas?"

Lily tertawa kecil sembari menggeleng, "Kalau gitu panggil Lily aja, Mas. Lily kan lebih muda."

"Iya, iya, Lily. Lebih muda. Tapi kan Lily mah udah nikah. Coba enggak kan Mas Danu bisa pedekate sama Lily. Hahaha... becanda ya Li, becanda loh ini!"

"Iya Mas, Lily ngerti kok." Lily teringat perintah Ajie. "Mas, Lily nyari obatnya Pak Ajie dulu ya! Entar kita ngobrol lagi deh."

Senyum Danu lenyap mendengar informasi itu. "Maag ya? Kambuh lagi? Sudah, sudah, kamu naik aja urus dia. Obatnya biar saya yang belikan. Kamu juga gak tahu beli di mana kan?"

Lily mengangguk malu-malu. Lalu mereka pun berpisah. 

Sampai di kamar Ajie, Lily langsung masuk menggunakan kartu pass yang ia bawa. Begitu masuk, ia melihat Ajie sudah duduk berselonjor di sofa kamar. Tak lagi duduk di belakang meja kerja. Di pangkuan pria itu terletak sebuah dokumen yang terlipat sebagian. Kepala Ajie bersandar di sandaran tangan sofa dengan mata tertutup. Tangannya berada di atas perutnya, mengusap-usap. Suara pintu yang terbuka, membuat kepalanya terangkat dan ia kembali menegakkan punggung.

Lily mendekat. "Mas Danu lagi beliin obatnya, Pak. Bapak mau minum teh manis dulu? Lily buatin?" tawar Lily.

Kepala Ajie menggeleng. "Gak usah, sana kamu istirahat saja. Pergilah!" Selesai berkata seperti itu, pria itu kembali mengambil dokumen di atas pangkuannya dan kembali membaca.

Boss Galak  & Sekretaris Badung [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang